Kehidupan Kedua Istri yang Tertindas (13)

1137 Words
“Berhenti! Aku bilang berhenti.” Teriak Namera pada dua lelaki yang mana keduanya semakin menjadi. Setelah Namera memintanya berhenti, benar saja jika Aril dan Sky berlangsung mundur, ketika wanita yang ada di depannya berusaha membuat mereka tidak berkelahi. “Pergi!” sentak Namera pada Aril, karena merasa kehadirannya telah merusak suasana. “Jadi, kamu membelanya?” Aril sembari mengusap bibirnya yang berdarah, bertanya pada Namera karena ia rasa semua itu tidak adil. “Aku tidak membela siapa-siapa. Pergi dari sini karena keberadaanmu semakin membuatku ingin lepas darimu sesegera mungkin,” ucap Namera dengan wajah datar nyaris tanpa ekspresi. Mengeluarkan rasa bencinya pada sosok lelaki yang disebut 'suami'. “Tidak semudah itu, karena permainan belum selesai.” “Sayangnya semua akan segera aku akhiri,” sahut Namera yang semakin tidak tahan dengan sikap Aril yang egois. “Tidak, kamu tidak akan bisa melakukan itu padaku.” Dengan tegas Aril mengatakan bahwa ia menolak keras. “Kau memang pria breng*sek, jika tidak mencintainya, mengapa tidak kau lepaskan.” Bukan niat Sky ikut campur, tetapi kali ini ia benar-benar kesal dengan ulah dari suami Namera. “Kau hanya orang asing, jadi jangan ikut campur ke dalam urusanku!” Dari dekat Aril menyela. Tampak tidak suka akan adanya Sky diantara mereka berdua. “Ini rumahku, jadi apa yang harus aku lakukan jika ada dua orang yang sedang bertengkar?” Sky sengaja menekankan kata-kata tersebut karena tidak tahu harus bicara seperti apa apa lagi, memberi pertanyaan pada lelaki yang ada di depannya. “Diammmm ... Apa kalian bisa diam!” bentak Namera lagi. “Untuk kamu Aril, lebih baik pulang. Aku akan menyusul dan kita bisa bicarakan ini di rumah, jadi jangan buat aku semakin marah karena telah kamu jadikan sebuah boneka.” Namera pun mempersilahkan Aril untuk secepatnya keluar dari rumah dokter Sky, meski sebenarnya tidak hak untuknya melakukan hal tersebut karena ia juga adalah orang asing. “Ikut aku, atau kita—.” “Aku butuh bicara dengan dokter Sky, jadi pulanglah.” Jawab Namera lagi. “Baik, aku akan menunggumu di rumah.” Setelah mengatakannya, Aril pun pergi, tetapi tatapannya terus berada arah Sky, seakan tidak rela jika istrinya berada dengan orang lain. Setelah kepergian Aril, saat ini hanya ada Namera dan Sky. “Maaf untuk masalah ini,” ucap Namera karena merasa buruk pada saat Ariel datang dengan membawa masalah di rumah Sky. “Tidak masalah, aku hanya takut jika lelaki itu akan menyakitimu.” Rasa khawatir tak bisa ia tutupi, karena Sky tahu Aril lelaki seperti apa. “Lelaki itu tidak akan bisa menyakitiku, karena sepucuk kuku pun. Tak akan aku biarkan menyentuhnya.” Jawab Namera dengan tatapan penuh dendam dan Sky bisa melihat itu. “Apa kamu percaya dengan dunia lain?” tanya Namera tiba-tiba yang mana membuat Sky menatapnya lekat-lekat. “Dalam dunia medis hal semacam itu tidak ada, tapi aku harus menghargai akan kepercayaan orang lain juga, bukan.” Jawab Sky. “Bilang saja jika kamu tidak percaya, maka aku akan jauh lebih baik.” Kata-kata Namera sedikit membuat Sky merasa tidak enak, kenyataannya dalam dunianya, belum pernah menemukan hal semacam itu. Bagi Sky memang sulit dimengerti dan bagaimana bisa, rasanya tidak mungkin. Akan tetapi, mencoba mencari tahu dengan cara mendengarkan, Sky rasa tidak akan menjadi buruk. Untuk sesaat Sky pun menghela napas, karena ia juga tidak mau Namera kecewa kepadanya. “Baiklah, jika hal itu sedikit masuk akal, aku akan percaya. Namun, jika aku tidak dapat memikirkannya, aku rasa semua itu hanyalah sebuah mimpi.” Jawab Sky. “Entahlah, yang pasti memang sulit untuk dimengerti. Kau tahu kenapa aku terkejut di ruang tamu tadi? Lantas bertanya soal tahun sekarang?” ketika Namera mencoba memberi pertanyaan. Sky hanya bisa diam karena tidak bisa menjawab. “Itu karena aku terkejut jika sekarang sudah memasuki tahun 2025, aku pun bingung harus menjelaskan seperti apa! Yang pasti namaku bukanlah Namera.” Ketika Namera menjelaskan, betapa terkejutnya Sky karena wanita di hadapannya mengaku jika itu bukanlah namanya. “Apa maksud kamu, aku tahu kamu sedang ada masalah, tetapi semua akan baik-baik saja. Mungkin kamu butuh ketenangan supaya terbebas dari depresi!” tekan Sky karena ia mengira jika semua itu hanya sebuah lelucon dan menganggap jika Namera sedang depresi. “Inilah yang aku takutkan, seperti dugaanku kalau kau akan mengatakan ini padaku.” “Namera tunggu, Namera!” Sky pun berteriak memanggil Namera ketika wanita itu pergi dengan keadaan marah. “Namera, tunggu!” Untuk kedua kalinya Sky berteriak. “Lepaskan aku, karena aku akan pulang.” Dengan kasar Namera menghempaskan tangan Sky karena percuma jika ia terus bersama dengannya, semua tidak akan mendapatkan jalan keluar, karena tidak dapat membantunya dalam masalah ini. “Aku akan mengantarkan kamu,” ujar Sky, berusaha keras agar Namera tidak marah. “tidak, aku bisa sendiri dan biarkan masalah ini, cukup aku yang menyelesaikannya.” Namera pun benar-benar marah dan kecewa karena tidak dapat pertolongan pada seseorang untuk membantunya. Namera pun masih tetap menolak dan entah cara dia untuk pulang akan dipikirkan nanti, karena dirinya benar-benar tidak tahu jalan pulang. Sedangkan Sky masih tetap mengikutinya karena takut akan sesuatu terjadi pada Namera, lantaran terlihat bingung. “Kenapa dengan Namera, harusnya ia tahu jika jalan pulang, tetapi mengapa terlihat bingung?” dalam hati Sky dibuat bertanya-tanya. Sedangkan di rumah Aril, lelaki tersebut dengan cemas menunggu Namera yang tak kunjung pulang. Hingga membuat Mely dibuat jengah dengan sikap sang suami karena sedari tadi layaknya setrika. “Ril, sampai kapan kamu bersikap bodoh seperti ini?” “Diam!” sahut Aril dengan cepat karena Mely terus saja mengomel. “Apa yang salah denganku? Kenapa dari tadi kamu terus membentakku, huh!” Dengan sangat marah, Mely mengatakan hal itu, ia pikir jika Ariel telah jatuh cinta pada wanita culun itu. “Sejak kemarin kamu terlihat gelisah, jangan bilang kalau kamu sedang jatuh cinta pada wanita culun itu.” Ucapan Mely seketika membuat Aril menoleh dan menatap istri keduanya. “Cih, mana mungkin aku jatuh cinta pada wanita b*doh itu, aku hanya menunggu kepulangannya karena tidak mau rencanaku berantakan.” Aril yang sedari tadi hanya diam dan jawaban tersebut hanya bisa dikatakan dalam hati. Menolak akan tuduhan yang diberikan oleh Mely. “Aril! Apa benar dengan ucapanku jika kamu jatuh cinta—.” “aku harap kamu bisa diam dan tidak akan mengacaukan rencanaku,” jelas Aril pada Mely karena terlalu muak. “Aku harap seperti yang sudah kamu katakan, jika sampai kapan pun kamu hanya mencintai aku, bukan terjatuh ke dalam pelukan wanita bodoh itu.” Setelah mengatakannya, Mely pergi meninggalkan Aril dengan hati yang dongkol. “Bren*sek,” umpat Aril dengan mengepalkan kedua tangannya. Menatap ke arah langit-langit dengan penuh kemarahan akibat semua yang terjadi pada hidupnya. “Andai aku tidak menikah dengan si culun, semua ini pasti tidak akan pernah terjadi.” Aril pun berkata lirih dan mengingat kejadian di masa lalu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD