Revan mengambil minuman dingin di kantin lalu langsung menghabiskan minuman itu dengan satu kali teguk.
Iya, Revan memang sedang merasa sedikit kesal sehingga dia ingin mendinginkan kepalanya dengan minuman ini.
Begitulah Revan, dia tidak terlalu pandai untuk mengendalikan emosinya. Sampai saat ini Revan masih mengingat dengan jelas tentang apa yang terjadi di club malam kemarin. Revan melihat dengan matanya sendiri jika Kalila ada di sana, dia sedang berdansa dengan sangat bahagia. Kalila terlihat sangat terbiasa dengan keadaan lantai dansa yang ramai dan dipenuhi oleh manusia mabuk.
Astaga, apa yang Revan pikirkan? Kalaupun Kalila ingin menghabiskan malamnya dengan mabuk-mabukan, itu sama sekali bukan urusan Revan. Kalila bisa melakukan apapun yang dia inginkan.
Sayangnya Revan sama sekali tidak bisa menghentikan rasa kesal di dalam hatinya. Revan menghabiskan waktu semalaman untuk memikirkan Kalila yang tampak sangat berbeda ketika mereka bertemu di club itu. Kalila bahkan sama sekali tidak menyapanya! Oh, ini sungguh tidak bisa dipercaya.
Lalu hari ini, Revan memang sengaja tidak datang ke rumah Kalila padahal kemarin dia sudah berjanji untuk menjemput Kalila setiap mereka akan pergi ke kampus. Hari in Revan tidak melakukan itu karena dia takut kehilangan kendali.
Astaga, apa yang sebenarnya terjadi pada Revan? Kenapa dia marah-marah tidak jelas kepada Kalila?
Revan bahkan merelakan waktu tidurnya hanya karena bayangan Kalila terus masuk ke dalam pikirannya. Kalila benar-benar sangat mengejutkan.
Hari ini Revan sudah mencari Kalila ke seluruh kampus tapi tampaknya perempuan itu tidak datang padahal menurut temannya, hari ini Kalila seharusnya ada kelas sejak pagi hingga sore. Kenapa Kalila tidak datang ke kampus? Apa dia merasa tidak enak badan karena semalam menghabiskan waktu di club malam? Oh sial! Ini sungguh tidak bisa dipercaya.
“Lo masih mikirin Kalila?” Tanya Dipta.
Sebenarnya Revan sudah menceritakan kekesalannya kepada Dipta. Ya, seperti biasa, Dipta akan mengatakan jika apa yang dilakukan oleh Kalila itu adalah hal yang sangat wajar.
Sebenarnya itu memang hal yang wajar dilakukan oleh pemuda zaman sekarang, tapi masalahnya.. Kalila tidak terlihat seperti anak muda yang suka mabuk-mabukkan. Kalila bahkan selalu menundukkan kepalanya setiap kali berbicara dengan orang asing. Kalila bukan perempuan seperti itu.
Revan menghembuskan napasnya. Dia baru mengenal Kalila dua hari. Ya, ditambah satu hari ketika Revan menyelamatkan Kalila yang akan bunuh diri.
Selama mengenal Kalila, memang ada beberapa hal yang membuat Revan merasa curiga dengan perempuan itu.
Yang pertama adalah saat mereka pertama kali bertemu. Revan sangat yakin jika malam itu Kalila berbicara dengan bahasa yang santai seperti anak muda pada umumnya, tapi ketika mereka bertemu di rumah Revan, Kalila berubah menjadi perempuan lugu yang berbicara dengan sangat sopan menggunakan bahasa baku.
Lalu yang kedua adalah saat Kalila secara tiba-tiba minta diantarkan pulang padahal sebelumnya mereka sedang berbicara dengan santai. Kalila seperti orang yang tersiksa dan juga ketakutan. Ketika Revan ada di rumah Kalila, saat itu Kalila sama sekali tidak mengatakan apapun. Kalila langsung meninggalkan Revan begitu saja.
Apa yang sebenarnya terjadi?
“Sebenernya gue juga kaget pas tahu di sana ada Kalila. Jujur gue sama sekali nggak lihat dia, Van. Kali aja lo salah lihat” Kata Dipta dengan santai.
Revan menggelengkan kepalanya dengan pelan.
Revan sangat yakin jika perempuan yang menggunakan pakaian seksi itu adalah Kalila. Sekalipun mereka masih baru berkenalan dan di tempat itu cahayanya tidak terlalu terang, Revan sangat yakin jika perempuan yang dia lihat adalah Kalila. Tidak, Revan tidak mungkin salah lihat.
“Nggak mungkin gue salah lihat. Di sana emang ada Kalila, dia juga lihat gue.” Kata Revan dengan pelan.
“Ya terus kenapa kalo Kalila ke sana? Dia punya hak buat dateng ke pesta, Van.” Kata Dipta dengan santai.
Revan menghembuskan napasnya sekali lagi. Iya, apa yang dikatakan oleh Dipta memang sangat benar, masalahnya Revan tetap saja merasa tidak suka ketika mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Revan sangat tidak suka ketika tahu jika sifat Kalila sangat berbeda dengan apa yang dia pikirkan.
Maksud Revan, kenapa Kalila seakan menyembunyikan sifat aslinya dengan menunjukkan sifatnya yang lain? Revan seperti merasa dibohongi. Revan merasa kecewa padahal dia tahu jika dia sama sekali tidak memiliki hak untuk kecewa.
“Ya lo pikir aja, Dip. Dia itu bukan cewek nggak bener yang kerjaannya mabuk-mabukan. Gue kaget, gila!” Kata Revan dengan kesal.
Revan mengangkat kembali kepalanya ketika dia mendengar suara Dipta yang tertawa dengan pelan. Apakah ada hal yang patut untuk ditertawakan? Astaga, ini sangat menyebalkan.
“Emang lo kenal dia berapa lama? Kayak tahu beneran aja, lo!” Kata Dipta.
Revan kembali menarik napasnya dengan kesal. Apa yang dikatakan oleh Dipta sepenuhnya benar. Iya, Revan memang masih baru mengenal Kalila tapi dia sudah berekspekasi terlalu tinggi hanya karena dia melihat kebaikan Kalila selama dua hari.
Iya, Revan seakan melupakan bagaimana pertemuan pertama mereka. Seharusnya dari awal Revan tahu bagaimana sifat Kalila yang sebenarnya.
Revan jadi merasa sangat menyesal karena telah berekspektasi terlalu tinggi. Oh ya ampun, Revan tetap saja merasa kesal padahal dia sudah meyakinkan pada dirinya sendiri jika Kalila bukanlah orang penting yang bisa dia pikirkan hingga seperti ini.
Kalila hanyalah orang asing yang baru dia kenal dengan cara yang sedikit tidak terduga. Seharusnya Revan tidak perlu terlalu memikirkan perempuan itu.
“Dari pada lo kayak orang gila, Van. Mending sekarang lo telepon dia terus ajak dia ketemu. Lo bisa bicarain apapun yang ganggu pikiran lo. Kadang manusia emang nggak sesempurna yang kita bayangin, lo harus terima kenyataan kalo Kalila ternyata nggak seperti bayangan lo. Lo suka sama dia bukan karena dia baik atau dia cantik, kan?” Tanya Dipta.
Revan tidak berniat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Dipta.
Revan menganggap Kalila sebagai temannya. Iya, hanya teman, Lagipula sangat tidak wajar jika Revan langsung menyatakan bahwa dia menyukai Kalila padahal mereka baru saling mengenal selama dua hari.
Revan merasa kecewa dengan apa yang Kalila lakukan, semua itu perasaan murni yang muncul karena Revan menganggap Kalila sebagai temannya sendiri. Revan yakin dengan pasti jika sampai saat ini belum ada perasaan suka yang dia rasakan kepada Kalila. Revan menganggap Kalila sebagai temannya, jadi Revan kecewa karena Kalila melakukan hal yang tidak benar.
“Jangan kayak banci deh, Van. Nggak akan ada selesainya kalo lo cuma marah-marah nggak jelas” Kata Dipta lagi.
“Lo bisa diem nggak, Ta? Sumpah, gue jadi tambah kesel kalo lo banyak ngomong!” Kata Revan dengan kesal.
Bukannya menutup mulutnya, Dipta malah tertawa dengan lebih keras sehingga membuat meja mereka jadi bahan perhatian beberapa anak kampus yang sedang nongkrong di sini.
Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Revan bukan tidak tahu jika beberapa anak kampus memang sedang gencar membicarakan dirinya sejak kemarin. Ya, Revan dan Kalila memang dibicarakan hampir semua angkatan karena mereka kedapatan berangkat bersama.
Sebenarnya Revan juga tidak tahu apa yang spesial dengan dirinya sehingga membuat banyak orang suka membicarakan dirinya. Revan hanyalah mahasiswa biasa di kampus ini. Satu-satunya hal yang membuat Revan sedikit lebih populer dari mahasiswa lain adalah beberapa prestasi yang Revan dapatkan. Revan juga menjadi anggota penting di beberapa organisasi kampus ini. Iya, itulah yang membuat hampir semua warga kampus mengenal dirinya.
Tapi kenapa mereka harus ribut hanya karena Revan berangkat ke kampus bersama dengan Kalila? Memangnya ada yang aneh dengan hal itu?
Kemarin Revan memang tidak mempedulikan semua pertanyaan yang diajukan kepada dirinya tentang hubungannya dengan Kalila, tapi hari ini semua itu membuat Revan jadi merasa sangat kesal. Kenyataan tentang Kalila yang kemarin malam dia temui di tempat yang tidak seharusnya didatangi oleh perempuan itu membuat Revan merasa benar-benar kesal. Sampai saat ini Revan masih bisa merasakan rasa kesal itu.
“Kalo lo emang nggak mau sama Kalila cuma gara-gara dia dateng ke club, ya udah.. dia buat gue aja” Kata Dipta sambil sambil tertawa dengan keras.
Revan melemparkan botol kosong bekas minuman dingin miliknya hingga mengenai wajah Dipta dengan cukup keras.
Tanpa menunggu luapan kekesalan yang pasti akan Dipta berikan kepadanya, Revan langsung bangkit berdiri lalu meninggalkan Dipta begitu saja.
Ketika langkah Revan sudah semakin jauh, samar-samar Revan masih bisa mendengar suara omelan Dipta dan satu kalimat menyebalkan yang semakin membuat Revan merasa kesal.
“Bangke, lo Van! Gue sumpahin jatuh cinta sama Kalila!” Kata Dipta dengna suara yang sangat keras.
Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Semua orang sedang berusaha mencari tahu hubungan Revan dan Kalila. Ketika mereka mendengar apa yang Dipta katakan, berita itu pasti akan semakin dibicarakan oleh orang-orang. Dipta memang sangat menyebalkan.
Astaga, apa yang harus Revan lakukan sekarang?
Pikiran Revan terus mengatakan jika sebaiknya dia pulang lalu mengerjakan tugas kuliahnya saja, tapi ketika sampai di dalam mobil miliknya, Revan malah melajukan mobilnya menuju ke rumah Kalila.
Jujur saja Revan merasa sangat khawatir dengan keadaan perempuan itu.
Sudahlah, Revan sendiri tidak mengerti dengan jalan pikirannya karena begitu sampai di rumah besar milik keluarga Kalila, Revan sama sekali tidak turun dari mobilnya. Revan hanya diam sambil terus mengamati keadaan rumah Kalila. Revan sebenarnya ingin turun dan menanyakan tentang keadaan Kalila, tapi rasa kesal di dalam hatinya kembali menahan dirinya.
Sial! Untuk apa Revan datang ke sini?!