Bab 15

1295 Words
Kalila terbangun dengan keadaan yang sangat kacau. Kepalanya terasa berdenyut nyeri tanpa dia tahu apa penyebabnya. Astaga, apa yang terjadi hingga kepalanya terasa sesakit ini? Kalila mencoba bangkit dari posisi tidurnya dan mencari beberapa butir obat pereda rasa nyeri. Keadaan ini sangat menyiksa dirinya. Setelah beberapa menit berlalu, rasa nyeri di kepala Kalila akhirnya reda juga. Kalila tahu jika ini sudah pagi, dia harus segera membersihkan diri dan bersiap untuk datang ke kampus karena lagi-lagi Kalila mendapatkan jadwal kuliah di pagi hari. Ah, iya! Bagaimana jika sekarang Revan sudah menunggunya di lantai bawah? Kemarin Kalila mungkin membuat Revan menunggu terlalu lama, tapi sekarang tidak demikian. Kalila akan segera bersiap dan turun ke bawah. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan ketika melihat pantulan dirinya di cermin. Kalila tidak terlalu suka menatap cermin dalam waktu yang lama, tapi tetap saja.. Kalila akhirnya mengerti apa yang terjadi pada dirinya hingga membuat kepalanya terasa sepusing ini. Sekalipun tidak terlalu yakin dengan tebakannya, tapi setidaknya Kalila tahu apa yang terjadi. Kalila semakin kacau.. Semua ini menandakan dengan jelas jika Kalila memang kembali mengacaukan hidupnya sendiri. “Kalila?” Kalila menolehkan kepalanya dan mencoba memberikan senyuman kepada Ilora yang berdiri di depan pintu kamarnya. “Kamu sudah bangun? Baiklah, segeralah mandi dan turun ke bawah. Kakak menunggumu untuk sarapan” Kata Ilora sambil memberikan senyuman yang menenangkan. Sepertinya, tanpa Kalila mengatakan apapun, Ilora sudah tahu segalanya. Kalila kembali menghembuskan napasnya dengan pelan. Ini semua sama sekali tidak benar. Sampai kapan Kalila terus mengacaukan segalanya seperti ini? Pada akhirnya, Kalila memilih untuk segera mandi dan mengganti pakaiannya. Tidak ada yang bisa Kalila lakukan selain mengikuti apa yang dikatakan oleh Kakaknya. Iya, begitulah.. *** Kalila menuruni tangga dengan pelan dan dia langsung menghentikan langkahnya ketika dia tidak menemukan Revan di meja makan. Kemarin Revan sendiri yang mengatakan jika dia tidak masalah jika harus menjemput Kalila setiap hari. Ah, apa mungkin hari ini Revan tidak ada kelas pagi? Menurut cerita Revan, pemuda itu sudah berada di semester 7. Mungkin jadwal belajar Revan tidak sepadat mahasiswa baru seperti Kalila. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Hari ini Kalila akan menjalani kehidupannya dengan normal. Iya, Kalila janji akan hal itu. “Selamat pagi, Kalila” Kata Ilora sambil tersenyum. Kalila ikut tersenyum dan mengatakan hal yang sama kepada Ilora. Mereka memang sering makan berdua seperti ini karena Kenzo jarang sekarang ada di rumah. Kalila merasa senang dengan kehidupannya yang sekarang karena sekalipun kakak kandungnya sangat sibuk bekerja, Kalila masih memiliki Ilora yang sangat peduli dengan keadaannya. Kalila merasa jika dia jauh lebih dekat dengan Ilora dibandingkan dengan kakaknya sendiri. Ya, begitulah.. “Apakah kamu sudah meminum obatmu? Apakah kepalamu pusing, Kalila?” Tanya Ilora. Kalila menggelengkan kepalanya dengan pelan. Sepertinya Ilora juga sudah tahu akan apa yang terjadi. Kalila kembali menghembuskan napasnya dengan pelan. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Semuanya tampak sangat membingungkan. “Hei, semuanya akan baik-baik saja. Kita akan segera menemui dokter Harmono, jangan khawatir” Kata Ilora sambil memberikan pelukan singkat kepada Kalila. Kalila tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Kalila memang sudah terbiasa dengan keadaan ini, tapi tentu saja Kalila ingin memperbaiki hidupnya. Sampai kapan Kalila terus hidup di dalam bayangan orang lain? “Apakah kamu sudah pernah bertemu dengan Kyra, Kalila?” Tanya Ilora secara tiba-tiba. Kalila menghentikan gerakannya yang akan memakan selembar roti tawar. Kyra.. Kenapa Kalila harus dibayangi dengan sosok Kyra? Kenapa Kyra harus kembali ke dalam hidupnya? Kalila sudah mencoba untuk memperbaiki kehidupannya, tapi jika Kyra kembali, maka semuanya akan hancur. “Ada apa, Kak?” Tanya Kalila. Kalila memang tidak pernah suka membicarakan hal ini, tapi Ilora memang memiliki hak untuk bertanya akan semua itu. Kalila akhirnya memilih untuk meletakkan roti tawar miliknya. Kalila tidak bisa makan dengan tenang jika pikirannya terus terfokus kepada Kyra. Astaga, kapan Kalila memiliki kehidupan yang tenang? “Kakak hanya memastikan saja. Revan bertemu dengan Kyra, kamu harus menjelaskan semuanya kepadanya, Kalila. Jangan biarkan dia tahu hal ini dari orang lain” Kata Ilora. Kalila menggelengkan kepalanya dengan pelan. Tidak, Revan tidak perlu tahu hal ini. Revan tidak boleh tahu hal-hal buruk mengenai Kalila. Kalila berjanji untuk memulai kehidupannya yang baru, yang normal dan baik-baik saja. Dengan cara apapun Kalila akan tetap mempertahankan kehidupannya yang normal. “Jangan memberi tahu apapun kepada Revan, Kak. Dia hanya temanku, jangan sampai dia mengetahui segalanya tentang hidupku” Kata Kalila dengan pelan. Sebenarnya Kalila juga sangat tidak menyukai keadaan ini, tapi Kalila tidak punya pilihan lain. Jika Revan tahu apa yang sebenarnya terjadi, bisa saja dia akan menjauhi Kalila dan tentu saja Kalila akan kembali sendirian. Kalila memang baru mengenal Revan selama dua hari ini, tapi Kalila merasa sangat nyaman dengan pemuda itu. Revan adalah teman yang sangat baik, Kalila tidak ingin kehilangan Revan begitu saja. “Kalila, bagaimana kalau akhirnya dia tahu dari orang lain? Jangan khawatir, dia anak yang baik, dia pasti akan membantumu dan menjagamu” Kata Ilora. Kalila kembali menggelengkan kepalanya. Tidak, Kalila tidak siap untuk mengatakan semua hal ini kepada Revan. Setidaknya tidak saat ini. Mereka masih baru saling mengenal, bisa saja Revan akan merasa tidak nyaman jika dia tahu rahasia besar yang selama ini Kalila sembunyikan. “Jangan mengatakan apapun kepada Revan, Kak” Kata Kalila sekali lagi. “Revan sudah pernah bertemu Kyra, Kalila. Bahkan Revan yang menyelamatkan Kyra.. Revan pasti akan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi.. Kamu mungkin harus menyiapkan jawaban mulai dari sekarang” Kata Ilora dengan pelan. Inilah yang selalu membuat Kalila takut dalam menjalin hubungan pertemanan. Kalila takut kalau akhirnya dia harus memberikan penjelasan mengenai kenyataan hidupnya. Tentu saja tidak semua orang bisa menerima keadaannya ini. “Revan tidak bertanya apapun padaku. Dia hanya diam saja.. aku rasa dia tidak ingin membahas kejadian tidak menyenangkan itu karena dia pikir akan membuat aku merasa tidak nyaman. Biarkan saja seperti itu, Kak.. aku tidak ingin kehilangan temanku..” Kata Kalila dengan suara bergetar. “Kalila, jangan mengatakan omong kosong seperti itu” Kata Ilora sambil memeluk Kalila dengan pelan. Rasanya Kalila sangat ingin menangis. Kehidupannya benar-benar sangat kacau.. Kalila sangat membenci keadaan ini, tapi tetap saja.. Kalila sama sekali tidak bisa melakukan apapun. Ini semua sangat tidak adil, tapi mau bagaimana lagi? Memang beginilah keadaannya. Terima atau tidak, Kalila harus tetap menjalani kehidupannya. “Baiklah, kakakmu akan pulang besok, kita akan membicarakan ini dengan Kenzo. Jujur saja Kakak tidak berani mengambil keputusan apapun tanpa Kenzo” Kata Ilora. Kalila menganggukkan kepalanya dengan pelan. Kalila tahu kalau selama ini dia memang sangat merepotkan Kakak dan kakak iparnya. Oh Tuhan, Kalila ingin hidupnya baik-baik saja. Kalila memang melakukan kesalahan di masa lalu, tapi Kalila rasa dia sudah cukup banyak menerima hukuman. Apakah semua rasa sakit yang telah Kalila terima di masa lalu masih belum cukup untuk menebus kesalahannya? Kalila lelah dengan keadaan yang seperti ini. Kalila mencoba mengatur napasnya yang terasa sesak setiap kali ingatan tentang masa lalu kembali ke benaknya. Kalila bahkan masih belum sanggup mengendalikan dirinya sendiri setiap kali Kalila mengingat keadaan buruk yang dia alami di masa lalu. “Kalila? Ada apa?” Ketika mendengar napas Kalila yang tidak teratur, Ilora langsung menatapnya dengan tatapan khawatir. Kalila menggelengkan kepalanya dengan pelan. Ini adalah hal yang biasa terjadi. Kemarin malam ketika Kalila sedang bersama dengan Revan, hal ini juga terjadi secara tiba-tiba. Revan hanya menanyakan dimana tempat tinggal Kalila sebelum dia pindah ke kota ini, tapi Kalila malah kembali mengingat kenangan menyakitkan yang terjadi di masa lalu. “Kalila, tenanglah.. ada Kakak di sini” Kata Ilora sambil kembali memeluk Kalila. Kalila mencoba mengalihkan pikirannya dari semua rasa takut yang selama ini dia pendam sendirian. Kalila memeluk Ilora dengan erat untuk mengingatkan kepada dirinya sendiri bahwa saat ini keadaannya sudah sangat berubah. Kalila tinggal bersama dengan Ilora dan Kenzo, tidak akan ada yang menyakiti Kalila. “Tenanglah sayang, Kakak ada di sini. Jangan takut” Kata Ilora dengan pelan.     
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD