"Dani Tolong cari tahu perempuan itu. Secara detail mengerti!" Perintah tuan Arno memecahkan teka-teki yang ada di pikiran Dani semenjak tadi.
Benar bukan dugaannya, Tuan Arno memiliki rencana terhadap karyawan outlet tersebut.
"Baik tuan," Dani mengangguk mengerti, lalu segera berjalan menuju meja kasir.
Di sana ada Retno berdiri penuh semangat menjalankan tugasnya di bagian transaksi.
Dengan rayuan maut, Dani berhasil mengorek informasi dari Retno gadis lugu itu. Bahkan Retno tidak ragu memberikan nomer telepon Inara kepada Dani. Retno tidak curiga sedikitpun terhadap pelanggan yang datang, karena outlet juga menerima pesanan sehingga menjadi hal yang kumrah jika nomer Inara siberikan kepada mereka yang ingin memesan produknya suatu hari nanti.
Setelah mendapatkan informasi, meski belum secara lengkap. Dani segera memberitahukan informasi yang ia dapat kepada tuan Arno.
"Euum...Masih muda sekali, Benar usianya baru 21 tahun? Tidak sesuai dengan karakternya yang terlihat tegas, mandiri dan sedikit judes, kelihatannya."
"Saya belum melihatnya dengan jelas, Tuan. Kenapa tuan Arno ingin tahu tentang perempuan itu? Dia hanya seorang karyawan biasa, mungkin juga gadis biasa saja bukan?" Ucap Dani menyampaikan pertanyaan sekaligus pendapatnya.
"Bantu aku!" Balas tuan Arno menambah rasa penasaran Dani.
"Bantu aku mendapatkan gadis itu, dia harus menjadi Istriku." Lanjutnya, Mata Dani terbelalak lebar mendengar ucapan Tuan Arno. Ia masih tak bisa percaya dengan keinginan tuan Arno kali ini yang tidak masuk akal.
"Sadarkah tuan atas ucapan Tuan barusan?" Tanya Dani meyakinkan tuan Arno lagi.
Menurut Tuan Arno, Inara perempuan yang cukup cantik. Dia suka karakter Inara meski hanya dari melihat mimik wajahnya saja tuan Arno sudah dapat membacanya. Apa lagi dia diketahui adalah seorang kepala outlet tentu saja mentalnya sebagai pemimpin tidak diragukan lagi.
Dia yakin Inara tidak akan menolaknya, siapa yang berani menolak seorang CEO seperti Arno Dewandra Emilio.
Tuan Arno mencari perempuan yang kuat untuk menjadi istri barunya. Karena banyak hal yang akan ia lalui ke depan.
Tugas yang tidak mudah bagi Dani selaku kaki tangan tuan Arno yang sudah tentu tidak diragukan lagi kemampuannya dalam segala hal. Namun kali ini tugas tersebut begitu berat baginya yang Dani rasa.
Tak lama kemudian Inara kembali dan membawa 2 kardus s**u sekaligus. Sebelum masuk outlet karyawan lain datang menyusul untuk mebantunya, namun Inara terlihat menolaknya dan langsung membawa 2 dus s**u ke dalam.
"Keren, perempuan bertulang besi!" Puji tuan Arno yang selalu memperhatikan inara sejak kedatangannya kembali ke outlet.
Dani mengriyit. Setelah menatap tuan Arno dengan tatapan aneh, kemudian ia menoleh ke arah Inara. Wajahnya seketika berubah, Inara sangatlah manis dan tentu juga cantik. Apa lagi wajahnya juga sangat berseri-seri bak bidadari yang turun dari taxi.
Rambutnya hitam berkilau seperti jalan aspal korea yang baru dibangun. Pipinya merah merona seperti tomat segar baru dipetik, bulu matanya lentik bagai pohon bambu yang mendayung karena terlalu menjulang tinggi ke langit.
"Sempurna!" Cetus Dani yang tak rela matanya berkedip karena terpesona dengan wajah cantik natural calon istri Tuannya.
Sebagai orang yang tidak biasa-biasa saja, tentu tuan Arno dan Dani sudah terbiasa berada di lingkungan young and rich. Dikelilingi wanita cantik juga menjadi hal yang wajar bagi mereka.
Inara memang sangat cantik, meski dia bukan siapa-siapa. Bahkan Dani tidak percaya jika Inara hanya seorang karyawan biasa, ia menduga jika Inara juga perempuan nakal yang suka menggoda para lelaki hidung belang karena uang.
Tidak mungkin hanya seorang karyawan biasa namun wajah, kulit dan penampilan Inara sangat begitu jelas jika semua yang ada di tubuh Inara terawat dengan baik.
"Apakah kamu juga memikirkan hal sam denganku, Dan?" Tanya Tuan Arno lalu menatap Dani seraya mengangkat kedua alisnya.
"Perempuan seperti itu pasti gampang sekali diajak kerja sama. Tawarkan nominal yang ia mau, pasti dia tidak akan menolak!" Ucapan Tuan Arno meyakinkan Dani jika perempuan seperti Inara memang sangat mudah didapatkan asal ada imbalan di baliknya.
"Tuan, kenapa Tuan Arno tidak memilih salah satu dari perempuan perempuan cantik yang berasal dari keluarga terpandang saja? Diva, Diana atau sarah mungkin?" Ucap Dani menyampaikan pendapatnya.
"Aku malas jika harus berurusan dengan keluarga besarnya, tuntutannya dan bahkan aku muak dengan mereka semua! Aku harus berpura-pura menghargai mereka, meski mereka menusuk ku dari belakang!" Jelas Tuan Arno.
"Lalu bagaimana dengan keluarga tuan Arno sendiri? Mana mungkin nyonya besar merestui hubungan tuan dengan perempuan itu?" Mendengar ucapan Dani tersebut tuan Arno terdiam sejenak, Dani memang benar. Semua ucapannya tidak ada yang salah, mamanya tidak akan mungkin merestui jika tuan Arno menikah dengan Inara.
"Lebih baik aku berseteru dengan keluargaku sendiri dari pada aku harus menghadapi orang lain. Seperti halnya keluarga Elsa, mereka tidak mendidik anaknya dengan baik. Namun lihatlah, seolah-olah mereka semua tersakiti dengan keputusanku menceraikan putri manjaanya itu!" Ucap Tuan Arno kecewa.
Tuan Arno mengambil kartu namanya selembar dan diberikan kepada Dani.
"Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan bukan?" Tegas tuan Arno, ia tidak mau banyak bicara karena tuan Arno yakin Dani sudah mengerti.
Beberapa menit kemudian Dani memanggil salah satu karyawan. Lalu ia meminta untuk bisa bicara langsung dengan kepala toko outlet ini.
"Bos, ada pelanggan yang ingin bicara sama kamu bos. Dimeja paling sudut, sepertinya mereka orang penting. Dari pakaiannya seperti orang kantoran. Apakah mereka orang kantor pusat?" Dedy kembali dan menyampaikan permintaan Dani kepada Inara selaku kepala toko outletnya.
Inara menoleh ke arah meja tuan Arno dengan santai. Tatapan matanya sangat tegas namun tetap memperlihatkan senyum ramah di bibir mungilnya.
"Jangan takut, kerja sesuai sop. Santai saja, lakukan pekerjaan mu dengan baik. Aku kesana dulu, Ded!" Kata Inara menenangkan Dedy.
Inara mengambil nafas panjan, lalu merapikan sedikit bajunya sebelum kakinya melangkah menuju tempat tuan Arno berada.
"Ada yang bisa saya bantu,Tuan?" Sapa Inara dengan sopan.
"Inara."
Bukannya menjawab, tuan Arno justru membaca nametag yang berada di baju Inara.
Inara masih dengan senyuman cantiknya, sabar menunggu keinginan tuan Arno ingin berbicara dengannya.
Dani memberikan kartu nama dan beberapa lembar uang berwarna merah kepada Inara.
"Nona simpan saja kartu nama Tuan kami, dan ini sedikit tips untuk Nona. Tuan kami sangat menyukai minuman kopi di sini."
Inara berpura-pura terkejut dan mengucapkan banyak terimakasih kepada tuan Arno. Hal ini bukan pertama kali yang ia dapatkan selama bekerja, Inara sering mendapatkan tips dari customer. Bahkan banyak sekali yang ingin mengajaknya dinner sampai ada juga yang menawarkan dengan harga fantastis untuk semalaman bersamanya.
Inara membaca kartu nama tersebut di dalam hati tanpa mengeluarkan suara.
"Sekali lagi saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Om Parno, semoga menjadi customer setia di outlet kami!" Ucap Inara seraya melempar senyum lebarnya kepada tuan Arno.
Tuan Arno merasa terkejut dan sedikit malu Mendengar ucapan Inara yang memanggilnya Om Parno.
Dani yang berada diantara keduanya membungkam mulutnya dengan kedua telapak tangannya untuk menyembunyikan ketawanya mendengar bosnya dipanggil Om oleh seorang gadis.
"Semoga perjalanan anda menyenangkan, dan semoga berjumpa kembali," pamit Inara. Ia sangat senang mendapatkan tips, dan kembali ketempatya untuk bekerja begitu saja tanpa menatap wajah tuan Arno.
Baru kali ini ada perempuan yang acuh kepadanya. Inara bahkan tidak begitu tertarik dengan tuan Arno, sangking bahagianya mendapatkan uang tips dalam jumlah yang lumayan besar.
"Dani, kita bicarakan masalah ini di kantor saja. Aku punya tugas penting untuk mu, dia harus segera menjadi istri mudaku!" Ucap Tuan Arno penuh percaya diri, raut wajahnya sangat serius membuat Dani merinding melihat mata tuan Arno perlahan memerah.