Tiga

1240 Words
"CEPAT PERGI!" Suara itu terdengar jelas. Terlalu jelas. Tanpa pikir panjang, aku segera berbalik meninggalkan kedua sosok hitam misterius itu. Dan sebelum pergi, kulihat bayangan hitam melesat dengan cepat ke arah sosok besar tadi, kemudian keduanya sama-sama hilang dengan suara tumbukan yang begitu keras. Teleportasi, eh? Aku menatap heran. Sampai di depan rumah tubuhku bergetar hebat setelah berlari. Napasku pendek-pendek dengan keringat dingin yang terasa membanjiri tubuh. Sungguh, aku tidak ingin mempercayai apa yang kulihat barusan. Namun, semua terlihat begitu nyata; bagaimana bayangan hitam hilang dan muncul tiba-tiba, kemunculan sosok hitam besar yang memiliki kekuatan api di tangannya, bayangan hitam yang kemudian menciptakan perisai lewat udara untuk melawan api yang dihasilkan sosok besar itu, juga ... bagaimana tiba-tiba sebuah suara tercipta di kepalaku. Apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Peristiwa apa ini yang menimpaku? Bayangan hitam itu, sebenarnya siapa dia? Manusia macam apa? Siapa juga sosok hitam besar yang tadi baru kulihat dengan mata merahnya? Kenapa sosok itu ingin menyerangku? Dan, kenapa pula bayangan hitam tiba-tiba datang menampakkan diri menyelamatkanku? Bayangan hitam itu bahkan menarik tanganku. Dia menyentuhku! Suatu hal yang tentunya membuktikan jika dia nyata. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi. Kenapa hidupku jadi seperti ini? Suara tadi siapa yang berbicara? Apakah bayangan hitam? Tapi, bagaimana bisa? Apa telepati juga menjadi salah satu kemampuannya? Jika iya, kenapa aku juga mampu mendengarnya? Apakah aku bisa telepati juga? Ini sungguh gila. "Hah ...." Aku menghela napas panjang setelah mengistirahatkan kedua tanganku dengan menumpukannya di lutut. Detak jantungku ini harus segera ditenangkan. Setelah merasa lebih baik, aku melangkah masuk ke dalam rumah. Mendengar suara pintu yang kubuka, Kak Rama segera menyambutku dengan suaranya. Dia sudah sangat kelaparan katanya. Aku tersenyum. Sebenarnya aku juga sama laparnya. Tadi di tempat kerja, tidak tahu kenapa aku sangat malas menelan makanan saat menjaga toko. Padahal Bu Sari, wanita paruh baya yang memiliki toko kelontong tempatku kerja itu memasak brownis coklat yang sangat banyak dan berbagai macam kue kering. Wanita baik hati itu membuatkan banyak untuk pegawainya dan aku malah melewatkan kesempatan emas untuk menikmati kelezatan makanan itu, secara gratis. Selain memiliki toko kelontong, Bu Sari juga menerima pesanan kue. Hanya saja wanita paruh baya itu belum yakin untuk membuka toko untuk kue sendiri. Di samping toko kelontongnya misalnya. Toh, sebenarnya masih ada ruang. Dan area itu juga masih miliknya. Set! Sesosok laki-laki langsung menarik atensiku saat tanganku hendak menutup pintu. Mataku membola menangkap bayangan hitam yang muncul tiba-tiba di depan saat aku berbalik. Sontak saja aku menghentikan gerakan tanganku setelahnya. Aku langsung diam menatapnya. Sekarang, haruskah aku menghampirinya? Tapi, bagaimana jika mendadak dia kembali menghilang sebelum aku sampai ke hadapannya? Orang itu berdiri di seberang jalan depan rumahku yang gelap. Tidak terkena cahaya lampu karena kemarin memang secara kebetulan sedang rusak dan belum diperbaiki sampai sekarang. Namun, meski begitu aku bisa melihatnya dengan jelas. Dia ternyata baik-baik saja setelah pertarungan luar biasanya dengan makhluk bertangan api tadi. Tampak lengkap. Masih dengan jubah hitam dan tudung di kepala yang menutupi wajahnya. Mendadak aku jadi penasaran bagaimana wajah yang ada di balik tudung itu. Melebihi rasa penasaranku sebelumnya. Laki-laki seperti apa yang ada di balik jubah dan tudung hitam itu? Kenapa dia memakainya? "Citra." Aku terhenyak. "Kau baik-baik saja?" Aku kembali mendengar sebuah suara berbicara di dalam kepalaku. Astaga~ Jadi, benar bayangan hitam itu yang bicara padaku? Dan lagi-lagi dia menyebutku Citra. "Dek, ada apa? Siapa di luar?" Kak Rama tiba-tiba muncul di sampingku. Sebentar, ia menatapku sebelum mengalihkan tatapannya ke tempat bayangan hitam yang ada di seberang jalan berdiri. Saat aku mengikuti Kak Rama untuk kembali melihat ke arah bayangan hitam berdiri, tempat itu kosong. Dia sudah pergi. Tepatnya dia sudah menghilang lagi. Tidak ada siapa-siapa di sana selain udara hampa dan gulita. "He he. Nggak kok, Kak. Bukan siapa-siapa." Aku memecahkan tawa. Entah bagaimana kedengarannya tapi semoga tidak ganjil dan mencurigakan. Kak Rama mengedikkan bahu menanggapi tawaku. "Ya udah, tutup pintunya. Kakak udah laper berat. Ayo makan!" "Iya." Aku menuruti Kak Rama untuk menutup pintu. Setelah kenyang makan malam dengan seporsi nasi goreng bersama Kak Rama dan teman-temannya di ruang tengah, aku langsung masuk ke dalam kamar. Melirik angka jam digital yang ada di atas meja, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Terhitung sudah hampir setengah jam aku merebahkan tubuh di kasur dan belum bisa tidur. Di luar, tepatnya di ruang tengah yang ada di lantai satu masih terdengar keributan yang disebabkan oleh suara Kak Rama dan ketiga temannya. Biasa, mereka bertiga sedang menonton bola. Aku biasanya juga akan bergabung dengan mereka. Namun, kali ini tidak karena sampai rumah tadi kepalaku mendadak pusing sehabis makan. Mungkin masih syok karena kejadian yang kualami tadi. Saat ini hal yang sangat ingin kulakukan sebenarnya adalah menelepon Tante Gita dan menceritakan semua yang kualami kepadanya. Tapi aku ragu, aku takut Tante Gita tidak akan mempercayai ceritaku. Kemungkinan besarnya, Tante Gita juga akan mengatakan kalau aku sedang berhalusianasi seperti yang dikatakan sahabatku Karina. Sebelumnya aku sudah pernah menceritakan mengenai bayangan hitam itu pada Karina yang di kelas duduk sebangku denganku, tapi seperti yang kukatakan, ia tidak percaya dan menganggapku hanya berhalusiansi semata. Padahal kukira, Karina akan mempercayaiku mengingat di antara ketiga teman baikku, dialah yang paling dekat denganku dan mengerti aku. Tapi ternyata aku salah. Memang, jika dipikir-pikir siapa pun tidak akan mungkin mempercayai ceritaku. Lagi pula siapa yang mau percaya ada bayangan hitam yang mengikutimu ke mana pun pergi, bisa menghilang secepat kilat, dan memiliki kekuatan super di abad ini? Hei, ini bukan dunia fiksi! Apalagi fantasi! Orang gila pun kupikir bisa tertawa saat mendengarnya. Dan ya, jika ada orang yang mengatakan hal ini padaku sebelumnya, aku juga pasti akan langsung tidak percaya. Namun, masalahnya di sini akulah sendiri yang mengalaminya. Lalu bagaimana caraku bisa menjelaskan dan meyakinkan semua orang? Aku benar-benar tidak sedang mengkhayal atau berhalusinasi. Bayangan hitam itu ada. Dia nyata senyata-nyatanya. Karena jika tidak, bagaimana mungkin dia bisa menarikku ke arahnya tadi? Tidak mungkin, kan, sesuatu yang tak nyata menyentuh yang nyata? Dan jika dia tidak nyata, toh, aku bisa merasakan pegangan tangannya. Dan soal Citra ... kenapa bayangan hitam itu memanggilku Citra? Siapa dia? Apa hubungan Citra dengan bayangan hitam? Lalu, apa pula hubunganku dengan Citra itu? Kenapa bayangan hitam tiba-tiba muncul dalam hidupku? Kenapa dia selalu mengikutiku? Aku sungguh tidak pernah melihatnya sebelumnya. Kenapa dia tiba-tiba ada? Kenapa aku juga harus mengalami kejadian aneh setelah kemunculannya? Aku ingat. Semua berawal dari aku yang berlibur ke rumah Papa yang ada di Surabaya satu bulan yang lalu. Liburan tengah semester dan tahun baru. Seperti biasanya, aku dan Kak Rama pergi ke sana untuk menghabiskan dua minggu waktu libur kami. Minggu pertama di Surabaya lalu minggu keduanya di Kediri, kediaman Buyut Minah---ibu dari ibunya Papa yang masih sehat di usianya yang hampir 90 tahun, sedangkan kakek dan nenek dari pihak Papa dan Mama sudah sama-sama meninggal. Di sanalah aku mulai melihat bayangan hitam itu di sekitarku. Tepat setelah seminggu dia selalu hadir dalam mimpiku ketika menghabiskan waktu berlibur di Surabaya. Aneh? Tentu saja. Laki-laki itu kemudian benar-benar muncul dan menampakkan diri saat acara kejutan ulang tahunku yang ke tujuh belas. Kejutan yang disiapkan Papa, Kak Rama, Tante Gita, dan keluarga yang ada di Kediri. Ulang tahunku memang selalu terjadi tepat saat libur sekolah. Pertama kali melihatnya, aku kira hanya salah lihat karena sebelumnya sudah sering melihatnya dalam mimpi. Tapi tidak, dia kemudian benar-benar menunjukkan eksistensinya waktu itu. Dan sekarang kenyataannya dia malah ada dan selalu menghantuiku ke mana-mana. Sesuatu yang benar-benar gila dan tak terduga. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD