Kehidupan Kedua Istri Yang Tertindas (12)

1239 Words
Masih dengan rasa terkejutnya, Namera menutup mulutnya dan terjatuh di lantai. Membuat Sky seketika berlari untuk melihat keadaannya. Rasa khawatir tidak bisa ia tutupi, lelaki tersebut langsung membantu Namera untuk berdiri. Lalu, berusaha meski keraguan tengah melanda, tetapi tidak ada yang bagus selain bertanya akan apa terjadi kepadanya. “Nam, apa kamu baik-baik saja?” tanya Sky dengan perasaan khawatir. khawatir. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena aku baik-baik saja.” Jawaban dari Namera sedikit menyedihkan, tetapi Sky pun harus memakluminya karena tidak mungkin Namera bercerita kepadanya. “Kalau begitu duduklah, aku akan membuatkan kamu minuman hangat agar sedikit tenang.” Setelah mengatakan Sky pergi dan Namera pun masih bertanya-tanya di dalam hatinya, karena semua terlalu sulit untuk dipahami. Di halaman rumah, angin berembus menerjang rambut Namera, hawa yang begitu syahdu menjadikannya untuk memejamkan mata, menikmati semilirnya udara di siang hari. Dari kejauhan, seorang lelaki dengan pakaian kasualnya. Tengah menatap ke arah Namera berada, seulas senyuman terbit begitu indah, dengan ilusi yang mungkin saja tak bertepi. Lalu, langkahnya perlahan menghampiri sosok wanita yang dicintainya dengan diam-diam. “Jika kamu butuh teman, aku siap untuk itu. Apa yang mengganjal di hatimu, kamu juga bisa berbagi denganku.” Sky menatap wajah Namera yang terlihat tidak baik-baik saja. “Terima kasih untuk itu, tetapi jika aku memberitahu. Mungkin saja kau menganggap aku gila, secara di dunia medis tidak ada kata mesin waktu.” Jawaban Namera sungguh mengejutkan Sky, ia pikir jika wanita tersebut sedang depresi. "Jika ada yang sesuatu---." “Tidak ada, hanya saja ... bolehkah aku bertanya sekarang tahun berapa?” tampak ragu, tetapi tidak ada pilihan lain untuk Namera membuktikan jika apa yang dilihatnya tidak salah. Sedangkan untuk Sky pun terlihat bingung dengan pertanyaan Namera, merasa tidak masuk akal karena harusnya wanita itu tahu jika sekarang sudah tahun berapa. “Apa kamu tidak salah bertanya soal tahun ini?” tanya balik Sky, terkejut. Itu hal yang wajar, memang siapa yang tidak tahu sekarang tahun berapa? Bahkan anak kecil pun tahu soal itu. “Memangnya apa yang salah dengan pernyataanku dan hal itu wajar karena aku lupa.” Kata Namera memberi pernyataan pada Sky. “Sekarang tahun 2025." “Apa!” Namera pun sangat terkejut mendengar pengakuan dari Sky yang mana sekarang sudah 2025 harusnya ia tidak bertanya karena hal ini begitu membuatnya semakin bersedih. “Namera, kamu tidak apa-apa, ‘kan? Terlihat begitu terkejut setelah mengatakannya. Aku harap tidak ada masalah berat yang sedang menimpamu,” ujar Sky yang heran dan merasa aneh pada Namera ketika mendengar pengakuannya. “Tidak, ini pasti mimpi. Auh ... ini sungguh sakit,” gumam Namera karena mencubit lengannya dengan sangat keras. “Nam, kamu ini apa-apaan sih!” pekik Sky yang kesal karena Namera bersikap bodoh. “Aku hanya ingin bangun dan siapa tahu masih berada di alam bawah sadar.” Jawab Namera sembari mengusap lengannya yang masih sakit. “Nam, tingkahmu sungguh aneh, jika aku bisa membantu maka aku siap, jadi stop untuk bersikap bodoh seperti ini.” Kata Sky karena ia merasa muak dengan sikap Namera yang tidak mau terbuka kepadanya. “Ini urusanku, jadi jangan ikut campur!” bentak Namera yang merasa lelah karena Sky terlalu ikut andil ke dalam hidupnya. Harusnya ia marah bukan soal itu, tetapi soal lainnya. “Jika kita teman, maka kamu akan terbuka dan ... sepertinya kamu tidak menganggapku seperti itu,” ucap Sky mulai merendah. “Kalau aku mengatakannya maka kau akan mengejekku habis-habisan," sahut Namera “Nam ....” Sky pun menghentikan kalimatnya karena Namera memanggil nama seseorang. “Aril,” gumam Namera karena ia melihat jika Aril tengah berdiri dengan wajah yang tak bisa ditebak. “Kenapa? Apa kamu terkejut melihat aku di sini?” ucap Aril. “bagus, semalam tidak pulang ternyata kamu menghabiskan malam dengan seorang dokter, ya?" “Sudah aku katakan, jika kita tidak ada urusan dan jagan ikut campur ke dalam hidupku!” Suara tegas dari Namera, membuat Aril semakin marah “Harusnya aku tidak melakukan hal semacam ini, tetapi semua itu hanya semata-mata karena orang tuaku.” Jawab Aril. “Jangan jadikan orang tuamu sebagai alasan, karena kita bukan siapa-siapa dan pernikahan ini seperti yang sudah kamu jelaskan.” Tekan Namera yang kini tak peduli lagi dengan Aril bahkan orang tuanya sekalipun, karena semuanya hanya drama layaknya sinetron. “Kamu ....” “Apa! Bahkan aku sudah muak dengan sandiwara yang sama sekali tidak menguntungkan selama ini. Jadi, jangan harap untuk meminta bantuanku.” Dengan amarah yang tak tertahankan, Namera mengatakan hal yang tak seharusnya ia katakan, apa lagi sekarang berada di rumah orang lain dan hal itu membuatnya merasa tidak enak dengan dokter Sky. “Oh, sekarang kamu berani mengatakan hal itu karena sudah berselingkuh dengan dokter ini, ‘kan, jawab!" Jika tidak itu berarti ‘Iya’ sebagai jawabannya.” Dengan sangat marah, Aril meneduh Namera bahwa apa yang dilihatnya tidak salah. Matanya menatap ke arah Sky dan Aril yakin jika keduanya sedang melakukan sesuatu dibelakangnya. “Kenapa jika itu benar, hubungan kita sebatas bisnis, jadi kamu tidak punya alasan untuk marah padaku.” Jawaban di luar ekspetasi karena Aril tidak menyangka jika Namera berani menentangnya. “Setidaknya hormati aku sebagai suamimu!” bentak Aril yang tak tahan lagi, sedangkan dokter Sky hanya bisa diam dan menyimak pertengkaran antara keduanya, tetapi jika Aril melakukan kekerasan maka ia juga dengan terpaksa harus turun tangan. “Siapa kamu yang harus aku hormati, hum. Jawab! Apa aku perlu melakukan semua itu sedangkan kamu tidak pernah menganggap aku ada, walau hubungan di antara kita hanya sebatas bisnis, sekarang coba katakan, apa yang harus aku lakukan dengan semua ini.” Namera yang merasa otaknya benar-benar capek, karena semua semakin rumit, ditambah kehadiran Aril. Aril tidak dapat menjawab, ia hanya diam dan sepertinya benar-benar terjepit oleh kata-kata Namera, selama wanita itu hanya dianggap boneka yang harus menuruti semuanya, rasa cinta bahkan rasa kasihan pun, sama sekali tidak ada. Akan tetapi, kali ini dirinya benar-benar merasa buruk. "Sebaiknya Anda pulang, setelah Namera tenang. Nanti akan saya antar pulang." Kali ini Sky mencoba menengahi pertengkaran, siapa tahu dengan begitu semua akan baik-baik saja. "Aku bertanya padamu, kenapa Namera berada di rumahmu?" tanya Aril penuh selidik, lantas Sky yang mendengar hanya tersenyum dan sepertinya lelaki yang sedang bertanya tersebut, lupa dengan kejadian semalam. "Saya berharap Anda tidak lupa ingatan." Jawab Sky dengan tenang. "Apa maksud kamu?" tanya Aril dengan penasaran. "Tidakkah Anda lupa dengan semalam. Sampai akhirnya saya menemukan istri Anda sendirian di tengah jalan. Pada saat hujan deras dan waktu kian malam, tetapi Anda! Anda sebagai seorang suami sama sekali tidak bertanggung jawab." Ucapan Sky, seketika membuat Aril bungkam, ia tidak lupa dengan semalam. Semua itu memang disengaja untuk memberi pelajaran pada Namera saja, tetapi justru ulahnya membuat keadaan makin buruk. Aril diam, karena apa yang dikatakan oleh dokter Sky adalah benar, bahwa dirinya memang meninggalkan Namera, ia pikir meski sendiri di tengah jalan semua itu tidaklah masalah. Apa lagi Namera jago dalam bertarung. "Aku pikir semua baik-baik saja. Pada kenyataannya wanita itu sekarang bersama dengan Anda, bukan." "Lelaki breng*sek!" Pakh. Pakh. Emosi tak terkendali, membuat Sky lantas memukul Aril, karena bisa-bisanya lelaki seperti dia harus ada di dunia ini. Bugh. Bugh. Aril yang mendapat serangan mendadak, tidak bisa terima dan berganti memukuli Sky, saat ini dua pria tersebut adu kekuatan seolah memperebutkan seorang wanita yang sangat spesial. Bayangan yang hanya bisa dibaca di novel. Itu semua tidak nyata karena mereka berada di kehidupan nyata, bukan sebatas ilusi yang bisa digambarkan seperti pikiran orang-orang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD