Bab 59

1818 Words
Revan tertawa pelan ketika melihat Kalila yang tidak bisa berhenti tertawa setelah mendengar lelucon yang Dipta katakan. “Gue pernah lihat hantu, La. Jadi lo harus percaya sama gue” Kata Dipta sambil tetap tertawa. Revan sama sekali tidak mengira jika Dipta akan mengatakan tipuan semacam itu. Kalila menatap Dipta dengan antusias, Kalila duduk di samping Revan karena sejak awal memang begitu. Kalila sempat ingin duduk di belakang dan bertukar posisi dengan Dipta tapi Revan melarangnya. Sepertinya Kalila memang merasa tidak enak jika membuat Dipta harus duduk di belakang, padahal itu sama sekali tidak berefek pada Dipta. Dipta sepertinya tahu jika Revan menyukai Kalila oleh sebab itu itu dia berusaha untuk membuat Revan selalu dekat dengan Kalila. Entahlah, sejak dulu Dipta memang seorang teman yang baik dan pengertian. Dipta bahkan bisa menyembunyikan perasaannya sendiri kepada Aira ketika Raka dan Aira resmi berpacaran. Saat itu, sebenarnya Dipta yang lebih dulu mengena Aira, Dipta juga yang membuat Aira dan Raka jadi saling mengenal. “Benarkah? Bagaimana mungkin kamu bisa melihat hantu? Apakah kamu merasa takut?” Tanya Kalila sambil menolehkan kepalanya ke arah Dipta yang sejak tadi tidak bia berhenti tertawa. Revan terkekeh pelan. Dengan santai Revan mengusap kepala Kalila dengan pelan. Perempuan ini sangat polos, bagaimana jika ada yang ingin menipu Kalila? Revan rasanya tidak rela jika ada seseorang yang datang dan menyakiti Kalila. Jika bisa, bolehkah Revan menjaga Kalila yang lugu ini? “Dia berbohong, Kalila.. jangan dengarkan dia..” Kata Revan sambil tetap mengusap rambut Kalila. Kalila ganti menatap Revan dengan pandangan penasaran. Astaga, Kalila sepertinya memang mempercayai tipuan Dipta yang menyebalkan itu. “Lo jangan ngomong macem-macem sama Kalila, Ta” Kata Revan dengan tegas. Dipta kembali tertawa dengan keras setelah dia mendengarkan peringatan dari Revan. Revan menggelengkan kepalanya dengan pelan lalu kembali fokus untuk mengemudikan mobilnya. Sudah lama Revan tidak pergi menjelajahi alam bersama dengan teman-temannya di kampus. Ada satu perkumpulan yang dulu sering mengajak Revan untuk naik gunung. Ya, dulu Revan memang sering naik gunung bersama dengan perkumpulan pecinta alam itu, tapi sekarang tidak lagi. Revan sedikit sibuk dengan tugas kuliahnya jadi dia jarang berkumpul dengan kelompok pecinta alam. Lagipula sekarang Revan juga lebih sering bersama dengan Kalila ketika sedang di kampus. Kalila memang sudah mulai bergaul dengan teman-temannya, Kalila juga sepertinya memiliki cukup banyak teman di kelasnya, tapi saat di kantin Kalila akan selalu bergabung dengan Revan dan Dipta. Ya, sepertinya Revan akan merasa kehilangan jika Kalila memutuskan bergabung dengan teman-temannya sendiri. Ah, Revan sangat menggelikan. Revan tidak pernah merasakan hal yang seperti ini sebelumnya. “Gue emang bisa lihat hantu, Van. Buktinya gue bisa lihat lo!” Kata Dipta sambil kembali tertawa. Kalila juga demikian, perempuan itu tertawa sambil memegang perutnya sendiri. Sudah Revan duga, Dipta memang tidak pernah serius dalam berbicara. Dipta bisa menjadi teman yang paling konyol sehingga selalu membuat orang lain tertawa, tapi Dipta juga bisa menjadi teman yang sangat serius dalam memberikan nasehat. Sayangnya lelucon mereka harus berhenti ketika ponsel Revan berbunyi dengan nyaring. Revan mengambil ponselnya dari saku celananya dan menghembuskan napasnya dengan pelan ketika melihat siapa yang sedang menghubungi dirinya. Astaga, hari ini Revan terbebas dari gangguan Kyra, tapi kenapa sekarang Sania malah menghubungi dirinya? “Sania? Jangan diangkat, anjing! Nanti dia bikin rusuh!” Kata Dipta sambil tertawa ketika Revan menunjukkan layar ponselnya kepada Kalila dan Dipta. Revan sebenarnya ingin meminta saran dari Kalila karena bagaimanapun juga ada sebuah kejadian tidak menyenangkan beberapa hari yang lalu. Revan tidak ingin Kalila salah paham lagi. Entah kenapa Revan jadi sering memikirkan bagaimana perasaan Kalila sekarang. Revan merasa jika dia harus menjaga perasaan Kalila, apalagi setelah Revan mengungkapkan perasannya beberapa hari yang lalu. Iya, Kalila memang masih belu memberikan jawaban kepada Revan, Kalila masih baru dalam hal semacam ini. Revan tidak akan membuat Kalila merasa tidak nyaman. Kalila bisa mengambil waktu sebanyak mungkin karena Revan akan menunggu Kalila dengan sabar. “Kenapa seperti itu? Bagaimana jika Sania sedang dalam masalah?” Tanya Kalila. Akal sehat Revan masih bekerja dengan baik. Sekalipun apa yang dikatakan oleh Dipta ada benarnya, tapi Revan lebih setuju dengan Kalila. Bagaimanapun juga Revan tidak akan membiarkan Sania berada dalam masalah meski selama ini Sania sering berlaku menyebalkan. Jadi, Revan tidak punya pilihan lain selain menjawab panggilan Sania. “Ya, San?” Tanya Revan sambil tetap memperhatikan jalan yang ada di depannya. Revan tahu jika seharusnya dia tidak mengemudi sambil menggunakan ponsel. Ya, Revan memang sering melanggar peraturan yang satu itu. “Lo dimana, Van?” Tanya Sania. Terdengar suara yang cukup berisik di sekitar Sania. Revan mengernyitkan dahinya. “Ada apa?” Tanya Revan dengan santai. “Lo bisa jemput gue nggak? Nanti alamatnya gue kirim ke lo. Gue butuh bantuan lo sekarang” Kata Sania. Astaga, bisa jadi rumit jika Sania melihat Kalila. Revan tahu jika Sania masih saja berusaha membuat masalah dengan kehidupan Revan yang sekarang. Apakah sebaiknya Revan menolak saja? “Ada apa?” Tanya Revan sekali lagi. Revan mencoba untuk mencari tahu lebih dulu apa yang sebenarnya terjadi pada Sania karena bisa saja perempuan itu hanya sedang mempermainkan Revan. Revan tidak perlu datang ke sana jika memang keadannya tidak darurat. Lagipula Sania terdengar baik-baik saja. Tidak akan ada masalah jika Revan menolak permintaan Sania. “Gue minta tolong, jemput gue aja dari sini. Gue nggak tahu harus naik apa buat pulang..” Benar, Sania memang hanya ingin mempermainkan Revan saja. Untuk apa Revan menjemput Sania? Kenapa dia tidak mencari taksi saja? Sania memang tidak bisa ditebak, dia akan melakukan apapun untuk mendapatkan yang dia mau. Ah, iya, Sania tidak akan mau menerima penolakan dari Revan. Tapi bagaimana lagi? Revan tidak bisa menjemput Sania saat ini. Revan memiliki acara yang lain. “Naik taksi aja, San. Gue lagi sibuk” Kata Revan dengan pelan. “Lo lagi sama Kalila?” Revan mengernyitkan dahinya, kenapa Sania bisa tahu? Astaga, Sania memang sangat tidak terduga. “Apaan sih? Ngapain tanya-tanya. Ini bukan urusan lo” Kata Revan dengan kesal. Revan jadi menyesal karena dia tidak mengikuti saja saran dari Dipta. Sepertinya memang lebih baik jika Revan tidak mengangkat panggilan Sania. Sania itu sangat menyebalkan, dia bisa melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia mau. Jika sudah begini, maka Revan yang akan terpojok. Sania sangat pandai dalam bermain kata sehingga Revan akan lelah sendiri dan akhirnya mengikuti saja apa yang Sania inginkan. Ah, sungguh menyebalkan! “Jemput gue dulu, nanti lo bisa pergi lagi sama Kalila!” Kata Sania dengan suara yang cukup keras. Apa-apaan ini? Kenapa dia malah marah kepada Revan? “Gue lagi di jalan, jangan telepon gue dulu..” Kata Revan dengan santai. Revan juga langsung menutup panggilan Sania karena Revan benar-benar tidak ingin berurusan dengan sepupunya yang rumit itu. Sania nanti pasti akan marah kepada Revan dan mencoba untuk menghubungi Revan lagi. “Gila, kenapa sepupu lo, Van?” Tanya Dipta dengan cepat. “Biasa, bikin rusuh. Udah sering dia gangguin gue padahal baru seminggu di Indonesia” Kata Revan sambil tertawa pelan. Sejak dulu Sania terbiasa bergantung kepada Revan. Iya, dulu Revan memang akan mengikuti apapun yang Sania katakan karena sepertinya dulu Sania tidak menyebalkan seperti sekarang. Entahlah, dulu Revan menyukai Sania jadi dia sama sekali tidak merasa terganggu dengan Sania. Revan malah sering merasa senang jika Sania merepotkan dirinya. Sungguh hal yang sangat bodoh! “Ada apa sebenarnya?” Tanya Kalila dengan pelan. Revan menolehkan kepalanya ke arah Kalila lalu mengulurkan tangannya untuk kembali menyentuh kepala Kalila dengan pelan. “Tidak ada apapun, Kalila. Dia hanya meminta dijemput dan aku sudah menolaknya..” Kata Revan dengan santai. “Apa? Kenapa seperti itu?” Tanya Kalila. Revan mengendikkan bahunya. Apakah Kalila tidak tahu jika Sania sangat menyebalkan? Jika Revan mengikuti kemauan Sania, maka Revan sendiri yang akan kerepotan. Sania sama sekali tidak bisa diatur, persis seperti Kyra. Ah, Revan tidak tahu bagaimana jadinya jika Kyra bertemu dengan Sania. Mereka pasti akan langsung beradu mulut dan membuat semua orang jadi ketakutan karena melihat kegilaan mereka. Sepertinya Revan harus mencoba mempertemukan mereka berdua suatu saat nanti. “Sania itu nyebelin. Udah, jangan dipikiran, La” Kata Dipta dengan santai. Revan menganggukkan kepalanya karena dia setuju dengan apa yang Dipta katakan. Dipta baru satu kali bertemu dengan Sania dan langsung tahu jika Sania menyebalkan. Ah, Dipta memang orang yang sangat peka. “Bagaimana jika dia membutuhkan bantuan?” Tanya Kalila. Revan kembali mengendikkan bahunya. Revan sendiri tidak yakin jika Sania benar-benar membutuhkan bantuan. Jika hanya ingin pulang, maka Sania bisa mencari taksi online. Perempuan sama sekali tidak perlu merepotkan Revan dengan meminta agar Revan menjemputnya. Masalahnya, biasanya Sania memang sering membuat Revan jadi kesal dengan drama yang dia buat. Jika Sania tahu bila Revan sedang bersama dengan Kalila, sudah pasti Sania akan membuat drama. Kemarin saja Sania sudah mengatakan semuanya dengan sangat jelas. Apa yang sebenarnya diinginkan oleh Sania? Dia sudah merusak segalanya lalu sekarang dia datang kembali dan berharap jika semuanya masih baik-baik saja? Apakah Sania tidak sadar jika semua ini berawal dari kesalahannya? Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Sekalipun sering merasa kesal dengan Sania, rasa peduli yang Revan miliki masih saja ada. Revan sering merasa khawatir dengan keadaan Sania saat perempuan itu hidup di Belanda. Selama di sana, siapa yang bisa membantu dan menjaga Sania? Perempuan itu sangat mudah tertipu, Revan sering bertanya-tanya tentang keadaan Sania. Iya, hubungan asmara mereka memang hancur begitu saja, tapi tidak dengan hubungan saudara yang akan tetap terjalin di antara mereka berdua. Jujur saja Revan masih sangat peduli dengan keadaan Sania. Apapun yang terjadi di masa lalu, Revan akan selalu mendoakan segala hal yang terbaik untuk Sania. Apapun yang membuat Sania bahagia juga pasti akan membuat Revan senang. Masalahnya, ketika kembali ke Indonesia Sania berubah menjadi sangat menyebalkan. Ah, Revan tidak tahu lagi bagaimana cara yang tepat untuk menghadapi Sania yang benar-benar menyebalkan itu. “Revan? Kenapa kita tidak menjemput Sania saja dulu? Kamu bisa mengantarkan dia pulang sebelum kita berangkat ke danau” Kata Kalila dengan pelan. “Kalila, lo serius? Sania itu nyebelin, lo nggak tahu gimana sifat dia?” Tanya Dipta dengan pandangan terkejut. Revan menghembuskan napasnya. Dipta sangat anti dengan perempuan yang menyebalkan. Ah, iya.. selain Kyra dan Sania, ada lagi satu perempuan menyebalkan yang mereka kenal. Aira.. Akan sangat menyenangkan jika tiga perempuan itu bertengkar bersama. Sepertinya Kyra yang akan keluar sebagai pemenang karena Kyra pasti akan menjambak rambut kedua lawannya. Ah, pikiran Revan jadi melantur sangat jauh. Jika di sampingnya ada Kalila, untuk apa memikirkan Kyra? Sungguh hal yang sangat tidak berguna. “Bisa saja dia memang membutuhkan bantuan, bukan? Kita juga masih memiliki banyak waktu. Aku rasa tidak ada salahnya jika kita menjemput Sania terlebih dahulu..” Kata Kalila. Dipta tampak menghembuskan napasnya dengan lelah. Ya, apa yang Kalila katakan mungkin memang benar, tapi Revan yakin jika Sania akan membuat mereka jadi sangat kesal. Keputusan untuk memutar mobilnya dan melaju ke alamat yang Sania berikan adalah hal yang akan Revan sesali. Tapi tetap saja, Revan tetap melakukannya karena dia juga merasa tidak tega jika Sania harus mengalami kesulitan.         
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD