EPISODE || Seseorang di Pantai Hamdeok

2307 Words
EPISODE 13 ______________________________________________________________________________________________             Tujuan awal Noah ke Korea Selatan adalah LIBURAN meskipun dia belum tahu tempat mana saja yang bagus untuk dikunjungi. Tugas dari Ellards sebetulnya hanya menyusahkannya. Menjadi tantangan tersendiri untuknya.             Menurut Noah, cukup  sulit untuk membuka bisnis fashion di Korea Selatan ini. Selain karena Noah sama sekali belum pernah ke Korea Selatan, dia juga tidak tahu bagaimana kehidupan masyarakat di sini. Bisa jadi, bisnis fashion bukan sasaran yang tepat. Atau entahlah, itu hanya pemikiran Noah karena sepertinya Elan dan Samantha terlihat tidak memikirkan hal itu.             Bahkan Ellards lah yang mengirim mereka ke sini. Itu artinya, ayah Noah tak mungkin asal membangun bisnis. Dia pasti sudah tahu kerugian dan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan.             Noah termenung di kursi kerjanya. Tidak sendirian karena Samantha, Elan dan Sonya juga berada di sana setelah rapat beberapa menit yang lalu. Tempat yang mereka tempati saat ini adalah kantor baru Noah. Harus menyewa gedung tepat di lantai 4 untuk kepentingan pekerjaan selama satu bulan kedepan. Lantai lima merupakan gedung seni, lantai 2 dan 3 adalah restoran.             “Sebenarnya aku sedikit ragu membuka bisnis fashion di sini,” ucap Noah tiba-tiba. Dia membuka obrolan karena sejak tadi hanya keheningan yang memenuhi ruangan. Sekaligus mengungkapkan isi hatinya. Barang kali mereka juga sebenarnya satu pendapat dengannya.             Sayang sekali, mereka hanya menatap Noah tanpa minat. Dan anggapan bahwa mereka juga tidak setuju langsung hilang dalam sekejap. Noah tahu, kalau begitu artinya dia tak akan bisa memenangkan suara. Walaupun ini  bukan ajang pemungutan suara.             “Mengapa begitu? Kurasa Korea Selatan ini tempat yang tepat.” Tetapi Elan yang  sedang duduk di sofa bersama yang lainnya ternyata menyahut. Pria itu menatap Noah serius. “Ayahmu juga pasti sudah memikirkannya matang-matang.”             Jari telunjuk Noah mengusap pelipis. “Aku juga setuju soal itu. Tetapi ini seperti kita diturunkan di gurun pasir tanpa perbekalan. Bisa jadi, kita hanya akan sia-sia di sini.”             Sonya, Elan dan Samantha saling tatap. Alis mereka bertautan. Kemudian, beralih menatapku.             “Apakah kau tahu tentang fenomena idol, Noah?” Kali ini Samantha ikut menyuarakan pendapatnya.             “Idol?” Sebelumnya Noah tidak pernah tahu fenomena macam apa yang Samantha bicarakan.             “Yaps. Ini semacam idol-idol dari agensi terkenal dan para fansnya. Jujur saja, fans idol Korea ini cukup hebat dalam berpartisipasi mendukung karya mereka.”             Bukan hanya Noah yang mendengarkan penjelasan Samantha dengan serius. Elan dan Sonya juga ikut mendengarkan. Mungkin karena mereka juga sama seperti Noah, belum mendengar tentang fenomena idol.             “Contohnya seperti ini, banyak merek fashion yang menggunakan jasa idol untuk mempromosikan pakaian mereka. Dan para fans juga banyak yang mendukung, ikut mempromosikan dengan terus membahasnya karena bagi mereka idol yang dikontrak oleh merek ternama itu sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak dari mereka juga membeli produknya. Membuat produk tersebut sould out dalam waktu sekejap!” Samantha menjelaskan dengan sangat antusias.             “Benarkah? Dan dari mana kau tahu soal itu?” Noah tidak bisa menelan informasi itu dengan bulat-bulat.             Tiba-tiba Samantha meringis. “Karena aku adalah salah satu fans yang cukup fanatik, hehe!”             “What?! Kau serius?” Mulut Elan mengaga lebar. “Mengapa kau tidak pernah mengatakan itu padaku, Hunny?!” Elan menuntut sebuah penjelasan. Merengek, menarik-narik kemeja yang Samantha kenakan sehingga membuat perempuan itu merasa risih.             Sonya yang melihat pertengkaran sepasang kekasih itu menggeleng tak habis pikir. Lalu Noah, terdiam dan memikirkan lebih lama lagi tentang informasi yang Samantha katakan. Mengabaikan dua sejoli yang masih asik berdebat.             “Aku butuh saran kalian, termasuk kau, Sonya,” ucap Noah tiba-tiba di tengah keributan Samantha dan Elan. Noah tidak sadar jika dia mengejutkan tiga orang yang duduk di sofa. Tetapi itu justru membuat keheningan sementara.             “Ah, maaf. Aku tidak bermaksud membuat  kalian terkejut.” Noah meringis. Menggaruk kepalanya. Perlahan Noah keluar dari himpitan kursi, melangkah ke belakang kursi dan berdiri menghadap jendela yang menyuguhkan pemandangan sungai han.             Baru satu hari, Noah merasa nyaman tinggal di negeri gingseng ini. Walaupun Noah harus menyesuaikan diri lebih dulu terutama pada makanannya. Meskipun ia menyukai beberapa makanan di sini tetapi dia juga akan merindukan makanan di Washington.             “Maksud Anda idol mana yang bagus untuk bekerja sama dengan perusahaan?” Suara itu adalah milik Sonya yang kini duduk menghadap punggung Noah.             Mereka pikir, Noah masih membahas masalah seputar pekerjaan.             “Bukan. Aku sedang tidak memikirkan itu.” Noah menjawab tanpa menoleh. Dengan ekspresi serius yang masih membungkus wajah tampannya itu.             Samantha mengernyit. “Harusnya kita membahas pekerjaan karena kita masih berada di kantor. Tetapi, memangnya saran untuk apa?” gumamnya pelan hampir tak terdengar dan lebih kepada bertanya pada Sonya sehingga perempuan itu menggeleng tak tahu.             “Lain kali, tolong berdeham lebih dulu,” tegur Elan. Lantas Noah menoleh sekilas. Samantha dan Sonya juga menoleh ke Elan yang tampak kesal secara tiba-tiba. “Untung saja kami tidak punya serangan jantung,” tambahnya terdengar ketus. Pria itu mengambil minuman botol di kulkas dan membagikannya kepada Samantha serta Sonya. “Minumlah, kita butuh sesuatu agar perut tidak kosong.”             Kening Noah sempat mengernyit ketika Elan dengan sengaja menekanakan kata Kosong dan melotot sengit ke arahnya. Tak tahu apa maksudnya mengapa Elan mengatakan seperti itu dan suaranya sejak tadi terdengar ketus.             Noah sedikit berbalik agar bisa melihat Elan yang tengah menenggak minumannya. “Apakah aku membuat kesalahan? Sepertinya kau kesal padaku,” tebaknya. “Atau karena aku memotong pertengkaranmu dengan Samantha?” Sebenarnya Noah juga tipe pria yang mudah sensitif dan bisa mengamuk jika terusik.             “Sungguh, aku membutuhkan saran kalian. Maaf jika aku membutmu kesal, Elan.” Noah kembali duduk.  Membuat keributan konyol semacam itu sepertinya ide yang buruk. Dan  Noah tidak mau itu terjadi.             Elan mencibir, tidak berniat memaafkan Noah.             “Lalu saran seperti apa yang kau maksud jika bukan soal idol? Apakah semacam harus makan siang apa kita hari ini?” sindir Elan dengan sengaja. Dia kelaparan, perutnya berulang kali keroncongan. Hanya pekerja paksa yang tak diberi makan. Apakah sistem Voc juga berlaku di perusahaan ini?             Bagaimana Elan tak kesal, perutnya belum terisi makanan siang ini dan Noah seolah lupa bahwa mereka belum makan. Oleh karena itu dia menyinggung Noah soal makanan. Padahal waktu sudah menunjukan pukul 11 siang. Dia juga kasihan pada Samantha yang tak pernah berani protes pada Noah.             “Atau semacam, sebaiknya kita kembali ke apartemen dan segera memesan makanan?”             Samantha melirik kekasihnya. Sonya kebingungan mengapa Elan membahas soal makanan. “Ada apa dengannya?” Sonya berbisik pada Samantha. Yang mana perempuan itu justru melirik ke jam tangannya, “Pantas saja. Ini sudah waktunya dia minum obat.”             Kelakar itu membuat Sonya menahan tawanya.             “Sudahlah, percuma menyindirnya. Kita juga tidak akan makan siang jika dia belum lapar. Huuft, aku sempat menyesal mengajaknya ikut ke Korea,” bisik Samantha saat Noah tak melihat ke arah mereka.             “Tenang saja. Sebentar lagi kita bisa memesan makanan.” Sonya selalu berusaha menenangkan.             Noah menegakan duduknya, menghela napas pelan. “Menurut kalian tempat mana yang paling bagus di Korea Selatan untuk dikunjungi?” Noah menatap temannya satu persatu.  “Aku ingin merelaksasikan pikiranku dan jika kalian tidak sibuk, kalian juga bisa ikut denganku. Terkhusus Sonya, karena aku tidak bisa berbahasa korea,” imbuhnya, menunjuk Sonya yang tampak tersenyum.             “Saya bisa merekomendasikan beberapa tempa untuk Anda.” Sonya berdiri mendekat sembari membawa tablet miliknya. Siapa yang tak suka dengan liburan? Itulah mengapa Sonya terlihat sangat antusias. Sekejap melupakan rasa lapar yang melilit perutnya.             “Ada beberapa tempat yang bisa Tuan kunjungi.” Dia memperlihatkan opsi tempat yang bisa dikunjungi melalui tablet silver miliknya.             Tidak ingin memilih terlalu lama Noah segera mengatakan, “Aku ingin ke pantai. Tolong, rekomendasikan lokasi yang sepi tetapi pemandangannya indah.”             Sonya mengangguk, kemudian kembali ke sofa. Dan mulai mencari tempat seperti apa yang Noah inginkan. Dia tak berhenti tersenyum. Sementara kali ini Elan Samantha yang menatapnya heran. Mereka tahu bahwa Sonya memang hobi liburan. Itu sebabnya dia giat belajar banyak bahasa.             “Semua pantai indah, ‘kan?” bisik Elan lagi-lagi menggunjing Noah bersama kekasihnya.             “Bagaimana dengan ini, Tuan?” Sonya kembali ke samping Noah menunjukan tempat yang menurutnya bagus untuk dikunjungi. “Hanya butuh waktu 1 jam untuk ke sana melalui jalur udara. Kita bisa memesan tiketnya sekarang dan berangkat besok. Jika boleh tahu, berapa lama waktu yang Tuan butuhkan? Saya bisa sekalian memesan hotel untuk Anda.”             Gambar yang ditunjukan Sonya melalui tabletnya memang menjanjikan pemandangan yang indah. Noah terdiam berpikir. Dia sebenarnya cukup sibuk. Hanya saja Noah ingin liburan sebelum  memulai aktivitas penat.             “Baiklah, kita akan ke sana untuk beberapa hari. 3 atau 4 hari sepertinya cukup. Kita harus liburan sebelum bertempur dengan pekerjaan.”             Keputusan Noah itu disambut gembira oleh Samantha. “Noah, kau tidak berbohong, ‘kan?” antusias perempuan itu. Matanya sampai melebar. Dia pikir, Noah bercanda.             Noah mengangguk.  Samantha berseru senang.             “Oh iya, pesan saja hotelnya. 5 orang.”               Sonya mengangguk antusias. Sementara pria di sofa yang tengah kelaparan mendengus kesal.             “Hei, kau tidak suka?” Noah melihat ekspresi Elan yang tak enak di pandang. Sejak tadi dia memang melihatnya. Namun, hanya diam saja.             “Ha? Apa? Tidak. Aku menyukainya. Terima kasih Noah. Semoga nanti kau bisa mendapatkan pengganti Kaylie. Jika tidak, Sonya juga bersedia.” Elan memasang senyum yang dipaksakan.             “Hei, apa katamu?!” kesal Sonya disambut kikikan Elan. Sementara Noah tidak menanggapi dan melirik Samantha yang tersenyum padanya. ___________________________________________________________________________________             Seperti apa yang Sonya katakan, keesokan harinya mereka tiba di pulau Jeju setelah menempuh satu jam perjalanan dari Seoul melalui jalur udara. Dan harus menaiki bus lagi untuk sampai ke pantai Hamdeok. Pantai yang terkenal akan keindahannya. Mereka akan menginap di hotel Beach Story Hotel selama beberapa hari. Lokasinya juga sangat dekat dengan pantai.             Setibanya mereka di sana, pemandangan memabukan penglihatan mereka. Air laut yang biru dan semilir angin yang sejuk. Di sekitar pantai Hamdeok juga terdapat bukit berumput dengan hamparan bunga yang indah. Mereka bisa menikmati udara segar dari atas bukit sambil menatap hamparan laut yang indah, ditemani oleh kuda-kuda yang dilepas bebas di sana.             “Sonya, mengapa kau membawa kami ke pantai Hamdeok. Apa yang spesial dari pantai ini? Aku tahu pemandangannya memang sangat indah. Tetapi, apakah kita hanya disuguhkan pemandangan saja?” tanya Samantha sembari menyusuri jalan setapak untuk menuju bukit bersama yang lainnya. Angin menerpa tubuh mereka sesekali.             “Aku juga ingin menanyakan itu sejak tadi,” sela Noah sembari mengikuti Sonya dari belakang. Seperti permintaan Noah, pantai ini tidak terlalu ramaiu. Kemungkinan karena bukan hari libur. “Maksudku, di sini memang bagus. Tetapi apa yang membuatnya spesial?”             “Seperti apa yang Tuan inginkan. Pantai Hamdeok adalah salah satu pantai yang tenang, arsi dan menyuguhkan keindahan yang luar biasa. Di sini,   juga dilengkapi fasilitas seperti ruang ganti dan mandi, area perkemahan, jet ski, pemancingan, ski air, dan banana boat. Kita juga bisa mencoba menaiki kayak atau snorkling.”             Elan dan Samantha mengangguk paham. Noah juga. Tetapi tiba-tiba saat tak sengaja melihat-lihat, dia dibuat penasaran oleh pantai yang diapit oleh batu karang. Pasirnya terlihat sangat putih dari atas bukit.             “Sonya, bolehkah aku ke sana? Maksudku, itu bukan lokasi berbahaya, ‘kan?” Mata Sonya mengikuti arah tunjuk Noah. “Ah, tentu saja Anda boleh ke sana.”             “Kalau begitu, kalian silakan menikmati pemandangan pantai dari sini. Aku ingin ke sana—”             “Aku ikut!” Elan mendaftar dengan cepat. “Di sana indah sekali. Kita bisa mengambil beberapa gambar dan mengunggahnya ke sosial media. Teman kantor pasti akan iri asal Ellards tidak melihatnya kita tidak akan mendapat masalah.”             “Ah, benar juga. Ayo!” Samantha bersemangat persis seperti Elan.             “Tidak. Aku ingin sendirian,” tolak Noah dengan cepat.             “Yah … itu bukan milikmu jadi siapapun bisa ke sana, ‘kan?”               “Aku ingin sendirian, Elan,” ulang Noah dengan tegas.             Terdengar helaan napas kecewa. Namun, Noah mengabaikannya. Lantas dia kembali menuruni jalan setapak di bukit itu. Memberi tahu asistennya untuk tidak ikut karena Noah benar-benar ingin sendirian. Menikmati alam terbuka ini dengan tenang.             “Huft! Dasar menyebalkan!” gerutu Elan yang langsung dihadiahi plototan oleh Samantha.             _______________________________________________________________             Benar-benar alam yang indah. Semesta memberikan ini semua  secara cuma-cuma. Hal yang perlu manusia lakukan adalah menjaga keasriannya dan menjaga alam tersebut dari tangan-tangan nakal.             Noah duduk di salah satu batu karang. Ombak kecil sesekali menerpa dasar batu tersebut hingga mengenai kaki Noah yang menginjak putihnya pasir pantai. Suasana di tempat itu sangat sepi. Suara ombak dan angin berpadu begitu indahnya membentuk nyanyian alam.             Sekelebat pikiran mengandai-andai muncul di benaknya. Andai saja hubungannya dengan Kylie baik-baik saja. Andai saja Noah punya keberanian untuk mengenalkan Kylie pada orang tuanya dan andai saja Kylie mau memperbaiki hubungan mereka. Mungkin Noah tidak akan kesepian di pantai ini.             Noah menggeleng keras. Apa yang baru saja dia lakukan?  Harusnya dia tetap pada prinsip awal bahwa tujuannya berlibur adalah untuk menghapus semua kenangan tentang Kylie. Bukan semakin mempejelas kenangan itu.             Lupakan tentang Kylie. Noah harus memulai hidup baru.             Tubuh Noah tegap, menyakinkan dirinya bahwa dia pasti bisa melewati ini semua dan segera menemukan seseorang yang bisa menjadi penyemangatnya. Ia menatap di kejauhan sana. Bibir pantai yang memanjang digulung ombak kecil yang tak berhenti sama sekali.             Tetapi Noah tiba-tib menyipitkan matanya ketika tak sengaja melihat sesuatu di jauh sana. Pasir pantai yang putih, laut yang biru itu mampur menunjukan sesuatu yang tampak berbeda. Bukan. Jika itu batu, harusnya tidak bewarna merah muda. Itu terlihat seperti ….             Tak dapat melihat dengan jealas, Noah lantas berdiri. Menyipitkan matanya sekali lagi. Tetapi tetap sama saja sampai Noah memutuskan berlari untuk melihat apa yang ada di sana. Dia benar-benar penasaran.             Sampailah Noah di sana, sesuatu itu terlihat tak bergerak sendiri. Ombak terus menerpanya. Dan Noah mendekat perlahan. Betapa terkejutnya dia ketika mendekat sesuatu yang tampak jauh di sana adalah seorang manusia yang tak sadarkan diri terhempas oleh ombak.             “Astaga!”              Tanpa menunggu lama, Noah segera menggotong orang itu dan membawanya ke tepi. Menidurkannya di sana dan Noah segera berteriak,              “Tolong!”  _____________________________________________________________________________________________ Sampai jumpa di episode 14
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD