BAB 9. PANTAU TERUS

1071 Words
. . "Bagaimana?" Tanya seorang lelaki tampan pada bawahannya. "Nona muda hamil, tuan," jawab lelaki yang sedikit lebih tua dari lelaki tampan itu. "Jadi dia hamil anakku," gumam lelaki tampan itu lirih. Tapi masih bisa didengar oleh lelaki suruhannya. "Terus ikuti dia dan bantu sebisa kalian. Tapi ingat jangan sampai membuatnya curiga," perintah lelaki tampan itu lagi. Dia diam-diam mengulum senyum kala mendengar kalau dia akan jadi seorang ayah. SIAPA yang akan menyangka dia yang memiliki kelainan bawaan akhirnya bisa juga menyentuh wanita, bahkan membuat wanita itu hamil. Entah apa yang membuat wanita itu begitu spesial hingga kelainannya tak berpengaruh pada wanita itu. Sejak kecil dia mengalami kelainan tidak bisa bersentuhan dengan wanita. Satu-satunya wanita yang bisa menyentuh atau dia sentuh hanya ibunya. Nenek bilang itu semua bermula dari kebiasaan ayahnya yang suka berganti-ganti wanita. Ayah tak peduli siapapun wanita yang mampu membuatnya tergoda pasti akan berakhit di ranjangnya. Hingga dia berjumpa dengan seorang gadis cantik nan lugu anak dari salah satu pelayan setianya. Tak ada yang curiga kalau ayah sudah berulangkali mencumbu anak pelayan itu hingga hamil. Bukannya bertanggung jawab, ayah malah menuduh anak dan juga pelayannya menjebaknya kala mereka meminta pertanggung jawabannya. Pelayan itu marah hingga terucap kalimat yang serupa kutukan. Padahal waktu itu ibunya sedang mengandungnya. Begitu lahir, bayi kecil itu selalu muntah darah kalau dipegang oleh pelayan wanita. Hal itu terus terjadi hingga dirinya dewasa. Itulah kenapa hingga usianya genap tiga puluh tahun, dia tidak terlihat punya pasangan. Keluarganya yang mengetahui kelainannya hanya bisa pasrah jika keturunan mereka akan berakhir karena tak mungkin pewaris mereka satu-satunya akan menikah bahkan punya anak. Tapi, takdir berkata lain. Saat ini ada anaknya yang bertumbuh di dalam rahim wanita yang entah bagaimana tidak membuatnya muntah darah kala menyentuhnya. Bahkan mereka menghabiskan malam penuh dengan gelora. Sekuat tenaga dia akan melindungi wanita dan calon pewarisnya. "Tentu tuan. Pasangan itu sudah menjalankan tugas dengan sangat baik. Sampai detik ini nona muda tidak menaruh curiga pada mereka," sahut bawahannya dengan sopan. "Hmm bagus. Wanitaku tak boleh kekurangan apapun. Coba kamu selidiki dia mencukupi kebutuhannya dari mana?" Titah lelaki tampan itu lagi. "Ijin menjawab tuan. Saya sudah menyelidikinya. Nona muda menjual produk skincare punya temannya yang sering datang berkunjung. Nona juga menulis di aplikasi menulis. Tulisan nona diapresiasi oleh pembacanya. Nona juga menjadi affiliate salah satu online shop," sahut lelaki itu yang memang sudah menyelidiki Bulan. "Apakah mencukupi semua kebutihannya? Apalagi ibu mertua butuh perawatan. Sekarang ditambah dia hamil anakku," tanya lelaki tampan itu takut Bulan akan kekurangan uang. "Emm gimana kalau tuan datang dan mengaku kalau tuanlah yang sudah menghamilinya. Kalau tuan takut dia dalam bahaya, tuan bisa menyamar menjadi orang biasa," saran pesuruhnya. Lelaki itu terdiam memikirkan saran anak buahnya. "Tuan bisa menunjukkan rasa tanggung jawab tuan," ujar anak buahnya lagi. "Belum saatnya. Kamu tau kan sekarang musuhku menargetkan aku. Aku nggak mau ada yang mengetahui keberadaan pewaris dan juga wanitaku. Itu akan membahayakannya." Lelaki itu teringat musuh besarnya mulai beraksi. Si anak buah mengangguk mengerti akan keresahan tuannya. "Saya akan cari cara untuk membantu nona dan anak tuan," sahut si anak buah penuh tekad. "Bagus," ucap tuan muda itu senang. *** Mak Romlah berkunjung ke kontrakan Bulan dengan membawa beberapa tentengan di tangan kanan dan kirinya. "Permisi, Bulan!" Teriaknya karena melihat pintu kontrakannya tertutup rapat. Tak lama pintu kontrakan Bulan terbuka. "Mak, tumben pagi-pagi sudah di sini," sapa Bulan begitu mendapati sosok pemilik kontrakan yang bertamu sepagi ini. "Iniloh Mak bawakan kamu oleh-oleh saudara mak yang datang kemarin. Maaf ya, baru bisa dikasihkan sekarang," sahut Mak Romlah sembari mengangsurkan kedua kantong plastik yang memang sengaja dia bawa untuk Bulan. "Serius buat Bulan mak? Banyak banget, makasih banyak ya mak. Ayok masuk dulu mak. Bulan sedang masak," ucap Bulan dengan antusias. Dia membuka pintu kontrakan dengan lebar. Mak Romlah masuk dengan diiringi Bulan. "Lo bu Ratna, kelihatan makin sehat ya," sapa Mak Romlah begitu melihat sosok ibu Bulan yang duduk di atas kursi roda. Wanita itu terlihat lebih segar dibanding pertama kali datang ke kontrakan ini. "Aaaalngaamdulilllaaah," sahut bu Retno masih berat dalam berkata. Tapi sudah mulai jelas di telinga. "Syukur alhmadulillah kalau begitu. Saya ikut senang," ucap Mak Romlah lagi. Dia memindai kontrakan yang beda dari biasanya. Ada rak yang terisi beberapa kotak. Bahkan ada yang beberapa kardus besar di ruang tamu itu. "Itu apa Lan?" Tanyanya ingin tau. "Oh itu dagangan Bulan mak. Skincare. Alhamdulillah sekarang makin banyak yang beli," jawab Bulan antusias. "Alhamdulillah. Pantesan kamu agak gemukan ya Lan. Usaha kamu sukses kayaknya," sahut Mak Romlah memancing Bulan. Karena atas perintah atasannya untuk menjaga Bulan dan kehamilannya. Ini caranya untuk bisa membantu Bulan. "Emm mak. Maaf ya, sebelumnya. Tapi ada yang mau Bulan bicarakan. Semoga setelah mendengar kondisi Bulan mak tetap sudi mengontrakkan rumah ini pada kami," ucap Bulan cemas. Tapi dia tak mau mak Romlah mendengar tentang kondisinya dari orang lain. "Kamu bicara saja. Mak akan dengar," ucap Mak Romlah serius. "Mak duduk dulu ya, biar nggak capek," ajak Bulan sembari menunjuk karpet pemberian Mak Romlah. Mak Romlah menurut. "Begini mak. Sebelum saya ke kontrakan mak. Ada hal buruk yang menimpa saya. Saya tidak memaksa mak percaya dengan ucapan saya," ucap Bulan lirih. "Saya dijebak oleh sepupu saya, mak. Entah minuman apa yang mereka beri sampai saya tidak ingat apa-apa. Saat saya bangun, saya sudah berada di kamar hotel dengan tanpa busana. Dan bagian inti saya sakit. Ada bercak darah di sprei. Di saat itulah saya sadar kalau hidup saya sudah berubah," lanjut Bulan mulai menceritakan kejadian malam yang kelam itu hingga kini menghadirkan janin yang kini berada di dalam rahimnya. "Karena malan itu sekarang saya hamil," ucap Bulan menatap Mak Romlah. Ingin tau bagaimana reaksi pemilik kontrakan ini. Wanita baik hati itu balik menatap Bulan dengan penuh simpati. Ternyata Bulan benar hamil anak dari majikannya. Andai Bulan tau betapa berkuasanya lelaki yang sudah membuatnya hamil itu, entah apa yang akan dilakukan oleh Bulan. "Lan. Kamu pasti menderita," ucap Mak Romlah sembari memeluk tubuh Bulan lembut. Bagi mak Romlah Bulan adalah tiketnya untuk terus dipercaya oleh majikannya. Artinya dia akan ikut merasakan manfaat dari berbuat baik kepada Bulan. Belum-belum tuannya memberikannya dua kontrakan yang kini dia kelola. Ya, mak Romlah hanyalah pesuruh untuk merawat beberapa rumah kontrakan milik tuannya. Dua petak kontrakan tentu bukan hal yang mewah bagi tuannya. Tapi bagi mak Romlah dan suami tentu berbeda. Makanya dengan tekad kuat dia akan mengabdi kepada Bulan dan calon pewaris semua kekayaan tuannya. Demi menunjukkan rasa terima kasihnya kepada tuannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD