DI BALIK KABUT HITAM

DI BALIK KABUT HITAM

book_age18+
3
FOLLOW
1K
READ
family
HE
kickass heroine
heir/heiress
serious
mystery
love at the first sight
affair
like
intro-logo
Blurb

SINOPSIS

Alic seorang gadis yang terjebak dalam sebuah rasa ingin tahu yang besar terhadap senior yang ada di kampus. Berusaha mati-matian mencari tahu sosok seperti apa seniornya itu. Sosok senior yang dikaguminya itu bernama David. Bersama teman-temannya yakni Zahra, Aldo, Yoga dan Satya, dia memulai kisahnya. Ketika semua sudah dilalui, Alic mengalami sebuah dilema antara perasaan atau rasa keinginan tahuan terhadap David. Silih berganti konflik terus saja terjadi. Dia bersama teman-temannya mengalami berbagai konflik kehidupan. Terkadang dia harus terjatuh dan bangkit lagi. Tangisan dan air mata menyelimuti dengan secercah harapan ada kebahagian dimasa yang akan datang. Hari demi hari telah dilalui sampai suatu ketika ia bertemu dengan sosok pria lain bernama Richard yang menjadi sahabat barunya. Namun, ditengah-tengah perjalanan dia mengalami sebuah pengkhianatan yang luar biasa yang membuat dirinya begitu terpuruk, seakan-akan dunia tidak berpihak kepadanya lagi. Hari-hari sulit itu ia lalui dalam ketakutan. Takut akan semua hal. Dia hanya mengurung dirinya dikamar. Sampai semua orang mempertanyakan tentang keadaannya. Pada masa-masa sulit itu ada seorang pria yang selalu ada menemani. Mengerti akan semua keadaan. Begitu juga dengan teman-temannya yang selalu ada buat dia.

Dalam kehidupannya, Alic selalu mendambakan cinta sejati. Dimana suatu ketika ia ingin menghabiskan sisa hidup bersama orang yang ia cintai. Menghabiskan masa-masa tua bersama. Namun, roda terus berputar, mengiringi setiap langkah yang ia jalani. Pahit-manis kehidupan harus ia rasakan. Demi secercah harapan yang selalu ia dambakan. Dia juga harus mengobati luka-luka yang ada dihatinya. Luka yang tergores akibat lika-liku kehidupan. Dipenghujung waktu dia harus melihat seseorang yang dicintainya terbaring tak berdaya. Menentang maut yang akan mengambil nyawanya. Tubuh itu lemah tak berdaya, seakan-akan hanya raganya saja lagi yang tertinggal merengkuh dunia. Kenyataan tetaplah sebuah kenyataan, Alic harus menerima takdirnya itu.

ic_default
chap-preview
Free preview
Prolog
Langkah kaki itu perlahan-lahan mulai terdengar, dekat dan semakin mendekat, hingga muncul lah sesosok pria jangkung yang menatap lurus kearahku. Tajam! Begitulah yang kurasakan tatapannya. Aku hanya bisa tertegun dan diam membisu. Ada getir yang kurasakan saat itu. Perlahan namun pasti, ia semakin mendekat. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Seluruh tubuh terasa lemas dan tak berdaya. Tubuh ini tidak bisa diajak kompromi. Aku tidak bisa menggerakan tubuh ini sesuai keinginan. Hati ini mulai berkecamuk, ada banyak pertanyaan yang muncul dikepala. “Kenapa dia datang mendekat? Apa yang dia inginkan? Apa maunya?” Hati ini terus berkecamuk, memikirkan semua itu. Aku berusaha menguatkan diri ini. Bahwa semua ini cuma ilusi dan tidak nyata. Semakin kuat aku berpikir, semakin terasa sakit dikepalaku. Aku berusaha berpikir sekuat tenaga. Apa yang sebenarnya dia inginkan? Kenapa dia mendekatiku? Kepala ini semakin terasa berat. “Aaaakkhhhh... kepala ini mau pecah rasanya.” *** Pagi Pagi ini cerah sekali, mentari telah menampakkan wajah cantiknya dimuka bumi ini. Saat sinarnya menerobos masuk dibalik jendela, aku mulai beranjak dari tempat tidur. Kutarik napas dalam-dalam dan perlahan-lahan menghembuskannya. Nikmat sekali anugerah yang telah Tuhan berikan. Dikala aku masih bisa menghela napas dan atas segala rahmat yang telah diberikan-Nya. Kulirik jam dinding kamar, ternyata sudah pukul tujuh pagi. Aku bergegas pergi ke kamar mandi, membawa handuk dan perlengkapan mandi. Tidak selang beberapa lama akupun sudah selesai mandi. Kukenakan kaos lengan panjang, dipadupadankan dengan celana training serta tidak lupa kukenakan jilbab dengan warna senada. Terakhir kulengkapi seragam dengan memakai almamater kebanggaan yang kudapatkan dari kampus. Setelah selesai memakai sepatu akupun bergegas pergi ke kampus. Tidak lupa juga aku kenakan sling bag berwarna coklat muda yang kubeli saat singgah di pusat perbelanjaan waktu itu yang berisikan perlengkapan ospek. Kuhidupkan motor metik dan langsung melesat menuju kampus. Sesampainya dikampus, kulihat sudah ramai yang datang memakai seragam yang sama sepertiku. Yap, hari ini adalah orientasi pertama dikampus. Semua mahasiswa-mahasiswi baru diwajibkan datang termasuk diriku. Kupandangi satu-persatu wajah orang-orang disekitar, tidak ada satupun yang aku kenali. Maklumlah, ribuan mahasiswa-mahasiswi yang ada dikampus ini. Tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh seseorang yang menepuk pundakku. "Hei Elis, melamun saja kamu." Suara seseorang menyapaku. "Eh tidak kok" sambil menoleh kebelakang. "Eh, kamu Zahra" sambungku. Kulihat Zahra datang bersama dengan Aldo. Mereka berdua adalah teman terbaikku. Mereka sudah kuanggap seperti saudara sendiri. Kami sudah berteman sejak kami duduk dibangku sekolah dasar. Aldo adalah seorang lelaki pendiam yang tidak banyak berbicara. Dia lebih baik membaca buku dari pada mendengarkan hal-hal yang tidak penting. Namun, dibalik sifatnya yang pendiam, dia adalah seorang yang bijaksana dalam menyikapi berbagai hal. Dia adalah pemberi solusi dan pendengar yang baik. Kata-kata yang terucap dari bibirnya, bagaikan tetesan air hujan dipadang pasir yang tandus. Setiap orang yang mendengar kata-katanya, akan merasakan kesejukkan direlung hatinya. Lain hal dengan Zahra temanku yang satu ini. Bisa dibilang sifatnya dengan Aldo sangat berbeda. Zahra adalah tipe orang yang sangat periang. Dia akan selalu mengoceh disetiap kali ada kesempatan. Dia bukan tipe orang yang memikirkan hal-hal yang rumit. Baginya, semua hal dianggapnya mudah. Tetapi bukan berarti dia menyepelekan semua hal. Terutama soal fashion dia sangat memperhatikan apa yang dia pakai. Dia bisa berjam-jam di depan cermin hanya untuk memperhatikan penampilannya. Selain dari fashion semua dianggapnya easy going. Namun, ada sisi lain dari Zahra. Dia adalah seorang yang sangat frontal. Dia tidak akan segan-segan, mengatakan 'Tidak Suka' pada hal-hal yang dianggap mengganggu dirinya. Dia bisa sangat mengerikan apabila dia sudah marah. Tetapi pada dasarnya, dia adalah seorang wanita yang berhati lembut yang mudah tersentuh hatinya. Itulah segelintir gambaran tentang kedua sahabatku. "Ayo... lagi lihatin siapa Elis?" Ucap Zahra. "Lihatin cowok-cowok ya?!" Zahra terus bertanya secara beruntun. "Gak kok Zar, malah dari tadi aku lagi lihatin orang-orang, mana tahu ada yang di kenal. Eh, malah tadi kalian kejutin dari belakang. Oh ya, kalian dari mana?" "Oh... kami dari pojokan sana. Kita duduk disana, yuk!" Ajak Zahra. "Ayok..." ucapku. Sedangkan Aldo hanya mangut-mangut saja. Dari tadi aku lihat Aldo hanya sibuk dengan handphone-nya saja. "Do... dari tadi aku lihat kamu main hp terus, ada apa sih?" Sambungku. "Tidak ada apa-apa kok" jawab Aldo lirih. Baru saja kami mau duduk. Tiba-tiba saja ada teriakan dari lapangan. "Semua mahasiswa-mahasiswi baru segera berkumpul dilapangan" teriak salah seorang senior dari tengah lapangan. "Ayo... cepat-cepat!" Sambung yang lainnya. Kamipun bergegas menuju kelapangan, menyatu dengan lautan manusia lainnya. "Baris sesuai dengan fakultas kalian masing-masing!" Teriak salah seorang kakak senior. Lagi-lagi kami bersegera mencari papan yang bertuliskan nama jurusan masing-masing. Saat ini aku sudah berada dibarisan fakultas Manajemen Bisnis, karena impianku ingin menjadi pebisnis sejati. Sebenarnya aku juga sudah menjalani bisnis kecil-kecilan dibidang fashion. Hal ini terinspirasi dari sahabatku Zahra yang sangat detail mengenai fashion. Hal ini terlintas dibenakku bagaimana fashion menjadi sebuah icon diri seseorang. Fashion sebuah hal yang tidak akan pernah mati dan akan terus berkembang dari generasi ke generasi. Saat ini aku telah membuka sebuah boutique kecil-kecilan yang letaknya tidak jauh dari komplek rumah. Lain halnya dengan ke dua temanku tadi, mereka mengambil jurusan yang berbeda. Zahra mengambil jurusan Keperawatan sedangkan Aldo mengambil jurusan Analisis Kimia, karena Aldo bercita-cita ingin menjadi seorang ilmuan. Maka dari itu kami bertiga terpisah barisannya. Sekarang setiap kelompok fakultas sudah mendapatkan kakak seniornya masing-masing. Semua kakak senior di fakultas ku sudah memperkenalkan dirinya satu-persatu. Mereka bertujuh, salah satunya bernama David. Orangnya tinggi putih berbadan atletis. Dari posturnya kurasa dia adalah seorang atlet ataupun olah ragawan. Dia memiliki perawakan tenang. Sungguh berbeda jika dibandingkan dengan yang lain. Dimana yang lain terlihat grasak-grusuk, mondar-mandir, kesana-kemari. Bahkan teriak sana, teriak sini. Sikapnya begitu tenang mengusik pikiranku. Sehingga dari tadi terfokus hanya memperhatikan dirinya saja. Berbagai macam pertanyaan muncul di benak. Orang seperti apakah dia? Bagaimana kepribadiannya? Mengapa bisa ada orang setenang itu? Berbagai macam pertanyaan begulir di kepala. Rasa penasaran bergejolak di pikiran, ingin mengenal lebih dekat sosok seperti apa dia. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dokter Jiwaku Membuatku Menggila

read
16.7K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
8.3K
bc

Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar

read
5.8K
bc

Terjebak Pemuas Hasrat Om Maven

read
22.4K
bc

CINTA ARJUNA

read
19.7K
bc

Rayuan Sang Casanova

read
3.6K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
26.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook