Prolog
Aku pernah berpikir, bahwa pernikahan adalah ikatan yang bisa membuatku bahagia. Merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang istri, dicintai oleh suami dan mendapat perlakuan baik yang akan membuatku bahagia setiap hari, bahkan setiap detik yang kulewati. Itu adalah pernikahan dalam khayalanku.
Semua khayalanku berbanding terbalik dengan kenyataan yang harus kuhadapi. Tidak ada kata bahagia dalam setiap detik yang berlalu dalam ikatan pernikahan yang sudah kujalani sejak 1 tahun yang lalu, bersama pria bernama David Cho. Pernikahan yang kubayangkan penuh kebahagiaan justru terasa seperti neraka.
Kedua orang tuaku menikah karena perjodohan dan mereka hidup dengan bahagia. Tapi kenapa pernikahanku malah menjadi seperti ini? Apa karena aku bisu? Sesulit itu untuk menerima kekuranganku?
Setiap suami setidaknya akan mengatakan ‘Aku mencintaimu’ pada istri mereka beberapa kali dalam hari. Tapi itu tidak pernah terjadi dalam pernikahanku. Setiap hari, aku harus menerima makian atau bentakkan dari David, pria yang dari luar terlihat sempurna namun sebenarnya memiliki mulut lebih tajam dari pedang.
David selalu mengatakan ‘Aku benci memiliki istri bisu!’ Seakan menjadi wanita bisu adalah dosa besar yang tidak terampuni. Apa dia pikir aku senang menjadi istrinya? Dia pikir aku senang dimaki dan dibentak setiap saat?
Aku membenci semua perlakukanmu, David!
Tapi aku bisa apa?
Aku hanya bisa diam dan menerima pernikahan sadis ini, karena aku tidak ingin ayahmu sedih, David. Aku mengorbankan diriku, membiarkanmu membentakku setiap saat dan melihatmu begitu mencintai Kakakku.
Satu harapanku, aku hanya berharap kau berubah. Aku hanya ingin kau memperlakukan layaknya seorang istri. Aku tahu, ini terdengar mustahil. Tapi, bolehkan aku berharap kau akan berubah?
Apa seseorang yang memiliki kekurangan tidak pantas untuk dicintai?
Aku tidak tahu berapa lama aku bisa terus hidup seperti ini. Aku akan mencoba bertahan sampai anak kita lahir, atau mungkin sebelum anak kita lahir aku akan pergi. Aku akan pergi saat merasa benar-benar tidak sanggup lagi untuk bertahan.
Jika kau merasa terbebani memiliki istri yang bisu, maka aku sangat menderita karena memiliki suami yang membenci diriku. Kau bahkan tidak tahu berapa banyak kata yang kutulis untuk mengungkapkan rasa sakit ini.