Bab 50

1992 Words
Kalila terbangun dengan kepala yang terasa pusing. Astaga, apa yang terjadi? Kalila mencoba untuk bangkit dari posisi duduknya. “Akhirnya lo bangun?” Kalila menemukan Kyra yang sedang berdiri di depannya. Apa yang diinginkan oleh Kyra? “Ada apa, Kyra?” Tanya Kalila dengan pelan. “Lo ada hubungan apa sama Revan?” Tanya Kyra. Kalila mencoba untuk menghembuskan napasnya dengan pelan. Jujur saja Kalila tidak pernah ingin mengenalkan Revan kepada Kyra. Sampai saat ini Kalila masih berharap jika Kyra dan Revan tidak pernah saling bertemu. Kyra akan membuat semuanya jadi rumit. Kalila baru ingin memulai kehidupannya yang baru, tapi Kyra datang dan pasti akan segera menghancurkan segalanya. Iya, Kalila tahu jika selama ini Kyra berusaha untuk menghancurkan Kalila. Kalila berusaha untuk menatap Kyra yang sekarang sedang menampilkan ekspresi kesal. Belakangan ini Kyra sangat sering berbicara dengan Kalila. Entahlah, Kalila tahu jika Kyra hanya ingin membicarakan masalah Revan saja. Apakah Kyra memang benar-benar tertarik dengan Revan? Atau Kyra hanya ingin mengganggu Revan untuk menghancurkan Kalila? “Dia temanku, jangan mengganggunya..” Kata Kalila dengan pelan. “Jangan deketin dia, dia punya gue” Kalila menggelengkan kepalanya dengan pelan. Tidak, tidak ada yang memiliki Revan selain dirinya sendiri. “Jangan mengganggunya..” Kata Kalila. Kalila memejamkan matanya ketika melihat Kyra mengayunkan tangannya ke arah Kalila. Kyra pasti akan segera menghajar Kalila saat ini. Tapi semua itu tidak terjadi karena suara ponsel Kalila berdering dengan nyaring. Kalila menatak Kyra sejenak lalu beralih untuk mengambil ponsel miliknya. Revan. Kenapa Revan menghubungi Kalila? “Jangan lo angkat, b**o!” Kata Kyra. Kalila menghiraukan perintah Kyra. Iya, Kalila memang tidak ingin Revan terlibat dalam masalahnya dengan Kyra, tapi Kalila tidak memiliki pilihan lain. Ketika Kalila memilih untuk menerima panggilan Revan, saat itulah Kalila melihat Kyra menghilang dengan cepat. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Baiklah, Kalila akan baik-baik saja sekarang. Kyra sudah tidak ada. Dia sudah pergi. Kalila sama sekali tidak perlu merasa khawatir. “Halo, Revan?” Sapa Kalila dengan suara yang bergetar. “La? Ada apa? Apakah kamu sedang dalam masalah?” Tanya Revan dengan cepat. Kalila melangkahkan kakinya menuju ke arah cermin, Kalila merapikan penampilannya dengan cepat. Iya, Kalila memang tidak pernah suka menghadap ke arah cermin terlalu lama. Kalila memejamkan matanya dengan pelan. Kalila baik-baik saja, tidak ada yang perlu Kalila khawatirkan. “Tidak, aku baik-baik saja” Kata Kalila dengan riang. “Jangan berbohong, Kalila. Aku ada di depan rumahmu, ada mobil Kyra di sini. Apakah dia ada di dalam?” Wajah Kalila memucat dengan cepat. Kalila bahkan merasa jika jantungnya berdetak dengan tidak normal. Apa yang harus Kalila katakan? Kalila mencoba untuk menarik napasnya dengan pelan. Tidak ada yang perlu Kalila khawatirkan, jika Revan ada di depan rumah, maka Kalila harus segera turun dan membukakan pintu agar Revan bisa masuk. “Apa? Aku bahkan tidak pernah melihat mobil Kyra. Apakah kamu yakin jika itu adalah miliknya?” Tanya Kalila dengan pelan. Kalila melangkahkan kakinya menuju ke lantai satu. Setidaknya Kalila harus segera menemui Revan dengan cepat. “Tentu saja aku yakin. Kyra baru saja datang ke kampus. Aku bertemu dengannya sebelum aku ke sini. Apakah kamu sedang dalam bahaya? Cepatlah turun, Kalila” Kata Revan. Kalila menganggukkan kepalanya tanpa sadar. Mobil itu memang milik Kyra. Revan tidak salah melihat, mobil itu milik Kyra, Kalila yang berbohong. Apa yang harus Kalila katakan ketika dia bertemu dengan Revan? Apakah Kalila harus kembali mengatakan kebohongan kepada pria itu? “Kalila..” Kata Revan ketika Kalila membuka pintu rumahnya. Kalila tersenyum dan menurunkan ponsel dari telinganya. Di depannya ada Revan dan Dipta yang tampak menatap dirinya dengan khawatir. Kalila melihat dengan jelas jika di depan gerbang rumahnya ada sebuah mobil yang sama sekali tidak asing dengan ingatan Kalila. Iya, itu adalah mobil Kyra. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Saat ini Kalila memang membutuhkan kehadiran Revan, tapi Kalila merasa jika sebaiknya Revan tidak datang ke rumahnya. Kalila takut jika Kyra akan membuat masalah ketika dia melihat Revan. “Hai, Kalila..” Sapa Dipta sambil tersenyum ramah. Kalila membalas senyuman Dipta sambil menganggukkan kepalanya. Ya Tuhan, Kalila memiliki teman yang sangat baik. “Ayo, masuklah..” Kata Kalila dengan pelan. Di rumah ini ada dua orang asisten rumah tangga yang siap melayani Kalila kapanpun Kalila mau. Tentu saja mereka tahu bagaimana keadaan Kalila sehingga Kalila selalu mengatakan jika sebaiknya mereka tidak terlalu dekat dengan Kalila. Kalila takut jika Kyra tiba-tiba datang disaat yang tidak tepat dan pelayannya tidak bisa membedakan mereka berdua. Iya, intinya Kalila melarang mereka untuk bertanya, menyapa, ataupun mendekati Kalila jika bukan Kalila yang memanggil mereka. Untunglah kedua pelayan itu tahu bagaimana keadaan Kalila, mereka juga mengerti dan mau mengikuti apapun yang Kalila inginkan. “Bi? Bisa tolong ambilkan makanan dan minuman? Temanku datang..” Kata Kalila sambil melangkahkan kakinya ke arah dapur. Kalila menatap Revan dan Dipta lalu tersenyum tipis. “Tentu saja, Nona” Jawab pelayan itu. “Terima kasih..” Kata Kalila. “Ayo, lebih baik jika kita berbicara di taman belakang saja..” Kata Kalila sambil menatap Revan dan Dipta. Revan memang sudah pernah datang ke rumah ini, tapi tidak dengan Dipta. Sangat wajar jika sekarang Dipta tampak menatap ke seluruh ruangan rumah Kalila dengan penasaran. “Rumahmu sangat indah, Kalila. Aku tidak pernah tahu jika ada taman dan kolam ikan di sini” Kata Revan sambil berjalan ke samping Kalila. Kalila tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan pelan. Iya, Kalila memang tidak pernah mengajak Revan berjalan menyusuri rumahnya karena dulu Revan hanya datang untuk sarapan dan menjemput Kalila ke sekolah. “Ini rumah kakakku. Kak Ilora sering merasa kesepian jika di rumah, oleh sebab itu dia meminta dibuatkan taman bunga dan kolam ikan..” Kata Kalila sambil meminta Revan dan duduk di salah satu kursi batu yang ada di samping kolam. “Nggak ada satupun foto tentang Kyra di rumah ini. Dia nggak tinggal di sini, Kalila?” Tanya Dipta. Kalila tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. “Aku tidak tahu kenapa tidak ada foto Kyra di sini. Aku juga baru tinggal di sini selama beberapa bulan saja. Kyra sangat jarang datang ke sini. Dia tinggal di apartemennya sendiri” Kata Kalila dengan pelan. Apa yang harus Kalila katakan? Kyra memang tidak tinggal di tempat ini. Tapi bagaimana caranya Kalila menjelaskan tentang mobil Kyra yang terparkir di depan gerbang rumah? Iya, Kyra memang menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Kalila masih merasa jika kepalanya berdenyut nyeri. Ah, sepertinya Kyra sempat menghantamkan kepalanya ke tembok. Entahlah, Kalila tidak pernah bisa mengerti apa yang Kyra lakukan. “Kalian itu bertengekar apa gimana sih? Dia kayak anak pungut sumpah, beda banget sama lo” Kata Dipta sambil tertawa pelan. Kalila mengendikkan bahunya. Ya, Kalila sendiri tidak mengerti kenapa keadaan antara dirinya dan Kyra sangat kacau seperti ini. “La, kamu sungguh tidak apa-apa? Maksudku, Kyra pasti ada di sini, bukan? Jangan berbohong padaku..” Kata Revan sambil menatap Kalila. Kalila sama sekali tidak tahu harus mengatakan apa. Keadaan ini membuat dirinya merasa terpojok. Kenapa Revan harus datang ke sini? Atau kenapa Kyra harus memarkir mobilnya di depan gerbang? “Apakah kamu tidak melihat Kyra di dalam mobil itu? Mungkin saja dia hanya sedang menghentikan mobilnya di sana” Kata Kalila dengan pelan. “Tidak, dia tidak ada di dalam mobil. Tadi dia datang lagi ke kampus. Apa yang terjadi? Kenapa kamu tidak datang ke kampus?” Tanya Revan sambil menatap Kalila dengan pandangan khawatir. “Tidak ada apapun. Kepalaku terasa pusing, sepertinya aku terjatuh dalam tidurku, kepalaku terluka..” Kata Kalila dengan pelan. “Kyra melukaimu lagi?” Tanya Revan dengan cepat. Kalila kehilangan kata-katanya. Sepertinya Revan memang sudah tahu bagaimana sifat Kyra. Sungguh, Kalila sama sekali tidak ingin membicarakan masalah ini sekarang. Tidak ketika ada Dipta di sini. Mungkin Dipta memang sudah tahu jika Kyra adalah perempuan yang kasar, tapi Kalila tidak ingin Dipta tahu lebih dari itu. “Kalila.. katakan padaku..” Kata Revan lagi. Kalila menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Revan—” “Dimana dia, Kalila?” Tanya Revan sambil bangkit berdiri. Kalila segera menyentuh tangan Revan dan menahan Revan agar dia tidak pergi kemanapun. Kalila menatap Revan dengan pandangan permohonan. “Jangan melakukan apapun.. Tolong..” Kata Kalila dengan pelan. Revan mengusap wajahnya dengan kasar tapi beberapa detik kemudian dia menganggukkan kepalanya dan kembali duduk di kursinya. Kalila menghembuskan napasnya dengan tenang. Setidaknya Revan sangat mudah untuk diajak berbicara. “Kyra ada di sini?” Tanya Revan sambil menatap Kalila dengan pandangan serius. Kalila menganggukkan kepalanya. “Dia selalu ada dimanapun aku berada” Kata Kalila dengan pelan. “La, gue nggak mau terlalu ikut campur sama masalah lo, tapi gue lihat sendiri kalo Kyra itu kasar banget. Tangannya Revan aja dia pelintir dengan santainya. Gue rasa nggak akan aman kalo lo deketan sama Kyra” Kata Dipta dengan serius. Kalila menatap Revan. Apa benar jika Kyra melakukan kekerasan kepada Revan? Astaga, Kyra memang sangat kelewatan. Kalila pikir Kyra memang tertarik dengan Revan, tapi ternyata tidak. Kyra mendekati Revan karena dia ingin mengganggu Kalila. Sungguh, kali ini Kyra memang sangat kelewatan. Kenapa dia sampai melakukan semua ini? “Ini sama sekali bukan masalah besar, La” Kata Revan sambil tertawa pelan. Kalila menggelengkan kepalanya. Tentu saja ini adalah masalah yang sangat besar. Kalila tidak bisa membiarkan semua ini terus terjadi. Iya, Kyra memang sering melukai Kalila, tapi dia tidak boleh melukai orang-orang yang ada di sekitar Kalila. “Revan, kenapa bisa seperti itu? Kenapa kamu menemui Kyra?” Tanya Kalila dengan panik. Kyra pasti menemui Revan di kampus, tapi kenapa Revan tidak segera menjauh ketika dia melihat Kyra? Bukankah Revan sudah berjanji jika dia akan menjauhi Kyra? Kenapa hal ini bisa sampai terjadi? “Tentu saja aku tidak akan menemuinya dengan sengaja, Kalila. Dia selalu berdiri di depan mobilku, aku harus membuat dia mengerti jika dia tidak boleh datang ke kampus dengan sembarangan seperti itu” Kata Revan dengan santai. “Tapi Kyra tidak akan pernah mengerti..” “Iya, itulah masalahnya. Maafkan aku, aku memang harus bertemu dengannya saat itu. Sudahlah, tanganku juga sudah baik-baik saja” Kata Revan. Kalila menggelengkan kepalanya. Tidak, Kalila tahu bagaimana kekuatan Kyra. Kyra memang seorang perempuan, tapi karena kejadian di masa lalu, Kyra jadi terbiasa tumbuh dengan kuat. “Jangan menemui dia lagi, Revan. Kamu juga Dipta, jangan menemui Kyra lagi. Kalau kalian tidak sengaja melihatnya, tolong jauhi saja dia” Kata Kalila dengan pandangan memohon. Kalila tidak ingin teman-temannya terluka karena bertemu dengan Kyra yang sangat keras kepala. Kyra bisa melakukan apapun yang dia mau, Kyra tidak akan pernah merasa kasihan ketika melihat orang lain kesakitan karena perbuatannya. Iya, memang seperti itulah Kyra. “Tenang saja, Kalila..” Kata Dipta. Kalila tetap tidak bisa tenang. Kyra sama sekali tidak bisa dikendalikan. Kyra bisa melukai siapapun yang ada di depannya jika dia memang mau. Sebenarnya Kyra sama sekali tidak membutuhkan alasan untuk marah dan menghajar orang. Kyra akan tetap melukai orang lain sekalipun orang itu sama sekali tidak membuat masalah dengannya. Iya, Kalila tahu semua sifat buruk Kyra. “Kalila, kenapa mobil Kyra ada di depan? Apakah dia ada di sini?” Tanya Revan . Kalila tidak memiliki jawaban atas pertanyaan ini. “Revan, sebenarnya Kyra memiliki hak untuk datang ke rumah ini kapanpun dia mau” Kata Kalila dengan pelan. Revan mengernyitkan dahinya, sepertinya Revan merasa tidak percaya dengan kalimat yang Kalila katakan. “Itu sama sekali tidak benar. Kakakmu saja mera khawatir denganmu karena takut jika Kyra datang dan mengganggumu” Kata Revan. Kalila menganggukkan kepalanya dengan pelan. Iya, itu memang sangat benar. “Tapi ini juga rumahnya Kyra. Terima atau tidak, dia memang tetap bisa datang ke sini kapanpun dia mau. Aku tidak bisa mengusirnya begitu saja. Jadi, biarkan saja jika dia memang datang, asalkan dia sama sekali tidak menggangguku, aku juga tidak masalah jika dia datang” Kata Kalila dengan pelan. “Itu adalah masalah, Kalila. Apakah kamu tahu jika Kyra sangat berbahaya?” Tanya Revan. “Tidak ada yang mengenal Kyra sebaik diriku, Revan. Tapi apakah aku sanggup mengusirnya dari sini?” Tanya Kalila.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD