Gara-Gara Inara.

1018 Words
Mobil Sport Hitam berkilau melaju dengan kencang membelah jalanan yang cukup ramai. Terik matahari yang sangat panas menambah rasa gelisah serta kekhawatiran Tuan Arno saat ini. Semenjak keluar dari stasiun beberapa saat yang lalu, Tuan Arno terdiam tak seperti biasanya. Dani yang berada di kemudi hanya bisa meliriknya dari kaca. Raut wajah Tuan Arno terlihat murung, entah apa yang mengganggu pikirannya. Dani terus memperhatikan gerak-gerik Tuan Arno tersebut. "Mampir ke barbershop sebentar Dan. Aku ingin merapikan rambut dan juga ingin mencukur kumit tipisku ini. Rasanya kepala ku sangat pusing, aku ingin rilex sebentar," Alaskan Tuan Arno. Sebenarnya ia masih memikirkan panggilan Inara kepada dirinya tadi waktu berada di outlet dekat stasiun. Inara berhasil membuat seorang Arno Dewandra Emilio merasa tidak percaya diri dengan penampilannya sendiri. Berkali-kali ia berkaca di layar telefon genggamnya hanya untuk memastikan apakah dirinya sudah terlalu tua hingga Inara memanggilnya dengan menyebutnya Om Parno. "Sialan, Gadis itu benar-benar menyebalkan! Dipikir dirinya masih muda, sampai memanggil ku Om segala? Eh,,,memang masih muda sih!" Ucap Tuan Arno di dalam hati. "Tuan, apakah Tuan Baik-baik saja? Saya perhatikan dari tadi Tuan Arno melamun dan terlihat gelisah. Kenapa Tuan? Beri tahu saya masalah Tuan," Tanya Dani yang ikut merasa khawatir melihat bosnya gelisah dan melamun dari tadi. "Dani, apakah aku sudah terlihat tua? Umurku baru saja 35 tahun 8 agustus kemaren. Tapi kenapa gadis itu memanggilku Om? Nama ku Arno Dewandra Emilio, lalu kenapa dia lancang mengganti nama ku Om Parno?" Tuan Arno menjelaskan panjang lebar kepada assisten sekaligus supir pribadinya itu. "Hahaha..." Dani tidak bisa menyembunyikan tawanya lagi. Ia tertawa terbahak-bahak menambah rasa kesal Tuan Arno. "b******k! Bukannya menjawab, malah meledek," Teriak Tuan Arno kesal. Ia Sebenarnya sangat malu, Namun Tuan Arno berusaha untuk menutupinya dengan Amarahnya. Dani sangat terhibur setelah mengetahui Tuan Arno gelisah hanya karena dipanggil Om Parno oleh Inara. Momen langka dalam sejarah hidup Tuan Arno merasa gelisah karena perempuan yang belum ia kenal. Saat diselingkuhi istrinya saja Tuan Arno begitu santai, meski kecewa namun Tuan Arno tidak marah ataupun sedih. "Saya pikir Tuan ada masalah serius entah dengan kerjaan atau kolega kita semalam. Saya begitu terkejut mendengar pengakuan Tuan, jika Tuan Arno galau karena dipanggil Om oleh Nona Inara!" Jawab Dani, kemudian ia tertawa kembali. Tuan Arno menatap tajam Dani penuh kebencian karena tidak berhenti menertawakan dirinya. "Gajimu bulan ini bakal aku potong 80% karena sudah berani kepada ku, bonus-bonus juga aku hapus. Tidak ada uang bonus mulai detik ini juga!" Ancam Tuan Arno. Meski Tuan Arno hanya bergurau, namun wajahnya sangat nampak serius membuat Dani seketika terdiam. "Mana bisa seperti itu Tuan, apa salah saya? Tersenyum menjadi salah satu ibadah yang sangat mudah dilakukan Tuan Arno, tapi,,," Dani ragu hendak melanjutkan perkataannya. "Tapi apa?" Kening Tuan Arno berkerut karena Dani tidak menyelesaikan ucapannya. Lalu Tuan Arno memajukan tubuhnya untuk lebih mendekat ke tempat kemudi mencari posisi yang nyaman. Dani ketakutan melihat Tuan Arno menunggu ucapannya yang tak jua selesai. "Dani, jangan salah ucap kamu Dan! Salah sedikit saja kelar hidup lo Dan!" Dani mengumpat terus-menerus di dalam hati. "Tapi apa?" Tuan Arno mengulangi pertanyaannya kembali. Dani cengengesan salah tingkah sendiri. "Tapi kenapa Tuan Arno marah? Usia Inara memang masih 21 tahun. Nah, usia Tuan Arno 35 tahun. Wajar sih kalau Nona Inara memanggilnya Tuan dengan sebutan Om!" Suara Dani dibuat sehalus dan sebijak mungkin agar Tuan Arno tidak bertambah emosi dengan dirinya. Tuan Arno kembali dengan posisi duduknya semula, Seraya merapikan jasnya dengan kasar sambil membuang nafas panjang. "Terserah kalian saja, keputusanku tidak berubah. Aku potong gaji mu bulan ini, titik!" Balas Tuan Arno Puas, Ia tidak mau merasa gelisah sendiri. "Tidak bisa Tuan, 5 hari lagi tanggal gajian. Saldo saya sudah menjerit kelaparan!" Dani masih mengajukan banding agar keputusan Tuan Arno tidak menjadi Keputusan mutlak. "Siapa bosnya, kenapa jadi kamu yang mengatur? Kamu bekerja dengan ku, tapi kamu berpihak dengan gadis Itu. Mintalah saja gaji dengan perempuan lancang itu!" Tuan Arno masih menunjukkan rasa kesalnya terhadap Dani. "Tuan, sebentar lagi Nona Inara akan menjadi nyonya muda. Bukankah sama saja Nona Inara juga akan menjadi bos saya?" Ucap Dani tak mau kalah. Apa yang diucapkan Dani semua benar, Tuan Arno sendiri yang memilih Inara menjadi kandidat satu-satunya yang akan menjadi istrinya kelak. Tuan Arno membuang muka tanpa menjawab perkataan Dani. "Cepat kita ke salon dulu, aku sudah muak membicarakan gadis itu!" "Muak tapi kepikiran terus!" Jawab lirih Dani, samar-samar terdengar oleh Tuan Arno namun tidak begitu jelas. "Apa?" Kedua alis Tuan Arno sudah merapat menunggu. "Hehehe, Bukan apa-apa Tuan," Dani tidak berani melanjutkan ucapannya. Mobil melaju kencang hingga sampai di depan salon langganan Tuan Arno, yang juga menjadi sahabatnya. Tuan Arno membuka pintunya sendiri, sepertinya ia masih merasa kesal dengan Dani. "Loh, Tuan?" Teriak Dani seraya berlari memutari mobil sport tersebut bertujuan untuk membukakan pintu untuk bosnya. Namun Tuan Arno sudah membukanya sendiri dan meninggalkan Dani masuk salon duluan. Dengan gagah Tuan Arno melangkahkan kakinya sambil tersenyum licik merasa puas telah mengerjai Dani. "Aku tidak mau merasa galau sendiri Dan, maaf jika aku bahagia kamu juga harus bahagia. Dan jika aku merasa gelisah kamu juga wajib merasakannya!" Batin Tuan Arno merasakan kemenangannya. "Bahaya ini!" Ucap Dani sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Semua ini gara-gara Inara. Inara sudah membuat kepercayaan seorang CEO perusahaan besar itu menururn drastis. Padahal sebelumnya Tuan Arno adalah laki-laki yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Dengan ketampanannya dan latar belakang yang merupakan salah satu putra bangsawan. Dani segera berlari menyusul Tuan Arno dengan cepat. Ia sudah tidak mau bercanda lagi sebab Tuan Arno sudah menunjukkan sikap aslinya yang dingin dan cuek berat. Jika sudah seperti itu, untuk meluluhkan kembali hatinya yang membeku butuh waktu seribu tahun lamanya. Dani mengenal bosnya dengan sangat baik, beberapa hari ke depan akan menjadi hari berat untuk dirinya. Mengambil hati Tuan Arno kembali adalah menjadi tugas utamanya nanti. "Nona Inara Chelselia Saputri, sebenarnya siapa kamu? Baru saja sehari bertemu anda sudah membuat masalah pada hidup kami, Terutama kepadaku! ya Tuhan apa salah dan dosa ku?" Teriak lirih Dani meratapi sasibnya yang sudah berada di ujung jurang kemiskinan. Mengapa tidak, ucapan Tuan Arno terdengar serius akan memotong gaji dan menghapus bonus gaji Dani bulan ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD