“Kamu pembawa sial! Kamu pembunuh, Kalila.. kamu nggak pantes karena kamu seorang pembunuh.. harusnya kamu mati aja!”
Kalila terus menangis ketika mendengar suara keras yang memekakkan telinganya. Semua ini membuat Kalila kembali teringat dengan ayahnya. Kenapa harus Kalila? Kenapa harus Kalila yang mengalami semua ini?
Benar, bukankah seharusnya Kalila mati saja?
Kalila mencoba untuk menggerakkan tubuhnya yang diikat di sebuah kursi. Kalila menatap pantulan dirinya sendiri di sebuah cermin besar yang ada di depannya, tubuhnya kurus dengan kulit yang penuh dengan luka. Ini bukan Kalila yang dulu, Kalila sendiri tidak mengenai dirinya yang sekarang.
Kalila kembali menjerit kesakitan ketika dia merasakan ada sebilah kayu yang kembali menghantam tangannya. Kalau Ibunya tidak berhenti memukul tangannya, sudah bisa dipastikan kalau Kalila akan kehilangan tangannya ini.
“Mama.. Mama maaf, Mama..” Kalila memang sudah tidak bisa menghitung berapa kali dia mengucapkan kata maaf, tapi sama seperti yang sering terjadi, Kalila tetap mendapatkan banyak pukulan di tubuhnya hingga yang terakhir, ketika Ibunya memegang tongkat golf lalu menghantamkan tepat di kepalanya, saat itulah Kalila kembali menyadari mimpi buruknya..
***
“Mama!” Kalila terbangun dengan keadaan yang sangat buruk. Tubuhnya penuh dengan keringat dan air matanya meleleh di wajahnya sendiri. Napas Kalila terdengar tidak teratur seperti orang yang sedang merasa sangat ketakutan.
Kalila mencoba untuk mengangkat tangannya.. bisa, tangannya bisa bergerak! Itu semua hanya mimpi!
Kalila tidak bisa menahan rasa bahagianya ketika dia menyadari jika semua itu hanya mimpi. Iya, hanya mimpi..
“Kalila? Kamu baik-baik saja?” Kalila menatap pintunya yang terbuka dengan kepala Kakak iparnya yang tertilah sedikit mengintip.
Kalila langsung menghembuskan napasnya dengan pelan. Benar, semua itu hanya mimpi.. sekarang Kalila sedang ada di rumah Kakak dan Kakak iparnya. Tidak ada hal yang perlu Kalila takutkan. Dia aman di rumah ini..
“A-aku baik-baik saja kok, Kak..” Kata Kalila dengan pelan.
“Ini haru pertama kamu kuliah, Kalila. Jadi.. jangan sampai terlambat, Kakak tunggu kamu di meja makan..” Kata Liora sambil kembali menutup pintu kamar Kalila.
Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Kalila tidak seharusnya merasa ketakutan lagi, dia baik-baik saja.. sama sekali tidak ada hal yang perlu dia khawatirkan. Sekarang Kalila aman karena tidak akan ada orang yang bisa menyakitinya.
Kalila bangkit berdiri lalu melangkahkan kakinya dengan pelan menuju ke cermin yang ada di depannya. Hanya dalam hitungan detik Kalila langsung mengalihkan pandangannya. Benar apa yang dikatakan oleh Kakaknya, Kalila harus segera bersiap karena ini akan menjadi hari pertamanya untuk pergi ke kampus. Kalila akhirnya bisa hidup dengan normal berkat bantuan Kakak dan Kakak iparnya.
***
Kalila melangkahkan kakinya dengan pelan untuk menuruni tangga yang akan membawanya ke lantai satu. Kalila sangat senang tinggal di sini. Rumah ini terasa sangat damai dan nyaman.
Kalila tidak bisa berhenti tersenyum ketika dia melihat Kakak iparnya yang sedang menyiapkan sarapan di dapur.
“Ada yang bisa aku bantu, Kak?” Tanya Kalila dengan pelan.
Kakak iparnya langsung menoleh lalu tersenyum ketika menatap penampilan Kalila hari ini. Iya, Kalila memang masih bingung dengan apa yang harus dia pakai ketika sedang pergi ke kampus. Seumur hidupnya Kalila tidak pernah berpikir kalau dia akan bisa pergi ke kampus layaknya orang-orang lainnya, Kalila tidak tahu dia harus berpenampilan seperti apa.
“Wow, kamu cantik sekali! Sama seperti Kakakmu yang tampan, kamu juga sangat cantik, Kalila. Kalau anakku perempuan, aku harap dia akan secantik dirimu..” Kata Liora sambil merapikan rambut Kalila yang dia ikat ke belakang agar tidak terlihat berantakan.
Kalila tersenyum ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Kakak iparnya. Selain memiliki seorang Kakak yang baik, Kalila juga mendapatkan seorang Kakak ipar yang sangat baik. Seluruh kebutuhan Kalila selama dia tinggal di rumah ini, Liora yang mengurusnya padahal wanita itu sedang hamil muda. Kakaknya memang sangat beruntung karena mendapatkan istri yang baik seperti Liora.
“Apa aku bisa membantu sesuatu?” Tanya Kalila dengan sopan.
Biasanya, setelah turun dari kamarnya, Kalila akan langsung membantu Liora untuk menyiapkan sarapan. Kalila berusaha keras agar dia tidak terlalu merepotkan Kakak iparnya karena selama ini Liora sudah berlaku sangat baik pada Kalila. Banyak orang yang hanya akan baik ketika di depan seseorang, tapi tidak dengan Liora. Sekalipun Kenzo, kakak Kalila sedang tidak ada di rumah karena bekerja, Liora tetap saja baik pada Kalila. Wanita itu menganggap Kalila sebagai adiknya sendiri. Oleh sebab itu Kalila juga ingin membantu Kakaknya itu.
“Jangan, jangan lakukan apapun hari ini karena kamu harus pergi ke kampus. Aku dengar, kegiatan di kampus akan sangat melelahkan, kamu tidak perlu membantu apapun.. duduklah di meja makan bersama dengan Kakakmu, aku akan segera selesai..”
Sekalipun merasa keberatan dengan apa yang dikatakan oleh Kakaknya, Kalila tetap saja mengikuti kemauan Liora.
“Selamat pagi, Kak..” Sapa Kalila yang sedang melihat Kakaknya duduk dengan secangkir kopi di depannya.
Kalila langsung mendekati Kakaknya yang tampak langsung tersenyum ketika menatap Kalila.
“Selamat pagi. Kata Kakakmu, kamu akan ke kampus hari ini. Benar, Kalila?”
Selama beberapa bulan tinggal di rumah ini, Kalila malah lebih dekat dengan Kakak iparnya dibanding dengan Kakaknya sendiri. Entahlah, mungkin karena selama ini Kalila lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan Kakak iparnya ketika Kakaknya sendiri sedang bekerja. Selama ini Kakaknya memang sangat jarang pulang karena pekerjaannya sebagai pilot membuat dirinya lebih disibukkan untuk terbang ke negara lain.
“Iya, aku akan kuliah hari ini..” Kata Kalila sambil duduk di dekat Kakaknya.
Tidak lama kemudian Kakak iparnya sudah datang dengan roti isi dan beberapa gelas s**u vanila. Kalila selalu merasa bersyukur ketika melihat makanan yang tersaji di rumah ini. Setelah lama berperang sendirian, sekarang Kalila tidak perlu merasa ketakutan lagi. Kalila sama sekali tidak perlu khawatir kalau dia sampai kekurangan makanan. Di rumah ini Kakak iparnya akan selalu memastikan kalau Kalila makan dengan kenyang.
Entahlah, kalau seperti ini Kalila rasanya ingin kembali menangis.
Dalam kehidupannya, Kalila sudah banyak merasakan kepedihan yang luar biasa. Kalila terbiasa dengan kelaparan dan rasa sakit yang terus menggerogoti tubuhnya sendiri, tapi di rumah ini Kalila ditawari kehidupan aman yang membahagiakan.
“Kamu harus antar Kalila hari ini. Dia belum terlalu hafal dengan jalan di kota..” Kata Liora pada Kenzo.
Sekalipun awalnya Kalila ingin menolak karena dia tidak ingin merepotkan Kakaknya, Kalila akhirnya memilih untuk diam saja. Lagi pula benar apa yang dikatakan oleh Kakak iparnya, Kalila belum hafal dengan jalan di kota ini.
Mungkin apa yang dikatakan oleh Liora memang ada benarnya, Kalila bisa saja terlambat kalau dia tidak mengikuti apa yang dinginkan oleh Kakak iparnya itu.
Benar, Kalila memang harus selalu bersyukur karena setelah sekian lama berharap pada sesuatu yang tidak pasti, sekarang akhirnya Kalila bisa menemukan kembali orang-orang yang menyayangi dirinya.
“Tapi nanti kamu juga harus berusaha untuk menghafalkan jalan di kota ini sendirian, Kalila. Kamu tahu sendiri, beberapa saat lagi Liora ingin pergi ke luar negeri selama beberapa bulan untuk bertemu dengan keluarganya..”
Kalila langsung menganggukkan kepalanya ketika dia mendengar apa yang dikatakan oleh Kenzo. Iya, memang seperti itulah rencana Kalila.
Liora memang sudah merencanakan perjalanan ke benua Amerika untuk bertemu dengan Ibunya yang menetap di sana. Liora sudah memaksa Kalila untuk ikut saja bersama dengan dirinya, tapi Kalila menolak. Kalila tidak ingin mengganggu Liora yang sedang ingin menghabiskan waktunya bersama dengan Ibunya. Kalila juga tidak akan mungkin meninggalkan kuliahnya begitu saja, Kalila sudah sangat senang saat ini. Dia kembali menemukan keluarganya, dia juga kembali menikmati kehidupan yang normal. Sudah, semua itu sudah lebih dari cukup untuk Kalila. Sekarang Kalila ingin belajar untuk hidup mandiri juga.
“Seharusnya kamu ikut denganku saja, Kalila.. aku akan sangat kesepian kalau kamu tidak ada di sampingku..”
Begitulah, Liora memang sangat menyayangi Kalila, begitu juga Kalila yang sangat menyayangi Liora. Kalila tahu kalau dirinya juga akan merasa kesepian kalau Liora pergi ke luar negeri selama beberapa bulan ke depan, tapi Kalila tidak ingin mengganggu momen bahagia Liora yang ingin dia bagi bersama dengan keluarganya yang asli dari Amerika. Benar, Liora memang masih memiliki darah dari ras kaukasoid yang tinggal di Amerika. Sekalipun begitu, Liora memiliki ayah yang berasal dari Indonesia.
“Iya, aku juga pasti akan merasa sangat kesepian karena harus tinggal di rumah ini sendirian. Tapi aku tidak bisa ikut ke sana, aku harus kuliah sekarang..” Kata Kalila sambil tersenyum.
Kalila sangat senang karena bisa tinggal di sini. Iya, dia sangat senang..
Sejujurnya, Kalila juga ingin ikut bersama dengan Liora karena dia merasa khawatir kalau Liora bepergian jauh sendirian apalagi ketika wanita itu sedang hamil. Tapi masalahnya, Kalila tidak bisa.. ada satu hal penting yang harus Kalila lakukan selama kedua Kakaknya itu pergi ke luar negeri. Kenzo memang tidak menetap untuk menemani Liora karena Kakaknya itu tidak pernah mendapatkan cuti yang panjang, Liora akan sendirian di rumah Ibunya untuk beberapa bulan.
“Kamu berubah menjadi sangat sibuk setelah kuliah. Ah, aku tidak membayangkan apa yang akan terjadi kalau kamu menikah. Aku akan semakin kesepian..” Kata Liora sambil tertawa pelan.
Kalila tidak bisa tertawa seperti yang dilakukan oleh kedua Kakaknya. Kalila hanya diam sambil berharap kalau suatu saat nanti akan ada seorang laki-laki yang mencintainya dengan cara yang sama seperti Kakaknya mencintai Liora.
“Dengarkan aku Kalila, aku memang mengizinkan kamu tinggal sendirian di sini, tapi kamu harus menerima satu syaratku..” Kata Liora lagi.
Kalila mengernyitkan dahinya sambil menatap dengan kebingungan. Syarat?
“Syarat?” Tanya Kalila dengan pelan.
“Iya, ada satu temanku yang memiliki seorang adik. Adiknya seumuran dengan dirimu, katanya anak itu juga kuliah di kampus yang sama dengan kamu. Nanti sore kamu harus ikut dengan aku, aku akan mengenalkan kamu dengan adik temanku supaya kamu tidak sendirian lagi. Setidaknya ada satu orang yang bisa aku percayai untuk menjagamu..” Kata Liora sambil tersenyum.
Kalila sama sekali tidak bisa mengatakan apapun. Kepedulian yang ditunjukkan oleh Liora sudah lebih dari yang Kalila inginkan. Benar, Liora memang mencemaskan Kalila seperti wanita itu cemas pada dirinya sendiri. Kalila memang sangat beruntung, tentu saja Kenzo juga beruntung karena memiliki seorang istri seperti Liora.
“Itu sama sekali tidak perlu, Kak.. aku bisa menjaga diriku sendiri..” Kata Kalila sambil tersenyum. Benar, sekalipun Kalila sangat senang dengan perhatian yang diberikan oleh Liora, Kalila tetap tidak ingin merepotkan orang asing yang tidak dia kenal. Kalila bukan tipe orang yang mudah akrab dengan orang lain, Kalila tidak mudah bergaul, dia juga sangat pemalu. Kalila benar-benar tidak ingin menyusahkan orang lain, apalagi orang yang belum pernah dia temu sebelumnya.
“Hei! Jangan seperti itu.. aku juga tahu kalau kamu bisa menjaga dirimu sendiri. Tapi aku akan mencemaskan keadaanmu, Kalila..” Kata Liora sekali lagi.
Benar, Kalila memang tidak akan bisa menolak apa yang diinginkan oleh Liora. Sekarang, yang bisa Kalila lakukan adalah menuruti saja semua hal yang diinginkan oleh Kakaknya itu. Ah, lagi pula itu adalah ide yang baik. Kalila membutuhkan setidaknya satu teman dekat yang nantinya akan membantu dirinya untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Baiklah, sepertinya tidak masalah kalau Kalila mengikuti saja apa yang diinginkan oleh Liora.