Bab 58

2013 Words
Mencoba untuk mempertahankan apa yang kita miliki jauh lebih sulit dibandingkan saat mencoba mendapatkannya. Kalila sering mencoba untuk memahami keadaan yang ada di sekitarnya. Saat dia terbangun di sebuah tempat asing, saat tubuhnya terasa lelah, atau saat Kyra baru saja datang dan mengacaukan ruangannya. Entahlah, Kalila tidak pernah benar-benar mengerti dengan takdir yang ada di dalam hidupnya. Kalila seakan dipaksa untuk selalu menerima tanpa bisa bertanya atau menolak. Ketika Kalila menyadari jika hidupnya tidak sepenuhnya miliknya, Kalila sadar jika dia tidak akan bisa menolak apapun. Kalila harus tetap terbangun sekalipun kadang dalam keadaan yang sangat kacau. Kadang juga Kalila hanya bisa terdiam selama beberapa saat, mencoba mengingat kejadian sebelumnya meskipun sebenarnya Kalila tidak akan mengingat apapun. Kyra benar, bagaimanapun cara Kalila mengalahkan Kyra, dia akan tetap berkuasa. Kalila tidak pernah berpikir jika akhirnya dia dan Kyra akan saling menghancurkan seperti ini. Dulu, Kalila hanya menginginkan kedamaian, tapi sekarang semuanya berubah. Berubah total.. Setelah mendengar dari Revan tentang apa saja yang terjadi selama Kalila menghilang, Kalila sadar jika keberadaan Kyra semakin membahayakan dirinya. Tapi, sebenarnya siapa yang benar-benar berada di dalam keadaan bahaya? Apakah Kalila? Atau mungkin Kyra? “Kamu ada dimana, Kalila? Kenapa tiba-tiba pergi ke rumah saudaramu tanpa mengatakan apapun kepadaku??” Tanya Revan dengan pelan. Kalila sama sekali tidak pernah mengira jika Kyra akan membuat tipuan seperti itu. Apa saja yang Kyra lakukan dengan ponsel Kalila? Bagaimana jika Kyra menyalahgunakan ponsel itu? Sebenarnya Kalila sama sekali tidak bisa mencegah Kyra ketika dia ingin melakukan sesuatu. Mengatur Kyra adalah hal yang sanga mustahil, tapi kali ini Kyra sudah keterlaluan. Kenapa Kyra mengatakan jika Kalila sedang pergi ke rumah saudaranya? Siapa yang akan Kalila datangi? Dia sama sekali tidak memiliki keluarga di kota ini. Sekalipun punya, Kalila juga tidak akan sembarangan datang ke sana karena Kalila tidak ingin membuat keributan. Kyra membuat sebuah kebohongan konyol. Sejak awal Kalila juga melakukan hal yang sama. Setiap satu kebohongan terucap, kebohongan yang lainnya akan ikut datang. Kalila tidak bisa mencegah semua itu. “Maafkan aku, sebenarnya aku datang ke rumah saudaraku secara tiba-tiba. Kyra ada di rumah, aku merasa takut jadi aku memutuskan untuk datang ke rumah saudaraku. Kurasa di sana jauh lebih aman” Kata Kalila dengan pelan. Kalila menatap Revan dan juga Dipta yang duduk di depannya. Benar, Kalila sudah mendengar semua cerita mereka tentang Kyra yang berlaku aneh beberapa hari yang lalu. Kenapa Kyra melakukan semua itu? Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Semua ini tidak akan bisa dibiarkan begitu saja. Kyra akan semakin semena-mena. Tapi apa yang bisa Kalila lakukan? Melawan Kyra? Kalila sering memikirkan tentang apa yang mungkin akan terjadi jika dia memang memutuskan untuk melawan Kyra. Semuanya tidak akan mudah untuk Kalila. Kalila mungkin akan ikut hancur jika dia tidak benar-benar memenangkan peperangan mereka. Memang terdengar sangat berlebihan, tapi memang seperti itulah adanya. “Apa yang Kyra lakukan? Kenapa tidak menghubungiku, Kalila? Dia menggunakan ponselmu di pagi hari, lalu bagaimana kamu bisa menggunakan ponselmu di malam hari?” Tanya Revan sambil mengernyitkan dahinya. Bagaimana cara Kalila mengatakan hal ini kepada Revan? Bukan Kalila yang mengirimkan pesan itu. Kyra yang melakukan semuanya. Kalila sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga Revan menceritakan semuanya. Sungguh, selama ini Kyra memang sering mengganggu Kalila, tapi Kalila tidak mengerti kenapa sekarang Kyra mengganggu Revan juga. Jika benar apa yang Kyra katakan saat mereka bertengkar beberapa hari yang lalu, maka artinya Kyra memang menyukai Revan. Bagaimana jika demikian? Apakah Kyra akan bertambah kuat? “Dia menggunakan ponselku ketika aku masih berada di rumah. Maafkan aku Revan, aku sama sekali tidak tahu jika Kyra akan mengganggu dirimu seperti itu. Aku sungguh minta maaf padamu..” Kata Kalila. Kalila tahu jika Revan harus banyak menerima gangguan karena Kyra. Masalahnya, Kalila juga terlibat dalam hal ini. Jika Kalila tidak mengenal Revan, kemungkinan besar Kyra tidak akan menyerang Revan. Kalila menyukai Revan, bagaimana mungkin Kyra meminta Kalila untuk menjauhi Revan? Kalila akan berusaha sebaik mungkin untuk menjauhkan Kyra dari Revan. Kyra tidak akan pernah bia dikendalikan dengan mudah, tapi Kalila akan selalu berusaha. Tidak akan Kalila biarkan Kyra terus mengganggu Revan. Jika memang dibutuhkan, Kalila akan melawan dengan cara yang lebih keras. Apakah salah jika sekarang Kalila berharap Kyra menghilang? “Jangan seperti itu, Kalila. Aku bisa menangani Kyra, jangan khawatir..” Kata Revan dengan santai. “Bagaimana kalau sekarang kita pergi berjalan-jalan? Aku tahu jika kamu merasa sangat terganggu dengan Kyra. Aku rasa tidak ada salahnya jika kita menjernihkan pikiran dari Kyra..” Kata Revan. Kalila menatap Revan sambil mengernyitkan dahinya. Apa yang Revan katakan? Mereka akan pergi kemana? “Ah, bener banget. Mending kalian jalan-jalan berdua. Ini masih pagi, Kyra pasti belum ke kampus. Mending kalian pergi sekarang..” Kata Dipta. Kalila menatap kebingungan ke arah Revan yang sudah bangkit berdiri dan meminta Kalila untuk mengikutinya. Kalila menolehkan kepalanya ke arah Dipta yang masih duduk di kursinya. Kenapa dia tidak segera bangkit berdiri? “Dipta, ayo ikut dengan kami..” Kata Kalila sambil menatap Dipta. Dipta tampak terkejut dengan ajakan Kalila. “Gue? Enggak, gue nggak ikut. Kalian berdua aja!” Kata Dipta. Kalila menggelengkan kepalanya. Kenapa Dipta tidak ikut? Akan sangat menyenangkan jika Dipta juga ikut bersama. “Tidak apa-apa. Ayo ikut dengan kami..” Kata Kalila sekali lagi. Kalila menatap Revan seolah dia ingin meminta bantuan kepada Revan. Revan mengendikkan bahunya sambil tertawa pelan. “Ayo deh, Ta. Kita jalan-jalan bareng aja” Kata Revan sambil menatap Dipta. Kalila yakin jika Dipta hanya merasa sungkan dengan Kalila. Setahu Kalila, Dipta dan Revan berteman baik, jadi seharusnya tidak masalah jika Dipta ikut. Ya, akan sangat menyenangkan jika mereka pergi bersama-sama. Kalila tidak pernah bepergian dengan temannya, ini akan menjadi yang pertama kali. “Mau kemana emang?” Tanya Dipta sambil bangkit berdiri. Kalila menatap Revan yang berjalan di sampingnya. Revan yang mengajak mereka berdua jalan-jalan, jadi seharusnya Revan sudah menyiapkan sebuah tempat tujuan. “Kamu ingin pergi kemana, La?” Tanya Revan. Kalila menggelengkan kepalanya. Kalila sama sekali tidak tahu dimana tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi. Sungguh, Kalila sama sekali tidak tahu. “Tidak, aku sama sekali tidak tahu tempat di sekitar sini. Aku masih baru di sini, Revan..” Kata Kalila sambil tersenyum. Revan terlihat memikirkan kemana tempat tujuan yang akan menyenangkan untuk dikunjungi. Sejujurnya Kalila ingin ke tempat yang akan membuat dirinya merasa dekat dengan alam. Seperti gunung, danau, atau yang lainnya.. “Katakan saja apa yang ingin kamu kunjungi, aku dan Dipta akan mencarikan tempatnya..” Kata Revan. Kalila menatap Revan sejenak lalu dengan ragu mengatakan kemana dia ingin pergi. “Apakah ada danau di sekitar sini? Danau yang tidak terlalu ramai dengan pengunjung” Kata Kalila dengan pelan. Kalila akan merasa lebih nyaman jika dia mengunjungi tempat yang masih sepi. Entahlah, hanya itu saja.. “Gue tahu tempat yang bagus. Tapi jalannya rada kurang.. ya, lo tahu lah, di tengah hutan gitu..” Kata Dipta. Kalila menatap Dipta dengan antusias. Sepertinya ini akan menjadi sebuah perjalanan yang akan sangat menyenangkan. Kalila tidak sabar untuk mendatangi danau itu dan melihat keindahan di tengah hutan. Jujur saja Kalila sama sekali tidak pernah mengunjungi danau atau hutan. Usianya saat ini sudah 21 tahun, tapi Kalila sama sekali tidak memiliki pengalaman apapun. Kalila hidup di dalam sebuah castle dimana dia sama sekali tidak diizinkan keluar dengan mudah. Lagipula kalaupun Kalila bisa keluar, dia akan pergi dengan siapa? Masa lalu Kalila yang begitu kelam akan segera tergantikan dengan pengalaman pengalaman menyenangkan yang dia dapatkan dari Revan dan Dipta. Mereka adalah teman yang baik, Kalila sangat senang karena bisa bertemu dengan mereka berdua. “Bagaimana, Kalila? Apakah tidak apa-apa jika kita harus melewati hutan? Kita mungkin akan berjalan selama beberapa saat” Kata Revan. Kalila menganggukkan kepalanya dengan antusias. Ini akan menjadi hari yang penuh dengan kenangan. “Tentu saja tidak masalah. Aku tidak pernah melewati hutan sebelumnya..” Kata Kalila dengan pelan. “Sebenarnya itu sudah terlihat dengan sangat jelas. Baiklah, sepertinya kita akan memberikan pengalaman baru padamu..” Kata Revan sambil tertawa. “Tenang aja, dulu Revan suka naik gunung, kalo lo nggak kuat jalan, lo bisa minta tolong buat digendong sama dia” Kata Dipta sambil tertawa. Kalila harap hal itu tidak akan terjadi. Kalila sama sekali tidak ingin merepotkan orang lain lebih dari ini. Revan memang sangat baik, tapi tentu saja Kalila tidak ingin merepotkan Revan seperti itu. “Bisakah kita berhenti sejenak jika nanti aku kelelahan?” Tanya Kalila ketika mereka sudah sampai di depan mobil Revan. Revan dan Dipta tertawa pelan lalu mereka menganggukkan kepalanya dengan santai. “Gue bawa mobil ke kampus, gue ke sana naik mobil gue aja, ya?” Tanya Dipta sambil menatap Revan. “Nggak sama kita aja? Biar lo nggak sendirian..” Kata Revan. Sejujurnya Kalila juga lebih setuju jika Dipta ikut dengan mobil Revan saja. Akan lebih menyenangkan jika mereka berada di dalam mobil yang sama. Lagipula jika nanti Revan lelah mengemudi, Dipta bisa menggantikan Revan. Kalila memang bisa mengemudi, tapi Kalila tidak terlalu yakin. Kalila sering merasa takut, jadi Kalila memutuskan untuk tidak mengemudikan mobil yang dibelikan oleh Kenzo. Ilora juga melarang Kalila untuk mengemudi sehingga Kalila memiliki sopir pribadi. Ah, Kalila sangat merindukan Ilora. Bagaimana keadaan Kakaknya saat ini? Apakah semuanya baik-baik saja? Kalila sebenarnya ingin menghubungi Ilora, tapi Kalila takut jika dia akan mengganggu kakaknya itu. “Ya udah, gue balikin mobil gue dulu aja kali, ya? Besok gue nggak bisa kuliah kalo nggak ada mobil di rumah” Kata Dipta. “Kayak mobil lo cuma satu aja” Kata Revan sambil tertawa. Kalila tersenyum ketika mendengar Revan dan Dipta saling mengejek untuk beberapa saat. Sepertinya baik Revan maupun Dipta adalah anak orang yang cukup berada. Jika Revan, Kalila sudah melihat dengan jelas bagaimana rumah Revan dan koleksi mobil milik Revan yang jumlahnya cukup banyak. Tapi jika Dipta, selama ini dia sama sekali tidak pernah sombong, tapi ternyata dia juga anak orang yang berada. “Baiklah, Kalila.. ayo kita tunjukkan danau dan hutan kepadamu..” Kata Revan sambil meminta Kalila untuk masuk ke dalam mobil. “Apakah kamu juga tidak pernah mengunjungi danau?” Tanya Revan ketika mereka berdua sudah duduk di dalam mobil. Kalila menggelengkan kepalanya dengan pelan. Memang terdengar sangat menyedihkan, tapi begitulah adanya. Kalila sering melihat danau dari internet, tapi Kalila sama sekali tidak pernah datang ke sana. Bayangkan saja, sejak usia 5 tahun Kalila sudah dikurung di dalam rumah oleh ibunya sendiri. Kalila sama sekali tidak pernah melihat dunia luar. Kalila sama sekali tidak bisa melawan ibunya, jadi beginilah adanya.. “Jadi ini akan jadi pengalaman pertamamu?” Tanya Revan sambil menatap Kalila. Kalila kembali menganggukkan kepalanya. “Katakan padaku, Kalila. Selain tidak pernah pergi ke hutan dan danau, tempat apa lagi yang tidak pernah kamu kunjungi?” Tanya Revan. Kalila menggelengkan kepalanya. Sepertinya ada banyak sekali tempat yang belum pernah Kalila datangi. Akan sangat memalukan jika Kalila mengatakan semuanya. “Jangan khawatir, kita akan membuat rencana untuk mendatangi satu demi satu tempat yang kamu pikirkan itu. Aku akan menemanimu..” Kata Revan sambil mengusap kepala Kalila dengan pelan. Kalila tidak pernah merasakan semua ini sebelumnya. Seseorang yang awalnya sangat asing bagi Kalila sekarang menjadi orang yang paling dekat dengan hatinya. Iya, Kalila memang baru merasakan semua ini kepada Revan saja. “Bagaimana dengan pantai?” Tanya Kalila kepada Revan. Revan menolehkan kepalanya dan menatap Kalila sejenak, beberapa saat kemudian Revan menganggukkan kepalanya. “Kyra sangat menyukai pantai, apakah kamu juga begitu?” Tanya Revan dengan tiba-tiba. Kalila sama sekali tidak mengira jika Revan akan menanyakan hal itu. Sungguh, Kalila tidak tahu kenapa Revan bisa tahu jika Kyra menyukai pantai. Sudah sedekat mana mereka berdua? Sejujurnya Kalila memang tidak memiliki hak untuk mengetahui segala hal tentang kehidupan Revan, tapi ketika mendengar nama Kyra disebut, entah kenapa ada perasaan khawatir di dalam hati Kalila. Bagaimana jika akhirnya Revan menyukai Kyra? Bagaimana jika akhirnya Kalila harus kembali merasakan kehilangan karena kesalahan yang dia lakukan. “Kamu dan Kyra, apakah kalian berteman dekat?” Tanya Kalila dengan pelan. Revan menolehkan kepalanya ke arah Kalila lalu menggelengkan dengan santai. “Sepertinya kami tidak berteman. Setiap kali kami bertemu, kami akan selalu bertengkar. Tapi kelihatannya Kyra memang menyukai pantai..” Kata Revan dengan santai.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD