Bab 20

1833 Words
“Jadi Kalila punya kembaran? Wah gila!” Kata Dipta sambil menatap Revan dengan pandangan tidak percaya. Tadi, setelah Revan mengantarkan Kalila pulang, Revan langsung mengemudikan mobilnya ke rumah sakit tepat Raka dirawat. Revan merasa jika dia harus menceritakan keadaan yang sebenarnya kepada Dipta karena Revan sudah terlanjur merusak image Kalila di depan temannya itu. Ya, karena di sini ada Raka, maka sahabatnya itu juga ikut mendengarkan semua cerita yang Revan katakan. “Gila, emangnya secantik apa Kalila? Lo kenapa kayak tergila-gila gitu, Dip?” Tanya Raka yang tampak sangat penasaran dengan sosok Kalila. Astaga, Revan sama sekali tidak mengira jika kehadiran Kalila bisa mengubah topik pembicaraan teman-temannya yang biasanya hanya berkutat seputar permainan game jadi sepenuhnya berubah. Dipta memang terlihat sangat tertarik dengan pembicaraan tentang Kalila, sekarang Raka juga melakukan hal yang sama. “Cantik banget, b**o! Udah lo nggak usah banyak ngomong, lo udah punya Aira!” Kata Dipta dengan santai. Revan terkekeh pelan. Dia sama sekali tidak mengira jika Dipta yang selama ini tampak tidak tertarik dengan pembicaraan seputar perempuan jadi benar-benar antusias ketika membicarakan Kalila. Ya, sejak lama Dipta memang menyimpan perasaan kepada Aira yang sebenarnya menurut Revan sedikit menyebalkan. Dipta memilih untuk diam dan memendam perasaannya sendiri karena Raka sudah lebih dulu berpacaran dengan Aira. “Lo emangnya suka sama Kalila, Van?” Tanya Raka. Revan memilih untuk tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Raka. Teman-temannya itu sangat menyebalkan, saat ini Raka memang masih tidak bisa melakukan apapun karena dia masih dirawat di rumah sakit, tapi Dipta tentu masih bisa melakukan hal-hal yang menyebalkan seperti biasanya. “Udah pasti sih kalo Revan suka sama Kalila. Tapi kembarannya Kalila, nama siapa? Gue sama dia aja, deh. Lebih pasti gitu sama gue” Kata Dipta dengan santai. “Kalo Kalila emang cantik, artinya stadar dia tinggi. Kembarannya pasti juga gitu. Nggak mungkin mereka ada yang mau sama lo, b**o!” Kata Raka sambil tertawa. Revan juga ikut tertawa ketika mendengar ejekan Raka. Benar, Dipta memang pantas mendapatkan itu karena sejak tadi temannya itu begitu menjengkelkan. “Kali aja dia emang mau sama gue. ‘kan enah, tuh.. nanti Kalila sama Revan, gue sama Kyra, lo sama Aira. Pasangan lo jadi yang paling jelek!” Kata Dipta sambil tertawa dengan keras. Sekalipun apa yang dikatakan oleh Dipta sedikit tidak masuk akal, tapi Revan tetap saja tertawa. Aira itu tidak jelek, sama sekali tidak. Aira sebenarnya sangat cantik, tapi kadang perempuan itu sedikit menyebalkan. Revan sudah tidak bisa menghitung berapa banyak percekcokkan yang dia lakukan dengan Aira. Begitulah, Revan sebenarnya juga tidak ingin ribut dengan kekasih temannya, tapi kadang tingkah Aira memang sangat menyebalkan. “Kalo Revan sama Kalila, gue masih percaya.. tapi Kyra pasti nggak akan mau sama lo!” Kata Raka dengan cepat. Revan dan Kalila? Astaga, ini sangat menggelikan. Revan sudah sangat lama tidak merasa tertarik pada hubungan asmara. Sejak masuk kuliah dan sibuk dengan organisasi di kampus, Revan memang jarang sekali dekat dengan perempuan. Kalaupun ada, hanya dalam beberapa bulan saja mereka akan menghilang karena Revan terlalu sibuk. Entahlah, sepertinya Revan juga ingin menunggu hingga beberapa saat lagi untuk benar-benar memastikan bagaimana perasannya kepada Kalila. “Gimana kalo ternyata Kalila kembar tiga?” Tanya Dipta dengan tiba-tiba. “Ngaco!” Kata Revan. “Ya, bisa aja. Kalo dia emang bener-bener punya kembaran satu lagi, lo harus deketin dia, Ka. Bakal seru kalo kita bertiga punya pacar yang kembar!” Kata Dipta sambil tertawa. Revan juga ikut tretawa ketika dia mendengar khayalan Dipta. Astaga, ada-ada saja! Sungguh, Revan tidak tahu bagaimana respon yang akan dia berikan jika Kalila benar-benar mengataka bila dia memang memiliki kembaran yang lain. “Khayal banget, lo!” Kata Raka. “Kalo emang bener begitu, gue jamin lo pasti juga mau sama kembarannya Kalila. Mungkin sifatnya bakal beda kayak Kalila sama Kyra, tapi yang penting wajahnya sama. Gila, Kalila itu cantik banget!” Kata Dipta. Baiklah, ini memang sudah terlalu berlebihan. “Gue mau pulang dulu, ya? Nanti gue balik lagi pas agak maleman” Kata Revan sambil bangkit berdiri. “Gue juga ikutan balik dulu, deh. Nanti bentar lagi Aira pasti ke sini. Gue suntuk banget kalo ketemu dia” Kata Dipta. Revan tertawa dengan pelan. Sebenarnya Dipta ingin ikut pulang karena dia pasti tidak akan tahan jika melihat Raka dan Aira bersama. Ya, begitulah. Kadang demi seorang sahabat, kita harus mengorbankan perasaan sendiri. Revan berharap jika dia tidak akan pernah terjebak di dalam keadaan seperti ini. “Nanti kalo balik, bawain gue makanan, ya. Makanan di sini nggak ada yang enak, anjing!” Kata Raka. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Setelah melakukan percobaan bunuh diri dengan cara menggantung tubuhnya, Raka tidak bisa makan sembarangan. Cowok itu hanya akan memakan bubur hingga beberapa hari ke depan. Astaga, bagaimana caranya memberi tahu Raka akan hal itu? “Males banget! Lo udah sakit, nyusahin lagi! Udah makan aja makanan yang dari sini!” Kata Dipta dengan santai. Revan tersenyum. Hanya Dipta yang bisa mengatakan hal semacam itu ketika temannya sedang terbaring di rumah sakit. Ya, setidaknya Dipta membuat Raka berhenti merengek karena menginginkan makanan cepat saji. *** “Kalila?” Revan akhirnya berhasil menghubungi Kalila setelah beberapa kali panggilan yang dia lakukan terputus karena Kalila tidak segera menjawab. Ya, setelah pulang dan membersihkan dirinya, Revan memang langsung berusaha menghubungi Kalila. Entahlah, Revan hanya merasa ingin mendengar suara Kalila saja. “Iya, Revan? Ada apa?” Tanya Kalila. Seperti biasanya, Kalila memang akan selalu berbicara dengan suara yang lembut. Revan sebenarnya jarang menemukan ada remaja yang berbicara dengan bahasa formal seperti Kalila, tapi sudahlah.. memang inilah yang membuat Kalila berbeda dengan orang lain. Kalila unik dan juga cantik. “Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin menghubungimu, apakah tidak boleh?” Tanya Revan sambil tersenyum. Revan melangkahkan kakinya untuk berjalan menuju ke balkon yang ada di kamarnya. Hari sudah semakin malam, Revan harap dia tidak mengganggu waktu istirahat Kalila. “Apa? Tentu saja boleh. Tapi kenapa kamu menghubungiku?” Tanya Kalila. Astaga, Revan memang tidak memikirkan apapun ketika dia memutuskan untuk menghubungi Kalila. Revan hanya melihat ponselnya yang tergeletak di atas meja lalu secara tiba-tiba Revan terpikir untuk menelepon Kalila. Iya, hanya itu saja. “Tadi Dipta dan Raka membicarakan kamu. Mereka bertanya, apakah kamu memiliki kembaran yang lain selain Kyra? Maksudnya, mungkin saja kamu kembar tiga, bukan?” Tanya Revan sambil tertawa pelan. Untuk beberapa detik, Revan sama sekali tidak mendengar jawaban apapun dari Kalila. “Ah, tidak. Aku hanya memiliki satu kembaran saja” Kata Kalila pada akhirnya. Ya ampun, kenapa Revan bisa lupa pada hal ini? Kalila terlihat tidak nyaman ketika Revan mencoba membicarakan tentang kembarannya. “Kalila, aku besok akan menjemputmu lagi. Apakah kamu ada kuliah pagi besok?” Tanya Revan dengan santai. Revan memang berusaha untuk mencairkan kembali suasana diantara mereka berdua. “Besok aku tidak ada kuliah pagi. Aku akan berangkat sendiri ke kampus, Revan. Tidak perlu repot untuk menjemputku” Kata Kalila. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Sayang sekali, padahal besok Revan sudah berencana untuk mengajak Kalila sarapan bubur ayam yang ada di dekat kampus. Kata Kalila, dia masih baru di kota ini jadi pasti ada banyak sekali kuliner yang belum dicoba oleh Kalila. Baiklah, tidak masalah, mungkin Revan bisa mencoba mengajak Kalila lain kali. “Kalila, lusa kakakku akan berulang tahun, apakah kamu bisa membantuku untuk memilihkan hadiah? Besok sepulang kuliah saja.. apakah kamu mau?” Tanya Revan. “Tentu, tentu saja aku bisa. Kita akan pergi ke mana?” Tanya Kalila. Itulah masalahnya. Selama ini Revan tidak pernah memberikan hadiah yang tepat untuk Kakaknya karena dia memang sama sekali tidak tahu apa yang Kakaknya sukai. Mungkin Kalila bisa membantu Revan untuk menemukan hadiah yang tepat agar tahun ini Revan tidak kembali mengecewakan Kakaknya karena setiap tahun Revan akan memberikan hadiah boneka yang hampir sama. Ya, mau bagaimana lagi? Revan tidak terlalu banyak memiliki teman perempuan. Lagipula selama ini Revan juga jarang berhubungan dekat dengan satu perempuan. Revan takut jika mereka akan salah paham bila Revan mengajaknya jalan atau semacamnya. Begitulah, Revan sebenarnya tidak pernah menutup telinganya pada setiap berita yang sedang ada di kampus. Salah satunya adalah banyaknya perempuan yang mengagumi dirinya. “Apa yang harus aku belikan untuk Kakakku? Aku sama sekali tidak tahu, Kalila. Setiap tahun aku selalu membelikan hadiah yang sama. Dia sering marah padaku karena ada saat dimana aku membelikan boneka yang sama dengan yang aku belikan satu tahun sebelumnya. Untuk tahun ini aku tidak ingin membuat dirinya kecewa” Kata Revan sambil tertawa pelan. Begitulah, laki-laki memang sangat tidak pandai dalam memilih hadiah. “Aku sebenarnya tidak terlalu tahu tempat-tempat di kota ini. Tapi tidak masalah, aku akan bertanya pada Kak Ilora. Besok aku akan memberitahu kamu kemana kita akan pergi” Kata Kalila dengan antusias. Ah, sepertinya Revan memang tidak salah dengan meminta bantuan kepada Kalila. “Benarkah? Astaga, terima kasih banyak, Kalila. Besok sepulang kuliah aku akan mentraktir makan siang untukmu” Kata Revan. Terdengar suara Kalila di ujung telepon sehingga membuat Revan juga ikut tertawa pelan. “Tentu saja, aku akan sangat senang karena bisa makan bersamamu!” Revan kembali tertawa, “Baiklah kalau begitu. Apakah kamu sedang belajar sekarang?” Tanya Revan. Jujur saja Revan tidak ingin mengganggu waktu belajar Kalila. Kalau Kalila memang sedang belajar, maka Revan akan segera mengakhiri panggilannya. “Tidak, aku sudah selesai belajar karena sejak pulang kuliah tadi aku sudah menyelesaikan semuanya. Sekarang aku sedang menonton televisi bersama dengan Kak Ilora” Sepulang kuliah dia sudah menyelesaikan tugasnya? Astaga, sepertinya memang tidak ada anak kuliah yang serajin Kalila. “Sepertinya kamu adalah anak yang sangat rajin, Kalila..” Kata Revan. “Aku sangat senang karena bisa berkuliah. Aku tidak pernah sesenang ini sebelumnya” Kalila memang terlihat sangat bersemangat untuk berkuliah sekalipun sampai saat ini Kalila masih belum memiliki banyak teman. Ya, itu adalah hal yang wajar. Kalila anak yang masih baru di lingkungan kota ini sehingga dia masih kesulitan untuk beradaptasi. Kalila juga anak yang pemalu sehingga tentu saja dia akan semakin kesulitan untuk menemukan teman. Tapi ada satu sifat Kalila yang pastinya akan sangat disukai oleh semua orang yang mengenal perempuan itu.. Benar, Kalila sangat baik da tulus. Kebaikan perempuan itu bisa terlihat dengan jelas di matanya. “Kalau begitu nikmati saja waktu yang akan kamu habiskan di kampus. Aku yakin kalau kamu akan mulai mengeluh di beberapa semester depan” Kata Revan dengan santai. Sebenarnya ini hanya gurauan saja. Revan hanya ini membuat Kalila sedikit takut dengan apa yang akan terjadi di semester depan. Ya, begitulah.. “Aku harap aku tidak akan mengeluh. Aku menjalani kehidupan yang cukup menyulitkan di masa lalu. Aku harus selalu bersyukur karena hidupku yang sekarang sudah jauh lebih baik” Kata Kalila. Ketika mendengar kalimat yang dikatakan oleh Kalila, Revan jadi bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ada banyak sekali kejanggalan yang masih membuat Revan penasaran. Yang pertama adalah fakta tentang buruknya hubungan Kalila dan Kyra padahal mereka adalah saudara kembar. Lalu tentang keadaan Kyra yang sepertinya sangat memprihatinkan karena perempuan itu pernah mencoba mengakhiri hidupnya sendiri. Di masa lalu, apa yang terjadi pada Kalila dan Kyra?      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD