Bab 46

1569 Words
Kalila melangkahkan kakinya dengan pelan. Astaga, Kalila bahkan masih bisa merasakan detak jantungnya yang tidak normal. Revan masih membuat Kalila kehilangan kata untuk diucapkan bahkan setelah bermenit-menit berlalu. Kalila tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada dirinya, tapi setiap mengingat kalimat yang Revan katakan tadi, Kalila merasa jika ada aliran menyenangkan di dalam darahnya. Iya, ini adalah hal yang sangat asing untuk Kalila. Sebelumnya tidak pernah ada perasaan seperti ini yang Kalila miliki. Apakah sekarang semuanya sudah menjadi normal? Apakah wajar jika Kalila memiliki perasaan yang lebih dari sekedar teman? Kalila menyentuh dadanya sendiri. Entahlah, Kalila sama sekali tidak tahu harus melakukan apa ketika besok dia bertemu dengan Revan. Ah, iya.. bagaimana caranya untuk menghadapi Revan? Kalila tidak pernah merasakan hal menyenangkan seperti ini. Rasanya sangat malu ketika menyadari wajahnya pasti memerah ketika berhadapan dengan Revan tadi. Haruskah Kalila menghubungi Ilora dan mengatakan apa yang terjadi? Oh tidak, Kalila tidak boleh mengganggu Ilora yang sepertinya sedang sangat sibuk untuk mengurus ibunya. Baiklah, sepertinya Kalila lebih baik mandi dan segera mengerjakan tugas kuliahnya. Kalila tidak akan sanggup melakukan apapun ketika dia mengingat kejadian tadi. Sayangnya, ketika Kalila bangkit berdiri, Kalila sadar jika sekarang dia sedang dalam masalah. Kyra ada di sini.. “Bangsa!” Maki Kyra sambil menampar Kalila. Kalila berusaha keras untuk tidak mengeluarkan suara agar dia tidak terlihat lemah. Kalila memejamkan matanya dan menahan rasa sakit di kepalanya ketika Kyra menjambak rambut Kalila dengan kuat. Kulit kepala Kalila terasa perih ketika merasakan jari Kyra menusuk dengan kejam. Kalila menatap Kyra dengan pandangan kebingungan. Apa lagi sekarang? Kenapa Kyra harus datang di saat yang tidak tepat? “Ngapain lo, b*****t?! Lo mau deketin Revan? Lo pikir lo pantes buat dia?” Tanya Kyra sambil menghempaskan Kalila ke lantai. Kalila berusaha agar kepalanya tidak terbentur, tapi Kalila tetap tidak bisa melakukan apapun. Kalila meringis dengan pelan ketika kembali merasakan pusing di kepalanya. Kalila harus tetap sadar, apapun yang terjadi Kalila harus tetap bertahan. Kyra mungkin bisa menyiksa Kalila, tapi Kyra tidak boleh mengalahkan Kalila. “Lo berani deketin Revan? Lo pikir dia bakal mau sama cewek kayak lo? Inget Kalila, lo itu pembunuh!” Kata Kyra dengan keras. Kalila merasa jika air matanya akan segera keluar saat ini. Tidak, Kalila harus tetap bertahan. Tidak boleh ada tangisan saat ini. Sekali saja Kalila ingin terlihat kuat ketika sedang berada di depan Kyra. Iya, hanya sekali saja. “Kyra, lepaskan aku..” Kata Kalila dengan pelan. Pandangan Kalila bahkan sudah mulai memudar saat ini. Kepalanya pusing, tapi Kyra masih saja menjambak rambutnya. Beberapa kali Kyra juga menonjok kepala Kalila dengan keras. Kekuatan Kyra sangat berbeda dengan Kalila. Kalila pasti akan kalah saat ini.. “Lo aja nggak sanggup buah lawan gue, gimana mungkin lo bisa bertahan Kalila?!” Tanya Kyra sambil kembali melemparkan Kalila ke arah lantai. Kalila diam untuk waktu yang cukup lama karena saat ini seluruh tubuhnya terasa sangat lemas. Kalila tahu jika kepalanya sudah banyak menerima luka, bahkan sekarang Kalila bisa melihat ada bercak darah di atas lantai kamarnya. Kyra akan semakin senang ketika melihat Kalila lemah, tapi Kalila tidak bisa melakukan apapun saat ini. Kalila ingin bangkit, tapi dia tidak bisa. Kalila tidak memiliki kekuatan untuk bertahan. “Revan itu punya gue! Jangan macem-macem, b*****t!” Kali ini Kyra menendang perus Kalila dengan keras. Kalila bahkan merasa jika napasnya semakin pelan. Kenapa Kyra harus datang? Kalila sama sekali tidak mempersiapkan apapun yang bia dia lakukan untuk melawan Kyra. “Jangan ganggu Revan, Kyra.. tolong..” Kata Kalila dengan susah payah. Ketika Kalila mendengar cerita tentang kedatangan Kyra ke kampus, Kalila langsung bisa menebak jika di sana pasti ada keributan. Kalila sama sekali tidak mengira jika Kyra nekat datang ke kampus karena dia ingin menemui Revan. Oh Tuhan, untuk apa Kyra menemui Revan? Apa yang ingin Kyra lakukan? Di sini, satu-satunya musuh yang harus Kyra hadapi adalah Kalila, bukan orang yang ada di sekitar Kalila. Kalila tidak akan bisa membiarkan Revan ikut campur dalam masalah besar yang Kalila hadapi. Tidak, tidak akan Kalila biarkan hal itu terjadi. Jika Kyra memang ingin menghancurkan Kalila, maka Kalila akan menerimanya. Kalila hanya tidak ingin jika Kyra mengganggu orang-orang yang ada di sekitar Kalila. Itu adalah hal yang sangat buruk. “b*****t! Banyak ngomong lo, anjing!” Kata Kyra dengan keras. Kalila kembali menerima berbagai macam serangan dari Kyra. Entahlah, Kalila merasa jika dia sudah berada di ambang batas kesadaran, tapi ketika Kalila kembali mengingat Revan, Kalila merasa jika dia tidak boleh pingsan saat ini. Kalila harus tetap bertahan agar Kyra tidak lagi mengganggu dirinya. Benar, keberadaan Kyra memang sangat membahayakan Kalila. Sekarang Kalila sendirian, tidak akan ada orang yang bisa membantu Kalila jika bukan dirinya sendiri. Kalila sama sekali tidak memiliki pilihan lain, Kalila harus berjuang sendiri karena sekarang Kyra tampak sangat marah. “Revan itu punya gue! Jangan ganggu hidup gue, Kalila! Lo itu pecundang! Lo nggak layak hidup, b*****t!” Kata Kyra sambil menjambak rambut Kalila dengan keras. Kalila tidak tahan lagi. Semua ini sangat menyakitkan. Kalila sudah berkali-kali mendapatkan perlakuan seperti ini dari Kyra, tapi Kalila tetap merasa kesakita. Kyra selalu senang ketika melihat Kalila menderita seperti ini. Iya, Kalila tahu jika Kalila melakukan sebuah kesahan besar yang akhirnya membuat dirinya harus menerima hukuman. Benar apa yang dikatakan oleh kyra, Kalila memang seorang pembunuh. Kalila pantas mendapatkan hukuman seperti ini. Sering kali Kalila melarikan dirinya karena dia merasa takut. Kalila membiarkan Kyra menghadapi semua pukulan yang diberikan oleh ibunya. Iya, Kalila memang melakukan kesalahan yang begitu besar sehingga wajar jika saat ini Kyra tampak sangat membenci Kalila. “Kyra.. tolong, jangan ganggu Revan..” Kata Kalila sekali lagi. Kenapa harus Revan? Kenapa harus pemuda itu? Kalila tahu jika dia tidak akan sanggup melindungi Revan dan Kyra, tapi Kalila tetap akan berusaha. Kalila akan terus mencoba untuk bertahan karena tampaknya sekarang Kyra bukan hanya ingin menyiksa dirinya lewat berbagai pukulan yang menyakitkan, tapi Kyra mulai mencari cara untuk benar-benar menghancurkan Kalila dengan mengganggu orang-orang yang  ada di sekitar Kalila. “Lo pikir lo siapa, Kalila? Lo cewek lemah yang nggak berguna!” Kata Kyra dengan keras. Kalila selalu berharap agar dia bisa langsung pingsan setiap kali Kyra mulai menyerang dirinya seperti ini, tapi sekarang Kalila sangat berharap jika dia bisa bertahan. Tidak, kali ini Kyra tidak boleh berkuasa. Kalila akan berusaha sekuat tenaganya untuk bisa bertahan. Kalila menarik napasnya dengan pelan. Rasanya kepala Kalila mulai memberat, mata Kalila juga mulai sulit terbuka, yang paling buruk adalah napasnya yang terasa sesak. Kalila kembali mencoba untuk menguasai dirinya. Ketika Kalila mulai hampir kehilangan kesadaran seperti ini Kyra akan berhenti melakukan tindakan kekerasan. Apakah Kyra juga merasa sakit ketika dia mencoba menghancurkan Kalila? “Kyra, jangan melakukan hal itu. Aku mohon..” Kata Kalila dengan pelan. Kali ini Kalila mulai menerima kenyataan jika sebentar lagi tubuhnya akan kehilangan kesadaran. Sayangnya, di tengah ambang batas kesadarannya, Kalila malah melihat jika Kyra mulai meluruhkan tubuhnya juga. Kyra ikut berbaring di sampingnya. Iya, Kalila melihat hal itu di cermin yang ada di depan matanya. “Lo nggak capek kayak gini, Kalila?” Tanya Kyra. Kalila mencoba untuk menggelengkan kepalanya dengan pelan. Kalila tahu jika semua ini adalah akibat dari kesalahan yang dia perbuat. Andai saja dulu Kalila tidak membuat ayahnya celaka, pasti sekarang Kalila bisa hidup dengan baik. Kalila tidak akan mengalami berbagai macam trauma karena kekerasan yang dia dapatkan sejak dia berusia 5 tahun. Entah berapa kali Kalila terbaring dalam keadaan sekarat seperti saat ini. Kalila sudah tidak bisa mengingatnya. Kalila bahkan merasa jika rasa sakit yang saat ini dia tanggung sudah sering dia rasakan sebelumnya. Kalila sampai hafal dengan siklus rasa sakit yang dia rasakan. Kalila akan tersiksa selama beberapa saat, Kalila akan pingsan dan ketika terbangun biasanya dia akan baik-baik saja seakan tidak terjadi apapun padanya. Iya, itu karena Kalila baru akan sadar setelah beberapa hari kemudian. Seperti biasanya, ketika rasa sakit di tubuhnya muncul, Kalila akan bersembunyi seperti pengecut. Kalila sama sekali tidak sanggup untuk menghadapi rasa sakitnya sendiri. Bukankah wajar jika Kyra sering marah pada Kalila? “Gue bakal terus jadi pihak yang menghancurkan, tapi gue juga yang nahan rasa sakitnya” Kata Kyra. Kalila memejamkan matanya dengan pelan. Jadi selama ini Kyra juga akan merasa rasa sakit ketika dia menghancurkan Kalila? “Lo nggak pantes sama Revan, Kalila. Lo lemah. Lo nggak akan bisa jaga Revan. Dia lebih cocok sama gue” Kata Kyra. Kalila kembali menggelengkan kepalanya. Setelah sekian lama Kalila hidup tanpa tujuan yang jelas, tanpa impian yang ingin diwujudkan, kali ini saja Kalila ingin mendapatkan sesuatu. Tolong, jangan ambil Revan. “Gue bisa saja dia, Kyra” Kata Kalila dengan susah payah. “Lo bahkan nggak bisa bangun sekarang” Kata Kyra. Kalila menarik napasnya. Benar, Kalila memang tidak bangun sekarang. Kalila memang sangat lemah. Tapi tolong, sekalipun Kalila lemah, tidak bisakah Revan tetap berada di sampingnya? Baru kali ini Kalila menginginkan seseorang untuk terus berada di sisinya. Bahkan Kalila juga baru mengenal Revan. Selama ini Kalila membiarkan tubuhnya hancur tanpa mencoba melakukan apapun. Tapi kali ini saja Kalila ingin harapannya dikabulkan. Semesta memang mengabaikan keinginan Kalila, tapi sekarang Kalila benar-benar membutuhkan Revan. Kalila sering berjuang sendirian, berharap pada hal yang belum pasti, tapi kali ini Kalila tidak ingin kehilangan Revan. Keadaannya sekarang membuat Kalila sadar jika keberadaan Revan cukup penting dalam hidupnya. Kalila dan Revan memang masih baru saling mengenal. Mungkin baru sekitar dua pekan ini, tapi Kalila merasa jika dia sangat membutuhkan Revan. Tolong, hanya Revan saja.. Kalila sama sekali tidak menginginkan hal yang lainnya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD