Begitu Aileen pergi, Melva dengan segenap rasa gusar di hatinya melangkah mendekati Axel. Amarah yang berkecamuk di dalam batin tak kuasa ia sembunyikan. "Keterlaluan kau, Axel! Bisa-bisanya kau menyewa jasa seorang perempuan untuk merawatmu secara pribadi, sementara kau tidak memiliki riwayat penyakit yang serius! Apa sebenarnya mau mu? Apa kau sudah gila? Apa kau telah benar-benar menyukai wanita kampungan itu! Jawab aku!" bentak Melva dengan keras hingga nafasnya tersengal. "Itu bukan urusanmu! Hidupku bukan kau yang mengatur! Kau tidak punya hak untuk itu. Jangan pernah merasa kalo kau itu istimewa bagiku. Justru kau hanyalah wanita pelampiasan bagiku. Aku tidak pernah menganggap mu sebagai bagian dari hidupku! Jadi aku minta kepadamu ...." Jari telunjuk Axel berada tepat di depan wa