7. Amarah Lukas

1112 Words
"Lukas apa kamu mendengarkan aku?" tanya Helena dengan membentak, membuat Lukas tersadar dari lamunannya. "Kenapa dua hari ini kamu bawel sekali?" tanya Lukas dengan mencibir. "Jangan mengalihkan topik pembicaraan, Lukas." Helena yang murka tentu saja kembali mengomeli Lukas. "Helena. Cepat katakan apa yang terjadi, sampai kamu marah-marah seperti ini. Kalau kamu cuman ngomel aja, mana mungkin aku ngerti. Memangnya aku ini dukun?" ujar Lukas yang mulai terpancing emosinya. Terdengar hembusan napas kasar di ujung sambungan telepon dan Lukas masih menunggu Helena untuk mengatakan apa penyebab wanita itu sampai mengamuk kepada dirinya. "Lukas. Cepat lihat grup kantor kamu." Titah Helena. Lukas segera mengambil wireless earphone, karena tidak ingin suara Helena terdengar oleh siapapun juga saat dia membuka aplikasi perpesanan. Matanya melebar saat melihat foto-foto kemesraan dirinya dan Veronica saat mereka masih bersama dulu. Foto yang sangat menggambarkan betapa mesra dan menggeloranya hubungan keduanya saat itu. Tangan Lukas mengepal erat, pikirannya langsung membersitkan satu nama siapa pelaku penyebaran foto-foto yang tak pantas menjadi konsumsi publik itu. "Lukas!" teriakan Helena yang menggelegar membuat telinga Lukas terasa berdenging. "Kenapa kamu diam saja, Lukas? Aku nggak sangka kalau kamu pernah melakukan hal memalukan seperti itu. Sepertinya wanita itu telah merencanakan semuanya saat kalian masih bersama. Kalau begini bisa-bisa akan muncul rumor buruk lainnya," ucap Helena dengan nada sinis. "Nanti aku telepon lagi." Setelah menjawab singkat Lukas mematikan telepon begitu saja tanpa memperdulikan jika lawan bicaranya masih ingin meneruskan pembicaraan ini. Lukas hanya dapat mengusap wajahnya dengan kasar. Sudah pasti Veronica adalah pelakunya. Dengan langkah tergesa Lukas menuju ke ruangan divisi keuangan. Raut wajah Lukas yang penuh dengan amarah, membuat siapapun tak berani untuk menyapa pria itu. Dan saat mengetahui ke mana kaki Lukas melangkah, membuat semua orang mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Suara pintu yang dibuka secara paksa mengejutkan semua orang yang berisikan 10 orang itu. Veronica yang tak mengerti apa yang terjadi tentu saja mengerutkan dahi saat melihat amarah yang terpancar pada wajah Lukas. Di tengah suasana yang tegang itu tampak dua orang wanita mengulas senyum licik. "Cepat ikut aku. Wanita penghianat." Tanpa aba-aba Lukas langsung menarik Veronica yang sedang duduk untuk mengikuti langkahnya. Veronica yang masih dalam keadaan lemas tentu saja tidak dapat memberontak. Genggaman tangan Lukas yang sangat kencang, membuat Veronica meringis kesakitan. Akan tetapi, Lukas yang sudah dibutakan oleh kebencian mengabaikannya. Setelah keduanya berada di atap kantor, Lukas melampiaskan kemarahannya kepada Veronica. "Apa maksudmu dengan menyebarkan foto seperti ini!" bentak Lukas sembari memperlihatkan foto mereka yang sedang berpelukan dalam posisi sensual. Veronica yang melihatnya tentu saja terkejut, dia juga bingung bagaimana foto mereka berdua bisa tersebar di grup kantor. 'Jadi itu alasannya admin mengeluarkan aku dari grup kantor ini. Agar aku menjadi orang terakhir yang mengetahuinya,' gumam Veronica di dalam hatinya. "Aku ... Saya tidak tahu kenapa foto itu bisa tersebar. Ponsel saya hilang dicopet tak lama Bapak ke luar negeri. Mungkin saja foto itu disebarkan oleh orang yang mengambil ponsel saya," ucap Veronica yang masih dalam keadaan bingung. Raganya memang bentuknya bumi, akan tetapi pikirannya melayang entah ke mana. "Kamu pikir saya akan percaya dengan alasan klien seperti itu. Bisa saja kamu yang menyuruh orang lain untuk menyebarkan foto ini 'kan. Cepat mengaku atau kamu akan menyesalinya." Ancam Lukas dengan raut wajah penuh kebencian. Bahkan kedua tangan Lukas mencengkram erat pundak Veronica yang kembali membuat wanita itu meringis kesakitan. Rasa sakit pada pergelangan tangan kanannya saja belum menghilang, tapi Lukas sudah menambahkannya lagi. Veronika hanya dapat pasrah menerima amukan dari Lukas. Berpacaran dengan pria itu selama 3 tahun, sedikit banyak membuat Veronica mengenali sifat dari Lukas yang saat marah tidak dapat dikendalikan. Dan lagi Veronica menganggap jika Lukas pantas menghukumnya, karena kesalahan yang telah dia perbuat. "Kenapa diam saja? Cepat jawab kalau kamu yang telah menyebarkan foto itu!" Teriakan Lukas yang menggelegar menjadi pertanda jika pria itu sangat murka dengan Veronica. Tidak ada keramahan sama sekali, seperti yang pernah diingat Veronica sebelumnya. "Bagaimana bisa saya mengakui kesalahan yang tidak pernah saya lakukan. Saya berani bersumpah jika tidak tahu kenapa foto itu bisa tersebar di grup kantor ini!" Veronica yang sudah tak tahan lagi akhirnya membalas Lukas dengan berteriak. Air matanya pun kembali mengalir membasahi pipinya, menambah rona pucat pada wajahnya. "Dan itu terserah Bapak kalau tidak mempercayai saya!" teriak Veronica kembali hingga suaranya menjadi serak. Lukas menatap tajam Veronica, tapi tak melepaskan cengkraman tangannya pada bahu wanita itu. Veronica yang sudah berada di ambang batas kekuatannya pun, akhirnya tumbang dengan keringat yang bercucuran dari sela pori-pori tubuhnya. Mata Lukas terbelalak saat melihat mantan kekasihnya terkulai dalam pelukannya. Pria itu menepuk-nepuk pipi Veronica agak kuat untuk mengembalikan kesadarannya. Tapi sudah 10 menit Lukas melakukannya, Veronica tak kunjung menunjukkan tanda akan bangun dari pingsannya. Yang ada wajah Veronica malah semakin memucat seolah aliran darahnya tidak mengalir sampai ke kepala wanita itu. Menyadari kondisi Veronica yang mungkin akan semakin parah, akhirnya membuat Lukas membopong tubuh ringkih itu menuju mobilnya. Dengan kecepatan penuh, Lukas membawa mobilnya menuju ke rumah sakit yang terdekat untuk memberikan Veronica pertolongan pertama. Tentu saja perbuatan Lukas itu membuat gempar satu kantor dan menimbulkan asumsi-asumsi baru yang tentunya semakin memperkeruh keadaan. Simon yang mendengar itu tak luput dari bulan-bulanan rekan satu divisinya. Mereka mengatakan jika Veronica adalah wanita yang tak tahu malu yang menginginkan dua pria dalam satu waktu. Mereka juga mengatakan Simon adalah pria bodoh yang terpikat akan kecantikan wanita licik seperti Veronica. Meskipun di dalam hatinya Simon merasa marah, tapi dia menahannya karena tidak ingin membuat keributan yang tak berguna. Simon memilih untuk diam dan di dalam hatinya, dia bertekad untuk mencari tahu siapa pelaku yang telah menyebarkan foto Lukas dan Veronica pada grup kantor ini. Sementara itu Lukas yang telah membawa Veronica ke rumah sakit segera membaringkan wanita itu pada ranjang di ruang IGD. Seorang dokter wanita langsung memeriksa keadaan Veronica beberapa menit kemudian dokter itu berkata kepada Lukas dengan raut wajah serius. "Mbak Veronica harus diinfus karena dehidrasi dan mengalami syok karena kekerasan yang dia alami sebelumnya. Kalau boleh tahu dengan siapa Mbak Veronica bertemu sebelumnya sebelum Bapak? Karena di tangannya ada luka memar yang sepertinya baru muncul." Lukas hanya terdiam saat sang dokter bertanya padanya dengan raut wajah curiga. "Dia tadi bersama saya saat pingsan. Memang tubuhnya dari dulu lemah," ucap Lukas. Menyadari pria yang ada di depannya tak dapat diajak berbicara dengan baik-baik, membuat dokter itu menggerutu di dalam hatinya dan berniat untuk melaporkan Lukas atas tindakan kekerasan yang mungkin dilakukan pria itu kepada Veronica. "Jangan berpikir untuk melakukan apa yang ada di dalam benak Dokter atau ... Anda akan menyesalinya. Lagi pula wanita itu memang pantas mendapatkannya." Dokter itu tersentak saat mendengar ucapan Lukas yang dingin dan penuh dengan ancaman itu. Ditambah dengan ekspresi datar pria itu yang mampu membuat gemetar orang-orang yang melihatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD