Kehidupan Kedua Istri yang tertindas (11)

1173 Words
Stoooooop! Suara teriakan ?????? seketika menghentikan mobil yang sedang melaju cukup lumayan kencang. “Apa kau sudah g*la!” bentak pria tersebut penuh dengan emosi yang mana seketika menghentikan mobilnya dengan mendadak. “Bisakah Anda memberi saya tumpangan,” ucap Namera sedikit memohon. bahkan tidak peduli pemilik mobil tersebut sedang marah. Asal dirinya dapat berteduh setelah kehujanan. Rupanya kedua orang yang saat ini belum menyadari, siapa dari masing-masing sosok di depannya sekarang. “Apa Anda sengaja menggoda dan sedang mencari mangsa? Sepertinya Anda salah orang,” ucap pria tersebut dan sungguh tidak menyukai cara wanita, jikapun memang perempuan baik-baik. Sungguh mustahil berkeliaran pada jam tengah malam. Pekerjaannya sudah membuatnya cukup lelah, jadi tidak ada waktu untuk bermain-main apa lagi tergoda dengan wanita jalanan seperti yang ditemuinya sekarang. “tunggu!” teriak Namera. “Kenapa suaranya mirip dengan pasienku?” dalam hati pria tersebut bertanya-tanya karena mendengar suaranya terasa tidak asing baginya. “tunggu, saya tidak berniat menggoda. Akan tetapi, saya butuh tempat untuk tidur malam ini.” Kata-kata yang diucapkan semakin membuatnya yakin jika pemilik suara tersebut adalah wanita yang dikenalnya. “Namera ....!” Tampak terkejut melihat kenyataannya jika benar wanita yang tengah berbicara padanya adalah Namera, pasiennya dengan bumbu sedikit spesial. “Dokter ... maksudku Sky, ini betul kau, ‘kan?” tanya Namera memastikan karena ia takut kalau-kalau salah orang. “Iya, ini aku.” Jawab dokter Sky. “Lebih baik masuk mobil dulu, lihat bajumu basah,” kata dokter Sky saat melihat penampilan dari Namera yang nampak berbeda dari biasanya. Akhirnya, Namera dan dokter Sky pun masuk ke dalam mobil dan lelaki berprofesi dokter tersebut mengambil handuk untuk diberikan pada Namera. “Kamu pakailah ini untuk sekadar mengeringkan rambut agar tidak demam,” ucap dokter Sky sembari menyodorkan handuk kecil pada Namera. “Terima kasih.” Namera pun mengambilnya dan keadaan sedikit hening, layaknya sang malam yang ditemani oleh hujan, benar-benar pertemuan yang tidak disangka-sangka. “Oh ya, kamu kenapa bisa berada di sini? Lantas dari mana kamu karena terlihat dari gaun selesai acara penting?” tanya dokter Sky tanpa ragu. Satu helaan napas terdengar begitu berat, membuat Namera enggan untuk mengatakannya dan sebuah pemandangan tidak luput dari tatapan dokter Sky, jika sedang terjadi sesuatu pada wanita yang sekarang duduk di sampingnya. “Acara ulang tahun orang tua dari Aril.” Jawab Namera karena jika tidak segera menjawab, sebuah tatapan membuatnya tidak nyaman. “Lantas kenapa tidak pulang dengannya? Justru kamu berada di jalan seorang diri. Bahkan sesuatu bisa terjadi kapan saja jika kita tidak hati-hati,” ujar dokter Sky. “Bisakah nanti aku ceritakan wahai Dokter Sky yang terhormat,” ucap Namera yang tak ingin membahas untuk saat ini, karena merasa lelah. “Baru saja aku mengalahkan tiga preman, haruskah aku semakin pusing dengan pertanyaannya.” Namera pun menambahkannya lagi, lebih tepatnya bergumam. “Tunggu ... jika kamu bisa mengalahkan seorang preman, lantas kenapa suamimu memanggil dengan sebutan wanita culun?” tanya dokter yang semakin dibuat penasaran. “Ehmmm ... haruskah aku menjawab alasannya, kenapa seorang Aril yang terkenal bisa benci padaku dan alasannya untuk menikahiku karena apa!” Dengan wajah seolah tidak terjadi apa-apa Namera berbicara. “Bukan itu yang ingin aku maksud, alasan kenapa bisa wanita b*doh dan culun selalu ia lontarkan padamu, di sini pun aku bisa melihat jika panggilan tersebut tidak cocok untuk karakter wanita sepertimu.”  “Bahkan aku tidak peduli dengan hal itu, aku hanya lelah dan ingin tidur. Berharap jika esok pagi semua hanya sebatas mimpi dan tidak nyata seperti yang aku hadapi saat ini,” ucap Namera dengan mata memandang ke arah luar jendela, sedang dokter pun bisa tahu jika wanita di sampingnya kini telah menahan sesuatu. “Maaf jika aku harus membahas masalah rumah tanggamu.” Dokter merasa bersalah karena sudah membuat sedih Namera, bahkan bukan niatnya untuk ikut campur, hanya saja tidak ingin masalah semakin rumit jika Aril tahu kalau Namera sedang bersamanya sekarang. “Sudah aku bilang jika aku ingin melepaskan semuanya dan berharap kalau hanya mimpi!” tekan Namera yang tidak kuasa untuk menahan tangisannya. “Apa aku pernah melakukan kesalahan hingga karma seperti ini pantas aku dapatkan? Aku benci Tuhan, aku benci.” Namera semakin terisak dan dokter Sky pun dibuat bingung dengan racauan Namera. Nam, kamu hanya lelah, aku harap jangan menyalahkan Tuhan karena hidup adalah takdir dan pilihan.” Entah harus menenangkan Namera seperti apa lagi, yang ia tahu jika semua yang kita jalani adalah pilihan, takdir Tuhan yang merencanakan tapi kita para manusia yang menentukan. “Jika aku tidak bisa menyalahkan Tuhan, lalu aku harus menyalahkan siapa? Siapa hmm ... kau tidak tahu apa-apa sungguh tidak tahu!” Namera makin tak terkendali dan semakin terisak, selama ini dirinya cukup menahan diri, tetapi malam ini semuanya tidak bisa terus ia pendam. “Nam, tenang. Kamu bisa mengatakan semua padaku, karena itu lebih baik daripada kamu simpan sendiri.” Dokter menghentikan mobilnya, berharap jika Namera akan tenang, karena dengan begitu dirinya bisa berkendara dengan tenang juga. “Jalankan mobilnya.” Sebuah perintah seakan menghipnotis Sky dan mobil-pun kembali dijalankan. Saat ini, pukul satu tengah malam. Sky pun sampai di rumahnya dan ia melihat jika Namera sudah terlelap dengan wajahnya yang sendu, seakan wajah itu tengah menopang beban yang sangat berat. “Nam, aku tidak tahu masalah apa yang sedang kamu hadapi, tetapi mulai sekarang. Izinkan aku untuk menjagamu dan selalu ada di sisimu,” ucap dokter Sky dengan lirih sembari menatap wajahnya usai menangis. Keesokan paginya. Eummm. Namera baru saja terbangun dan menatap ke-sekelilingnya. Merasa asing dengan tepat di mana dirinya berada, menggaruk kepalanya dan tiba-tiba teringat dengan gaunnya. “S*ial ... siapa yang menggantikan gaunku?” Namera pun dibuat bertanya-tanya karena sekarang dirinya tengah mengenakan piyama dengan ukuran jumbo. Tepat pada saat Namera bangun, suara pintu pun sepertinya ada yang membuka dan terlihat seorang lelaki dengan celana pendek, tidak lupa celemek yang orang itu kenakan semakin terlihat hebat. “Kamu ... apa kamu yang mengganti pakaianku?” tanya Namera dengan penuh selidik. “Memangnya baju itu bisa berada di tubuh kamu tanpa ada yang menggantikan,” sahut Sky dengan jawaban santainya. “Apa kamu juga melakukan sesuatu padaku?” tanya Namera lagi. “Aku masih waras, jadi jangan berpikir jika aku yang melakukan itu padamu.” Jawaban Sky sungguh membuat Namera curiga. “Bukankah kamu yang mengatakannya barusan,”ujar Namera. “Aku meminta keponakanku yang menggantikannya dan rumahnya tidak jauh dari sini, jadi jangan berpikir mesum.” Sky semakin tertawa lebar karena sukses mengerjai Namera. “Dasar b*jingan!” umpat Namera karena sudah dipermainkan. “Sudahlah jangan marah-marah, sebaiknya kita keluar untuk sarapan karena aku sudah membuatkan makanan untukmu.” Sky pun langsung pergi dan tidak lama diikuti Namera. Sesampainya di bawah. “Apa aku tidak salah baca,” ujar Namera dengan mata tertuju oleh sebuah kalender. “Aku harap kamu sudah sadar karena kalender itu benar.” “Tidak, tidak mungkin ... ini pasti salah,” ucap Namera dengan tubuh gemetar, kedua kakinya terasa lemas hampir tidak memiliki tenaga. “Namera, kamu tidak apa-apa?” Arggggg. "Sakit! Sakit, rasanya sakit sekali."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD