KAKAK SENIOR

1002 Words
Cuaca semakin panas, mentari terasa semakin meninggi. Tidak terasa sudah sekitar satu jam kami berdiri dilapangan. "Perhatian...! Adik-adik semuanya, kalian akan dibagi menjadi tiga kelompok untuk orientasi ruangan. Masing-masing kelompok akan dipandu dua atau tiga orang kakak-kakak senior yang ada disini." Teriak salah seorang kakak senior yang bernama Susi. "Kalian dengar semuanya...!" Teriak Kak Andre. "Dengar..." jawab kami serentak. Akhirnya kelompok kami sudah dibagikan. Tidak disangka-sangka, kelompokku langsung dipandu oleh Kak David beserta satu orang temannya lagi yang bernama Kak Sarah. Senang rasanya bisa punya kesempatan untuk mengenalnya lebih jauh. Ibarat kata pepatah ‘pucuk di cinta ulam pun tiba’. Tetapi aku tetap bersikap biasa saja agar Kak David tidak curiga. Bahwa ada rasa penasaran yang besar di dalam diri ini terhadap dirinya. Aku bersikap sewajarnya saja seperti yang lain. Sekarang kami mulai berjalan menelusuri satu-persatu ruangan yang ada dikampus ini. Sambil mendengarkan arahan dan penjelasan dari kakak senior. Mereka menjelaskan satu-persatu ruangan yang ada beserta fungsinya. Fakultas demi fakultas telah kami lewati. Sekarang kami sudah berada dilorong terakhir dari kampus ini yakni ruang laboratorium riset kimia. Terlintas di pikiran, disinilah nanti Aldo menghabiskan waktunya melakukan berbagai macam penelitian. Sekarang kami digiring kakak senior menuju aula. Kami disuruh beristirahat dengan formasi membentuk lingkaran. Akupun mulai memperhatikan teman sekelompok satu-persatu. Dimana tadi tidak sempat memperhatikan mereka. Menelusuri satu-persatu wajah mereka. Namun mata ini tertuju pada satu sosok yang sangat dikenali. Dia adalah Abi Yoga lebih tepatnya Abi Yoga Pranata si anak kembar yang unik. Tetapi dimana kembarannya, Abi Satya Pranata. "Apakah mereka tidak satu jurusan?" Aku berbicara lirih dalam hati. Mereka berdua juga sahabat terbaikku selain Aldo dan Zahra. Kami berlima berteman baik. Bedanya pertemanan kami dengan si kembar dimulai sejak kami duduk di bangku SMA. Kami mulai mengenal Yoga dan Satya waktu melakukan pendaftaran masuk SMA. Waktu itu kami bertiga, aku, Zahra dan Aldo mulai mengambil formulir pendaftaran. Disaat itulah kami melihat si kembar itu datang menuju tempat pendaftaran. Uniknya mereka berdua memakai baju yang berbeda dan warna yang berbeda pula. Pada saat itu Yoga memakai setelan kaos berwarna hitam dilengkapi dengan jaket kulit berwarna coklat serta celana jeans hitam panjang, sedangkan Satya mengenakan baju kemeja lengan panjang berwarna biru langit dengan celana jeans berwarna biru. Bagiku mereka berdua sangat unik. Mereka berbeda dengan anak-anak kembar lainnya. Dimana rata-rata anak kembar suka memakai baju yang sama antara yang satu dan yang lain. Sedangkan mereka memakai setelan yang berbeda antara yang satu dan yang lainnya. Mereka merubah semuanya biar kelihatan berbeda. Sampai gaya rambut pun mereka berbeda. Dimana Yoga bergaya rambut berdiri, sedangkan Satya dengan gaya rambut rapi disisir klimis. Dua karakter berbeda namun istimewa. Mereka adalah dua orang yang berjiwa humoris dan pecicilan. Seperti saat mereka mengantri formulir pendaftaran. Sempat-sempatnya mereka menggoda seorang cewek yang baris di depan mereka. "Kak... kak... permisi. Boleh tanya gak?!" Tanya Satya lirih. "Boleh, apa tu?" Sambil menoleh cewek itu menjawab. "Kak, kira-kira dimana ya, saya bisa mendapatkan formulir menuju hati kakak? Satya melanjutkan pertanyaannya sambil tersenyum. Sambil tersenyum pula cewek itu menjawab. "Maaf mas, formulirnya belum dibuat, lain kali saja ya." Sambil memalingkan muka, cewek itu kembali fokus ke depan lagi. Entah apa yang dipikirkan oleh cewek tersebut pada saat itu. Tiba-tiba ada seorang cowok asing yang tidak dikenal merayu dirinya. Tetapi aku sangat suka cara cewek itu bersikap. Dia tidak langsung marah dengan perkataan Satya, malah menjawab dengan kata-kata yang sopan. Sungguh sikap yang elegan. Dari kejadian itu aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah konyol Satya. Pertemanan kami mulai terjalin saat kami dinyatakan lulus masuk SMA tersebut dan menempati kelas yang sama. Mungkin itu semua sudah digariskan Tuhan agar kami berlima menjadi teman baik selamanya. Itulah sekilas bayangan silam memori tentang aku mengenal si kembar yang unik Yoga dan Satya. Hari inipun Tuhan masih mempertemukan kami, walaupun yang seorang lagi belum melihatnya. Tetapi aku yakin Satya sekampus denganku, hanya saja mungkin kami berbeda jurusan. Sekarang mata ini kembali fokus ketengah lingkaran. Menyimak apa yang disampaikan oleh kakak-kakak senior. Jam menunjukkan pukul 15.45 wib. Tidak terasa sudah berjam-jam waktu yang sudah kami lalui hari ini. Berbagai kegiatan sudah kami lakukan. Saatnya aku dan yang lain mempersiapkan diri untuk pulang. Peralatan sudah dirapikan, aku juga sudah menyandang tas dan segera menuju parkiran. Setelah mendengar aba-aba dari para senior yang mengatakan bahwa OSPEK hari ini sudah selesai. Sambil berjalan menuju parkiran. Aku berucap lirih dalam hati. Sampai berjumpa besok teman-teman semua. *** Tepar rasanya. Aku langsung berbaring di atas kasur. Telentang menghadap kelangit-langit kamar. Menarik napas panjang lalu melepaskannya secara perlahan. Nikmat terasa bisa merasakan empuknya kasur ini lagi. Tidak ingin rasanya beranjak dari tempat tidur. Namun terkadang harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Saat melirik jam dinding sudah menunjukkan pukul 17.50 wib menandakan hari sudah sangat sore. Bergegas mengambil perlengkapan mandi dan segera menuju ke kamar mandi. Karena sebentar lagi sudah mau adzan magrib, waktunya bagi umat Muslim untuk melaksanakan sholat magrib. Pagi ini cuaca sedikit mendung, tetapi berharap tidak turun hujan. Karena aku tidak mau kehujanan pada saat OSPEK nanti. Pasti tidak nyaman sekali rasanya, hujan-hujanan sambil OSPEK. Walau sebenarnya aku sangat menyukai hujan. Suka menatap hujan yang turun dari langit. Indah sekali. Ada ketenangan yang dirasakan. Terasa damai dan tentram dalam sanubari. Tetapi kali ini sungguh berharap tidak turun hujan. Kampus sudah ramai pagi ini. Kali ini aku datang bersama Aldo dan Zahra. Kami ke kampus menggunakan mobil Zahra. Sekarang kami harus berpisah menuju barisan fakultas masing-masing. "Aldo, Zahra, kita pisah disini sekarang ya?! Aku mau langsung kesana saja sudah ramai." Kataku kepada mereka. "Oke," kata Aldo dan Zahra kompak. Terlihat Yoga sudah ada disana, berdiri dengan mahasiswa-mahasiswi yang lain. "Pagi Elis," Yoga menyapa. "Pagi juga," "Apa kabar?" "Kabar baik," "Sorry ya, semalam aku tidak sempat menyapa." "Tidak apa-apa kok Yog." "Hei... kalian berdua... maju ke depan...!" Perintah Kak Sarah. "Cepat...!!!" Teriaknya lagi. Kami berdua terkejut dan segera maju ke depan. d**a ini deg-degan. Habislah aku. "Mengapa kalian mengobrol dibelakang?" Kak Sarah bertanya. "Tidak kok kak," kataku. "Jelas-jelas aku lihat kalian saling mengobrol. Mau berbohong kamu!" Bentak Kak Sarah. "Lari keliling lapangan sekarang...!!!" Teriaknya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD