Ketegangan melanda kediaman keluarga Kim, dikarenakan kedatangan David. Ini seharusnya bukanlah sesuatu yang membuat tegang, tapi sejak awal David sudah membuat keadaan seperti ini. Menantu datang ke rumah mertua malah terlihat seperti pertemuan dua pria yang bermusuhan, David dan Justin.
Hampir semua tegang, kecuali Lily. Dibanding tegang, Lily justru mencoba untuk tidak peduli pada kedatangan David karena Lily percaya kalau tidak mungkin kedatangan David karena ingin bertemu dengannya. Memang sejak kapan David begitu ingin melihat wajahnya?
Sementara David tengah menatap Justin dan dari sana David bisa melihat dengan jelas tatapan benci Justin yang hanya tertuju padanya. Namun bukan hanya Justin yang memiliki kebencian, David ingin menegaskan bahwa dirinya juga memiliki rasa benci di dalam hatinya, bahkan rasa bencinya jauh lebih besar dari yang terlihat, sebab David memiliki kenangan kurang baik dengan Justin.
“Dari matamu, aku bisa melihat bahwa kau membenci pernikahan ini. Aku juga benci pernikahan ini, sebab aku harus memberikan adikku pada pria sepertimu. Tapi Ayahku, Ibuku, dan Lily terlalu baik hingga mau mengabulkan keinginan ayahmu. Bahkan jika pernikahan ini tanpa cinta, jangan pernah berpikir untuk menyakiti Lily, atau kau tahu akibatnya!”
Ucapan Justin kembali terlintas di benak David. Sejak awal, Lily sudah disakiti, tapi Justin tidak bisa melakukan apa-apa. Menyedihkan. David yakin, Justin hanya bisa bicara tanpa ada aksi nyata. Kakak macam apa itu?
“Jika tidak punya jawaban, maka lebih baik kau pulang! Jujur saja, aku sedang tidak ingin melihatmu ada di rumahku.” Justin tahu kalau sebagai seorang kakak ipar, ia harus bersikap baik pada David, tapi sayang sekali Justin tidak bisa melakukannya. Bukan sikap baik, namun pukulan rasanya jauh lebih cocok untuk David.
“Justin, kau ...” Anna ingin menegur sekaligus menghampiri Justin, sebab merasa Justin sudah melewati batas. Tapi Anna ditahan oleh Aiden dan diberi isyarat untuk tetap duduk.
Bagi Aiden, David memang pantas mendapat perlakuan seperti yang dilakukan oleh Justin. Jujur saja, Aiden sungguh merasa menyesal telah menyetujui perjodohan David dan Lily, demi sahabatnya. Andai waktu bisa di putar, Aiden tidak akan pernah membiarkan putri bungsunya mengenal ataupun bertemu dengan David, walau itu demi sahabatnya.
Tapi Aiden bisa apa sekarang?
Semua telah terjadi, nasi sudah menjadi bubur dan pernikahan sadis telah terlaksana. Kini, Lily menolak saat diminta berpisah dengan David. Alasannya sangat menyayat hati, Lily ingin bertahan sampai bayi di dalam kandungannya lahir dan yakin dalam waktu sembilan bulan akan membuat David bisa menerima pernikahan ini, juga menerima kenyataan bahwa Lily, seorang wanita bisu adalah istrinya. Lily begitu yakin akan hal itu dan Aiden berharap keyakinan dan perjuangan Lily untuk bertahan tidak akan terbuang sia-sia.
“Aku punya jawaban ...” David menjeda kalimatnya, lalu menatap dua wanita yang duduk bersebelahan. Elsa dan Lily, itulah mereka.
“Aku ingin menemui istriku, Lily. Aku khawatir karena dia tidak ada di rumah.” Ini adalah lanjutan dari kalimat David, sekaligus jawaban atas pertanyaan Justin. David sudah berakting dengan sangat baik layaknya seorang suami yang lembut, tapi tentu Justin tidak bisa percaya percaya begitu saja pada ucapan David.
Sangat sulit bagi Justin untuk mempercayai kalimat manis yang keluar dari mulut David. Bisa saja David hanya sedang berakting untuk sebuah alasan demi kepentingannya sendiri. Baiklah, katakanlah bahwa setiap manusia di dunia ini bisa berubah menjadi lebih baik, itu adalah hal nyata. Akan tetapi untuk David berubah menjadi baik hati pada Lily hingga khawatir pada sosok yang selalu dia benci, jujur saja Justin katakan bahwa itu rasanya sangat mustahil, kecuali ada sesuatu di balik itu atau kata lainnya perubahan David hanya sebuah kepalsuan. Itu bisa saja terjadi, bukan?
Merasa sudah cukup berhadapan dengan Justin, David beralih mendekati Lily, istrinya yang masih terkejut setelah mendengar jawabannya tadi. “Aku sangat khawatir karena kau tidak ada di rumah. Kau seharusnya mengirim pesan padaku jika akan pergi,” ujar David halus dan terdengar memuakkan di telinga Justin. Bahkan setelah semua kalimat manis itu, Justin masih tidak percaya bahwa ini sungguhan.
David menatap dalam Lily, tidak sampai di situ, David juga tersenyum pada Lily. David begitu pandai bersandiwara, terlebih saat ada di depan Elsa. Si Sadis harus berubah menjadi si Manis, agar hubungan terlarang bisa terjalin. Ini akan sangat menyakitkan jika sampai di telinga Lily. Tidak cukup hanya dengan rasa sakit, tapi bisa dipastikan bahwa Lily juga hancur jika nanti sandiwara ini terbongkar.
“Apa yang terjadi padamu? Jujur, aku semakin takut kalau ini hanya sifat palsumu.” Hati kecil Lily berbicara, ketika David terus menunjukkan sisi manisnya. Ini adalah sifat yang Lily harapkan, namun Lily tidak mengerti kenapa ia merasa takut sekarang.
“Pulanglah bersama David. Tidak baik seorang istri meninggalkan suaminya terlalu lama.” Elsa buka suara dan David meliriknya dengan tatapan tidak suka, sebab David merasa kalau Elsa ingin cepat-cepat menciptakan suatu situasi yang hanya ada David dan Lily di dalamnya. Elsa yang melihat lirikkan David balik menatap tajam David yang memberi kode bahwa ini adalah sebuah perintah dan isi dari kesepakatan.
“Oh ya, hari ini, aku ingin makan malam denganmu. Ayo kita pergi sekarang.” David menggenggam tangan Lily, lalu menyapa kedua orang tua Lily, baru setelahnya membawa Lily pergi. Demi Tuhan, David benci harus berakting baik pada Lily.
Elsa senang melihat David seperti ini. Meski begitu, Elsa tetap punya ketakutan kalau nantinya Lily tahu ia dan David memiliki hubungan terlarang. Rasa sakit Lily pasti bertambah berkali-kali lipat, tapi Elsa melakukan ini demi kebaikkan Lily, karena percaya bahwa dengan pura-pura baik pada Lily, suatu hari nanti David pasti akan melakukannya dengan ketulusan karena sudah terbiasa dan akhirnya Lily akan bahagia. Benar, itulah alasan kenapa Elsa menyanggupi tawaran David.
Rasa bahagia Elsa berbanding terbalik dengan perasaan Justin yang merasa muak dan curiga melihat bagaimana manisnya sikap David, karena Justin sungguh merasa ada yang tidak beres di sini. Karena dua rasa itu, Justin mengikuti David sampai ke depan, kemudian menyeret David. Justin merasa waktu bicaranya dengan David tadi belum cukup.
“Tetaplah di situ. Aku hanya ingin sedikit bicara dengannya.” Justin bicara pada Lily, saat Lily terlihat seperti ingin menyusul David.
Mendapat perintah dari Justin membuat Lily hanya bisa diam di samping mobil David, sembari berharap Justin tidak akan melakukan tindakkan yang melanggar hukum. Sementara di garasi, Justin kini membenturkan tubuh David ke tembok dengan cukup keras. Ini belum seberapa dibandingkan dengan apa yang bisa Justin lakukan pada David.
Pria yang memiliki senyum manis itu mencengkeram kerah kemeja David. Justin menatap tajam David, sebab Justin benar-benar tidak bisa ramah pada sosok manusia bernama David Cho itu. “Kau merencanakan apalagi? Belum cukup menyiksa Lily? Ayahmu memohon pada Ayahku agar memberi izin menikahkan Lily denganmu dengan alasan kondisi kesehatannya memburuk dan takut tidak bisa melihat pernikahanmu jika harus menunggu lebih lama. Ayahku sudah menyerahkan putri bungsunya, tapi aku sangat membenci keputusan itu setelah melihat bagaimana caramu memperlakukan Lily. Aku peringatkan, jangan main-main denganku, David Cho!”
David tersenyum sinis, menanggapi ancaman Justin. Begitulah, Justin hanya bisa menebar ancaman saja, tapi tidak ada aksi nyata. Memuakkan! David menepis tangan Justin dari kerah bajunya dan memberikan tatapan penuh ketidaksukaan pada Justin, manusia yang terlalu ikut campur. “Kau memang kakak Lily, tapi bukan berarti kau harus tahu segalanya. Lagipula, salah jika aku bersikap baik pada istriku? Semua orang mengharapkan itu, kan? Aku sudah mewujudkan yang kalian inginkan. Apa aku salah karena aku melakukannya? Kau seharusnya berterima kasih dan bersikap lebih baik padaku, K-A-K-A-K.” David menekankan kalimatnya saat memanggil Justin dengan sebutan kakak.
“Kau pikir, aku percaya pada sikapmu tadi? Hati-hati, David Cho, jika tiba saatnya, akan kubuat kau menangis dan hidup dalam penyesalan. Aku bersumpah akan melakukannya!” Justin tidak akan main-main dengan ucapannya.
“Lakukan apapun yang kau mau, Kakak. Aku juga akan melakukan apa yang aku mau. Jangan khawatir, aku akan selalu berhati-hati. Tapi mungkin saja semua itu tidak akan terjadi. Aku sudah baik pada Lily, kalau pada akhirnya Lily merasa tersakiti, maka itu bukan salahku, karena aku hanya melakukan apa yang selalu kalian tuntut padaku. Aku baik, kan?” David tersenyum pada Justin.
David Cho baik? Omong kosong macam apa itu? Atas dasar dia pantas disebut pria baik? Karena sudah menyakiti istrinya?
“Pernah mendengar ungkapan seseorang akan menjadi berarti ketika telah menghilang? Kupastikan, ungkapan itu juga berlaku padamu!” selesai bicara atau bisa dikatakan mengancam, Justin meninggalkan David, pria yang terlihat tersenyum santai mendengar ancaman dari Justin.
“Aku menunggu aksimu untuk menjauhkan wanita bisu itu dari hidupku. Aku tidak akan menyesal, tapi justru tertawa bahagia. Aku ingin Elsa-ku, bukan Lily yang bisu itu,” ucap David. Bukannya takut, tapi David benar-benar menunggu aksi dari Justin.
Justin mendekati Lily dengan seulas senyumannya dan Justin tahu Lily memikirkan apa. Justin berkata, “Sebentar lagi David pasti datang. Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak melakukan apa-apa padanya. Aku masuk dulu. Jaga dirimu.” Justin membelai rambut Lily, lalu masuk ke rumah sembari menelepon seseorang.
Seperti ucapan Justin, tidak lama David datang dan langsung membuka pintu mobil untuk Lily. Lagi-lagi ini hanya sandiwara, kepura-puraan demi memberikan kebahagiaan sesaat pada Lily. Sandiwara ini sudah berjalan dengan baik, dan David ingin ‘bayaran' secepatnya.
••••
Pukul 7 malam, Justin terlihat mendatangi kediaman keluarga Cho. Justin datang tanpa senyuman seperti biasa, karena senyuman manis Justin telah lenyap saat mengingat pria sadis bernama David Cho. Justin datang bukan untuk sekadar berkunjung, apalagi basa-basi seakan situasi saat ini baik-baik saja. Justin datang untuk membuat satu kesepakatan bersama Ayah David, Aland Cho.
“Selamat malam, Paman.” Justin menyapa Aland yang saat ini ada di depannya.
“Ya. Selamat malam juga, Justin. Silahkan duduk.” Aland mempersilahkan Justin duduk. Aland sadar ada sesuatu yang berbeda dari Justin saat ini, sebab sebelumnya Justin tidak pernah datang tanpa membuat janji dulu. Seperti ada sesuatu yang sangat mendesak sekarang dan Aland penasaran dengan alasan di balik kedatangan Justin.
“Ada apa? Kau datang untuk mengatakan sesuatu, kan? Kau biasanya memberi kabar sehari sebelum datang kemari, tapi sekarang kau terlihat seperti ada sesuatu yang sangat mendesak. Apa itu?” Aland bertanya pada Justin.
“Begini ... kita sama-sama tahu bagaimana cara David memperlakukan Lily, bahkan aku berpikir dia tidak ingin satu atap dengan Paman karena ingin bebas menyiksa Lily. Sejujurnya, aku sedikit membenci Paman kenapa masih memaksa menikahkan David dan Lily, saat Paman dan aku mendengar mulut David menggumamkan ‘aku benci wanita bisu' di pertemuan mereka setelah dijodohkan. Sebebarnya, apa yang Paman inginkan? Kenapa tidak kembali mendekatkan David dan Elsa? Bukankah itu lebih baik? Walau mereka hanya mantan kekasih, tapi bisa saja mereka masih saling mencintai.” Justin bicara panjang lebar.
Aland tentu punya alasan kenapa melakukan semua ini. Aland hanya tidak ingin putra satu-satunya menderita jika tahu apa yang Elsa lakukan. Aland ingin David mencintai wanita lain, agar tidak sakit jika mengetahui yang sebenarnya. Tapi sepertinya keputusannya justru menyakiti Lily.
“Aku yakin, kau akan tahu jawabannya nanti. Untuk sekarang, Lily memilih untuk bertahan di sisi David sampai anaknya lahir, karena yakin David pasti akan berubah. Aku yakin David akan berubah, bahkan sekarang sikap David sudah lebih baik pada Lily. Pernikahan mereka akan bahagia, hanya masalah waktu saja.
“Bagaimana jika Lily menyerah sebelum anaknya lahir? Atau sampai bayi Lily lahir David tidak berubah? Paman pikir semua orang sanggup bertahan sampai badai pergi dari hidupnya?” dengan cepat Justin mengajukan pertanyaan setelah Aland selesai bicara.
“Adikku sangat kuat dan penyabar, tapi jika dia sampai ingin pergi sebelum waktunya, maka berarti sikap David sudah sangat keterlaluan. Kalau itu terjadi, maka aku tidak bisa hanya diam, apalagi sampai melepaskan David begitu saja. Mari membuat kesepakatan, ini berlaku jika setelah Lily melahirkan David tidak juga berubah, atau Lily menyerah di tengah perjalanannya. Ayah sedih karena melihat nasib anakya dan David juga harus merasakan apa yang Ayahku rasakan.” Justin tidak melepaskan pandangannya dari Aland.
Aland terkejut mendengar ucapan Justin. Tidak pernah Aland duga bahwa David datang untuk hal seperti ini. “Apa harus seperti ini? David sudah mulai berubah, jadi ....”
“Maaf. Tapi aku tidak percaya bahwa dia memang tulus ingin berubah. Baiklah, anggaplah aku terlalu curiga, karena pada kenyataannya David di mataku sangat tidak bisa dipercaya. Maka dari itu kita buat kesepakatan saja. Jika pernikahan mereka berakhir bahagia, seperti yang Paman yakini, maka kesepakatan yang ingin aku buat juga tidak merugikan Paman. Aku hanya ingin melindungi Lily.” Justin tahu bahwa menyela ucapan orang tua tidak baik, tapi Justin benar-benar tidak ingin mendengar kalimat tentang perubahan David, karena di mata Justin itu terlihat seperti sandiwara saja.
Justin tidak tahu kecurigaannya atau keyakinan Ayah David yang benar, yang pasti Justin akan melakukan apapun itu demi memberi perlindungan pada Lily dan juga hukuman bagi David. Pria itu sungguh tidak bisa dilepaskan begitu saja.
••••
Jika Aland terkejut karena Justin yang tiba-tiba ingin membuat kesepakatan, maka David sedang takjub pada rasa masakan Lily. David memiliki makanan favorit dan bagi David makanan favoritnya adalah makanan terenak di dunia, namun kini David merasa kalau rasa makanan favoritnya kalah dengan rasa masakan Lily. Ini membuka mata David kalau Lily tidak hanya pandai bermain piano, atau mengacaukan hidupnya, tapi juga pandai memasak. Cukup luar biasa.
Lily terlihat mengetik sesuatu di ponselnya, lalu ditunjukkan pada David. Tulisan di sana mengutarakan pertanyaan Lily dan berharap mendapat jawaban baik dari David. “Bagaimana rasanya? Enak?” itulah tertulis di catatan ponsel Lily.
David membaca catatan yang Lily tunjukkan padanya, lalu mengangguk pelan dan mengatakan, “Ya.” Sangat singkat, tapi percayalah bahwa itu sudah cukup untuk membuat Lily tersenyum bahagia.
“Ini sudah cukup untukku. Aku tidak butuh jawaban panjang lebar, cukup jawaban singkat tanpa bentakkan apalagi ungkapan kebencianmu.” Hati kecil Lily bicara. Walau tidak bisa didengar oleh orang lain, tapi senyuman dan tatapan mata Lily sudah cukup bagi orang lain untuk mengetahui apa yang ada di dalam hati Lily.
David melihat Lily yang tersenyum hanya karena jawaban sesingkat itu. Hanya satu kata ya, apa yang istimewa dari kata itu? Apa kebahagiaan Lily sesederhana itu?
••••
Ini sudah pukul 10 malam, tapi Elsa justru masih berada di luar, tepatnya di sebuah taman untuk menunggu kedatangan seseorang. Elsa seharusnya membatasi dirinya untuk tidak bertemu dengan orang ini, tapi kesepakatan membuat Elsa harus mau bertemu dengan orang itu kapan saja.
Beberapa saat setelahnya, seseorang memeluk Elsa dari belakang dan orang itu mencium pipi Elsa dengan mesranya. David Cho. Itulah nama orang yang saat ini memeluk Elsa, bahkan sampai mengecup pipi Elsa.
Sementara Elsa kini menjauh dari David. Dulu, Elsa sangat nyaman dengan pelukkan dan ciuman itu, tapi sekarang Elsa merasa tidak nyaman karena David sudah menjadi suami adiknya. Selain itu, Ayah David juga tidak suka jika ia terus dekat dengan David. Bukan hanya karena tidak pantas sebab status David sudah berbeda sekarang, tapi ayah David melakukan itu karena kesalahan dan keputusannya sendiri.
“Kenapa? Kau tidak seharusnya bersikap seperti ini. Aku sudah bersikap baik pada Lily, apa aku tidak boleh memeluk dan menciummu sebagai bayarannya? Kau tidak tahu betapa bahagianya Lily tadi dan aku bisa terus membuatnya bahagia. Tapi melihat sikapmu sekarang, haruskah aku membuatnya sakit lagi?” ucap David.
“Maaf. Aku hanya tidak terbiasa dengan sikapmu padaku. Kita sudah putus, jadi aku ....”
“Kita tidak pernah putus. Kau yang memutuskan itu sendiri. Kau tiba-tiba ingin putus dariku, lalu beberapa minggu setelahnya aku dijodohkan. Sampai detik ini, aku belum tahu apa kesalahanku sampai kau meninggalkanku. Kau belum berpikir untuk menikah, aku sudah memahami itu, aku tidak pernah memaksamu untuk menikah denganku. Jadi, apa yang kurang dariku?” David menyela ucapan Elsa.
Elsa ingin mengatakan yang sebenarnya, tapi ayah David tidak ingin David mengetahui yang sebenarnya karena itu akan membuat David sangat terluka. Sungguh, Elsa menyesal telah melakukan kesalahan itu karena kini Lily harus menjadi korban.
“Perasanku sudah berubah padamu. Kau tahu bukan kalau perasaan seseorang bisa berubah kapan saja. Cinta atau benci bisa berubah seiring berjalannya waktu. Suatu saat, kau pasti akan mengalaminya.” Elsa berbohong pada David.
David menarik tangan Elsa, kemudian membawa Elsa ke dalam pelukkannya. David mengecup kepala Elsa, sama seperti yang dulu sering David lakukan jika bersama Elsa. “Perasaanmu tidak boleh berubah. Kau hanya boleh mencintaiku. Hanya aku.” Dalam kamus hidup David dicintai oleh Elsa dan hidup selamanya bersama Elsa adalah kebahagiaan yang sesungguhnya. David tidak akan pernah sanggup jika Elsa sampai tidak mencintainya lagi, lalu pergi dari hidupnya.
Elsa tidak mengatakan apa-apa, hanya diam dalam pelukkan David, mendengarkan suara detak jantung David. Ini membuat Elsa sangat nyaman, tapi Elsa terus mengingatkan dirinya bahwa ini hanya sebuah kesepakatan, bukan hubungan nyata, jadi tidak boleh ada rasa nyaman. Lagi pula ia telah memilih untuk meninggalkan David, walau memiliki kesempatan untuk bersama David.
David melepas pelukkannya, lalu menatap Elsa. David mendekatkan wajahnya ke wajah Elsa. Ini untuk sebuah ciuman, Elsa tahu hal itu dan karena itulah Elsa sempat menghindar. Tapi pada akhirnya David berhasil merasakan kehangatan bibir Elsa, tanpa tahu bahwa ada seseorang yang sedang merekam semua yang terjadi saat ini.
Sementara di rumah, Lily terbangun dan David tidak ada di sebelahnya. Lily menoleh ke arah jam. Sekarang sudah lewat pukul 12 malam, ini sudah terlalu larut, tapi David justru tidak ada di tempat tidur. Lily bertanya-tanya, dimana David sekarang?