Drama, drama, dan drama! Steven sudah menyusun rencana dengan baik, rapi, dan sangat terstruktur. Entah ini merupakan jebakan atau sebuah prank untuk bosnya, karena Steven sepertinya sedang merasa muak akibat perilaku labil dari Boy. Mulai dari jadwal yang sering diubah secara dadakan, menolak atau menerima sebuah keputusan dengan cara yang tak terduga, hingga memasang wajah super menyebalkan yang dicetak lengkap beserta alis menukik tajam dan mata melotot sepanjang hari. Namun ... bukan Boy jika tidak membuat Steven merasa kewalahan. “Kautahu jadwalku sudah sangat sibuk, tapi tanpa sepengetahuanku kau malah menggunakan tiket eksklusifku dan memaksa aku untuk datang sekarang?” Boy membanting pulpen yang baru saja ia pakai untuk tanda tangan. “Justru karena itu, Pak Boy! Emmm, sa