Bab 18

1346 Words
“Gila, udah dua hari lo kayak begini, Van. Ini lo sebenernya kenapa, sih?” Tanya Dipta ketika mereka sedang duduk di kantin. Sebenarnya, setelah kejadian menyebalkan yang terjadi kemarin sore, Revan tidak ingin datang ke kantin lagi, tapi dia sedang sangat lapar saat ini. Ya, akhirnya Revan tidak memiliki pilihan lain selain makan di kantin ini bersama dengan Dipta. Seperti biasanya, Dipta memang akan sangat cerewet dan menyebalkan ketika Revan sedang merasa kesal. Dipta seakan senang sekali menggoda Revan dan membuat Revan semakin kesal. “Gue mau makan, lo bisa diem, nggak?” Tanya Revan dengan kesal. Dipta malah tertawa dengan santai. Jika dalam keadaan seperti ini, Revan jadi ingin meninggalkan Dipta sendirian di kantin. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan lalu kembali melanjutkan kegiatannya untuk menghabiskan mie ayam yang ada di depannya. Sayangnya, sebuah pergerakan di sampingnya membuat Revan langsung menolehkan kepalanya. Revan tidak bisa menahan rasa terkejutnya ketika dia menemukan Kalila sedang duduk di sampingnya sambil membawa semangkuk mie ayam juga. Apa yang sedang Kalila lakukan di sini? Revan mengingat dengan jelas jika kemarin sore Revan mengabaikan pesan yang dikirimkan oleh Kalila. Ya, padahal saat itu Revan sedang ada di depan rumah Kalila. Entahlah, Revan masih merasa kesal dengan Kalila. Rasa kesal di dalam hatinya malah semakin bertambah karena Revan tidak berani menemui Kalila dan menanyakan secara langsung tentang apa yang terjadi. Iya, Revan takut jika dia akan kembali dikecewakan jika dia mendengar sendiri pengakuan dari Kalila yang tidak seperti keinginannya. Ya, Revan ingin mendengar jika perempuan yang dia lihat di club malam itu bukanlah Kalila, tapi Revan sangat yakin jika dia adalah Kalila. “Apakah tidak masalah jika aku duduk di sini?” Tanya Kalila dengan suara yang lembut. Oh, jadi Kalila kembali menjadi gadis lugu seperti biasanya. Baiklah, Revan semakin muak dengan semua ini. “Iya, Kalila. Nggak pa-pa kok, lo duduk aja di sini” Kata Dipta. Revan langsung mengarahkan pandangannya ke arah Dipta yang tampak tersenyum dengan sangat menyebalkan. Astaga, kenapa Dipta terlihat sangat menikmati suasana ini? Revan mengalihkan pandangannya dan memilih untuk segera menghabiskan mie ayam di dalam mangkuknya. Semakin cepat Revan selesai maka semakin cepat juga dia bisa pergi dari sini. Ah, Revan jadi merasa sangat jahat karena melakukan ini kepada Kalila. Ya, Kalila memang bisa memilih apapun yang ingin dia lakukan. Benar, Kalila memiliki hak atas hidupnya. Kenapa Revan malah marah-marah tidak jelas seperti ini? Astaga, Revan memang sangat menggelikan. Dulu Revan juga suka datang ke pesta seperti itu. Revan sering pulang dalam keadaan mabuk dan saat ada orang yang mengatakan hal buruk tentang apa yang Revan lakukan, maka Revan akan merasa marah. Lalu sekarang, kenapa Revan melakukan hal yang sama kepada Kalila? “Revan? Apakah kamu marah padaku?” Tanya Kalila dengan pelan. Revan memejamkan matanya. Bagaimana Revan harus menjawab pertanyaan itu? Revan sendiri tidak mengerti dengan apa yang dia rasakan. Semua ini membuat dirinya merasa kesal, tapi ketika mendengarkan suara Kalila, Revan jadi ragu dengan rasa kesalnya. Kalila terlihat sangat bingung dengan sifat Revan. Revan menggelengkan kepalanya dengan pelan tanpa menoleh ke arah Kalila. “Dia kalo lagi makan nggak bisa ngomong, La. Nanti malah batuk-batuk dia” Kata Dipta sambil tertawa. Revan menghembuskan napasnya dengan kesal. Dipta selalu membuat semuanya jadi kacau. “Oh, begitu? Baikalah, maafkan aku” Kata Kalila dengan pelan. “Nggak pa-pa” Kata Revan. Beberapa menit berlalu meja mereka hanya diisi dengan keheningan karena Revan memang sama sekali tidak ingin berbicara dengan Kalila. Entahlah, Revan sendiri merasa bingung dengan dirinya. “Revan, kenapa kamu tidak menjawab pesanku kemarin?” Tanya Kalila setelah mereka berdua selesai makan. Revan kembali merasa kebingungan sekarang. Jujur saja kemarin Revan sudah mengetikkan jawaban untuk Kalila, tapi Revan memutuskan untuk tidak mengirim pesan itu. Revan merasa kesal dengan Kalila padahal sebenarnya Kalila tidak melakukan kesalahan apapun kepadanya. Revan menolehkan kepalanya lalu menatap Kalila dengan tajam. Hanya beberapa detik mendapatkan tatapan itu dari Revan, Kalila segera menundukkan kepalanya. “Van..” Kata Dipta. Sepertinya Dipta tidak setuju dengan apa yang Revan lakukan. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Benar, Revan memang tidak seharusnya melakukan semua itu. “Gue sibuk.” Kata Revan dengan pelan. Kalila mengangkat kepalanya lalu menatap Revan dengan pandangan kebingungan. “Kemaren kita nungguin Raka, La. Raka udah mau pulang, lo nggak mau jenguk dia lagi?” Tanya Dipta. Sepertinya Dipta tahu jika Kalila tampak bersedih ketika mendengar kalimat yang Revan katakan. Sebenarnya Revan juga tidak bermaksud untuk berbicara ketus kepada Kalila, tapi mau bagaimana lagi? Kalimat itulah yang keluar dari mulutnya. “Oh, begitu. Aku tidak mungkin ke sana, Dipta. Aku rasa kekasih Raka tidak suka dengan kehadiranku” Kata Kalila dengan pelan. Kalila sangat berbeda.. sungguh, perempuan seperti Kalila yang berbicara dengan lugu dan lembut tidak mungkin bisa menggunakan pakaian seksi lalu berdansa dengan liar di club malam. Itu adalah hal yang sangat bertolak belakang. Sudah berapa kali Revan berusaha untuk menyangkal tentang kebenaran itu? Fakta yang mengatakan jika Kalila adalah seorang perempuan yang Revan selamatkan ketika akan bunuh diri semakin menguatkan pemikiran negatif di kepala Revan. “Aira? Cewek itu emang gitu, La. Jangan terlalu dipikirin!” Kata Dipta sambil tertawa pelan. “Tidak, Dipta. Aku tidak mungkin datang ke sana, aku tidak mengenal Raka..” Kata Kalila dengan lembut. Revan rasanya ingin berteriak saat ini juga agar Kalila menghentikan kalimatnya yang lembut seperti itu. Kalila sangat berbeda.. itulah fakta yang sebenarnya. “Gue mau pulang duluan.” Kata Revan sambil bangkit berdiri. Revan melangkahkan kakinya cepat-cepat dengan tujuan untuk menghindari Kalila yang mungkin saja akan mengejar dirinya. Tapi ternyata Revan kalah langkah, Kalila sudah lebih dulu berjalan di sampingnya. “Revan? Ada apa?” Tanya Kalila. Revan menghentikan langkahnya dengan cepat lalu menatap Kalila yang berdiri di sampingnya. Wanita itu tampak langsung menundukkan kepalanya seperti biasanya. “Lo bisa berhenti ikutin gue nggak, La? Gue muak liat lo!” Kata Revan dengan cepat. Kalila langsung mengangkat kepalanya dan menatap Revan dengan pandangan terkejut. Baiklah, Revan tahu kalau dia sudah kelewatan. Tidak seharusnya Revan mengucapkan kalimat yang sekasar itu kepada Kalila. Mau bagaimanapun juga, Revan tidak punya hak untuk marah pada Kalila atas pilihan yang dibuat oleh perempuan itu. Revan mengusap wajahnya dengan kasar. “Sorry” Kata Revan dengan pelan. “Oke, aku minta maaf kalau begitu. Aku tidak akan mengikuti kamu lagi, Revan” Kata Kalila. Revan menghembuskan napasnya dengan kasar ketika dia melihat dengan jelas mata Kalila yang memerah. Astaga, apa yang Revan lakukan? Dia membuat Kalila menangis. “Kalila, gue rasa kita perlu bicara” Kata Revan sambil mengajak Kalila untuk berjalan ke tempat yang lebih sepi. Mereka tidak bisa berbicara di dekat kantin yang penuh dengan mahasiswa itu. “Gue rasa lo tahu kenapa gue bersikap beda sama lo” Kata Revan setelah mereka berada di belakang salah satu gedung fakultas yang cukup sepi. Ya, ini adalah tempat yang cukup tepat untuk membicarakan masalah yang terjadi. Revan bukan laki-laki yang suka memendam kemarahan, Revan suka membicarakan setiap masalah yang dia miliki agar semuanya cepat selesai. Ya, dengan catatan Revan sudah berhasil mengendalikan dirinya sendiri karena jika tidak, masalah itu tidak akan selesai tapi malah bertambah parah. Sekarang mungkin adalah saat yang tepat untuk membicarakan kekesalannya kepada Kalila. “Kamu bicara apa, Revan?” Tanya Kalila dengan pandangan kebingungan. “Lo beneran lupa kalo gue pernah nyelametin lo waktu lo mau bunuh diri? Lo lupa?” Tanya Revan dengan cepat. Kalila tampak terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Revan. “Terus dua hari lalu, kita ketemu di Club malem. Lo lihat gue, tapi lo pura-pura nggak tahu?” Tanya Revan sekali lagi. Revan menunggu jawaban Kalila karena tampaknya perempuan itu benar-benar terkejut dengan pengakuan Revan. Baiklah, mungkin seharusnya sejak awal Revan langsung mengatakan semua ini kepada Kalila. “Kamu bertemu aku? Kapan? Apa yang sebenarnya kamu katakan?” Revan mengernyitkan dahinya. “Revan, dengarkan aku.. Em, apakah kamu bertemu dengan Kyra?” Tanya Kalila. Revan semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Kalila. Siapa Kyra? “Kyra?” Tanya Revan. “Revan, dia.. dia saudara kembarku” Kata Kalila. Sungguh, Revan sama sekali tidak mengira jika dia akan mendapatkan penjelasan yang sungguh tidak terduga dari Kalila.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD