Bab 2

1476 Words
Revan melangkahkan kakinya dengan pelan untuk berjalan menuju ke ruang rawat Raka. Dalam pikiran Revan memang masih teringat jelas dengan hal apa yang baru saja berlalu beberapa menit yang lalu. Iya, Revan merasa sangat kebingungan dengan apa yang terjadi. Kalau gadis tadi berusaha untuk mempermainkan Revan, kenapa dia sampai menangis di dalam pelukan Revan? Astaga, kenapa Revan harus memikirkan gadis asing itu? Seorang gadis yang berani memeluk pria asing yang tidak dia kenali, kenapa Revan harus memikirkannya secara terus menerus? Jujur saja Revan merasa sangat kesal dengan apa yang dilakukan oleh gadis tadi. Iya, bunuh diri memang bukan hal yang bisa menyelesaikan masalah. Apakah dia berpikir jika kehidupan berakhir setelah dia mati? Apakah dia tidak berpikir mengenai apa yang terjadi setelah dia mati? “Van? Lo kemana aja? Gue telepon nggak bisa..” Revan menemukan Dipta yang masih berdiri di depan ruang rawat Raka. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Apakah dia harus menceritakan apa yang terjadi pada Dipta? Iya, ada dua orang yang hari ini telah Revan gagalkan upaya bunuh dirinya. “Gue di luar tadi. Biasa, mau cari angin aja..” Kata Revan sambil duduk di kursi yang disediakan di depan ruang rawat. Hari sudah semakin larut. Biasanya, di jam seperti ini Revan sudah terlelap di dalam tidurnya, tapi sekarang keadaan sedang sangat tidak memungkinkan untuk ditinggalkan tidur. Lagi pula Revan juga tidak merasa mengantuk sama sekali. Revan tidak akan bisa tidur sekalipun dia sudah berusaha. Jadi, dari pada dia jadi kesal sendiri, akan lebih baik kalau Revan sekalian saja menginap di rumah sakit ini bersama dengan Dipta. “Kenapa lo?” Tanya Dipta sambil ikut duduk di samping Revan. Dipta mengeluarkan sebuah rokok dan korek dari saku celananya, iya.. temannya itu memang perokok berat. Tapi sekarang mereka sedang ada di dalam rumah sakit, Dipa akan diusir kalau ketahuan merokok. “Becanda aja gue..” Kata Dipta sambil tertawa pelan. Revan akhirnya juga ikut tertawa ketika Dipta mengembalikan rokok ke dalam saku celananya lagi. “Aira udah tahu?” Aira yang dimaksud oleh Revan adalah kekasih Raka. Entah apa yang akan dilakukan oleh gadis itu seandainya dia tahu keadaan Raka saat ini. Revan menatap Dipta yang hanya bisa menggelengkan kepalanya. Selain berpacaran dengan Raka, Aira sebenarnya juga memiliki hubungan yang baik dengan Dipta dan Revan. Aira adalah teman SMA Dipta. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Revan tahu kalau sampai saat ini Dipta masih belum bisa melepaskan Aira. Sayang sekali, temannya itu kalah langkah dengan Raka. “Lo oke, Ta?” Tanya Revan sambil tertawa pelan. Sekalipun sudah tahu bagaimana keadaan hati temannya itu, Revan tetap saja memilih untuk bertanya sambil tertawa pelan. Untuk Revan yang lebih memilih hidup bebas tanpa memikirkan kehidupan percintaan dulu, apa yang terjadi pada Dipta dan Aira adalah hal yang sangat patut untuk di tertawakan. Revan tahu kalau sekarang, sekalipun masih kesulitan, Dipta sudah mulai menerima hubungan Raka dan Aira yang sudah terjalin selama satu tahun belakangan. “Oke kok..” Jawab Dipta dengan tidak bersemangat. Membicarakan tentang Raka, kenapa Revan malah menanyakan mengenai Aira? Jangankan Aira, orang tua Raka saja masih belum mengetahui apa yang terjadi pada Raka. Revan menggaruk kepalanya dengan singkat. Perkara tentang Raka adalah hal yang sangat rumit dan sulit untuk dimengerti. “Orang tuanya, gimana?” Tanya Revan sambil mencari letak ponselnya. Ini sudah lewat jam malamnya, jadi Revan harus menghubungi keluarganya di rumah. Sayangnya, sekalipun Revan sudah mencari di seluruh saku yang dia miliki, ponselnya tetap tidak bisa ditemukan. Astaga, dimana Revan meletakkan ponsel miliknya? “Cari apa, lo?” Tanya Dipta yang terlihat kebingungan dengan apa yang dilakukan oleh Revan. Revan menatap Dipta selama beberapa saat, tunggu dulu.. terakhir kali Revan memegang ponselnya adalah saat Dipta menghubungi dirinya. Masalahnya, saat itu Revan sedang.. Astaga! Revan menjatuhkan ponsel itu di jembatan! Oh sial! Selain menemukan seorang gadis yang mencoba bunuh diri, Revan ternyata mendapatkan kesialan yang lain. *** Revan melangkahkan kakinya dengan pelan untuk mencari dimana ponselnya berada. Sebenarnya Revan bisa saja membiarkan ponsel itu hilang dan langsung membeli yang baru. Sayangnya di dalam ponsel itu ada banyak sekali dokumen penting dan juga kontak rekan-rekannya di kampus. Revan tidak akan mungkin membiarkan ponsel itu hilang begitu saja. “Kayaknya nggak bakal ketemu. Emang tadi lo ke sini, Van?” Tanya Dipta yang mengikuti Revan untuk mencari ponselnya. Revan sangat yakin kalau tadi dia melemparkan ponselnya begitu saja karena dia merasa terkejut dengan apa yang terjadi di depannya. Iya, di depan saja, tadi Revan menemukan seorang gadis yang sedang berusaha untuk bunuh diri. Revan tidak mungkin salah ingat ketika dia melemparkan ponselnya. Ah, sial! Apakah ponselnya ditemukan oleh orang asing? Sebenarnya, sekalipun ditemukan oleh orang, ponsel tersebut tidak akan pernah bisa dibuka dengan mudah karena Revan sudah membuat pengaturan khusus pada ponselnya sehingga tidak sembarang orang yang bisa membobol keamanannya. Revan sudah mengantisipasi kalau sampai ponsel itu hilang, sebenarnya Revan sama sekali tidak mempermasalahkan ponselnya, Revan hanya takut kalau ada orang iseng yang menyalahgunakan data penting yang ada di ponselnya. Iya, Revan sama sekali tidak ingin kalau hal itu sampai terjadi. “Iya, gue tadi ke sini.. tolong bantuin cari dong, itu datanya penting semua..” Kata Revan sambil tetap fokus untuk menatap ke segala arah. Revan tidak mau tahu, yang penting ponsel itu harus bisa dia temukan. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Bagaimanapun cara mereka mencari, ponsel itu sama sekali tidak bisa ditemukan. Apakah gadis tadi menemukan ponsel Revan, ya? Masalahnya tadi Revan langsung meninggalkan jembatan ini karena dia merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh gadis asing tadi. Revan pergi begitu saja dan membiarkan gadis itu tetap menatapnya dengan tatapan yang.. entahlah, Revan sama sekali tidak bisa menjelaskan apa arti tatapan itu. Sekarang bagaimana? Revan tidak akan bisa menghubungi gadis asing itu karena Revan sama sekali tidak mengenalnya. Revan memang sudah berusaha bertanya namanya, tapi gadis itu tidak mengatakan apapun. Revan tidak mengenalnya, Revan tidak tahu namanya ataupun rumahnya. Sekalipun Revan tahu, gadis itu juga belum tentu menemukan ponselnya. Ah, kalau saja Revan mendapatkan satu kesempatan untuk bertemu dengan gadis itu sekali lagi, Revan tentu masih ingat dengan wajahnya. Entahlah, kota ini sangat luas, tidak ada jaminan kalau Revan akan bertemu dengan gadis itu sekali lagi. Sudahlah, sepertinya Revan memang harus mengikhlaskan ponselnya saja. Tidak berguna kalau mereka terus menyusuri jalan ini di tengah malam seperti ini. Ah, Revan jadi kesal sendiri! Seandainya saja dia sadar sejak tadi, sudah pasti ponselnya akan ketemu. Sudahlah, sepertinya Revan memang harus mendapatkan ponsel baru. “Gue pinjem handphone lo bentar..” Kata Revan sambil mengulurkan tangannya ke arah Dipta. “Mau dibuat apaan?” Tanya Dipta sambil menyerahkan ponsel miliknya kepada Revan. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Apapun yang terjadi, Revan harus tetap menghubungi keluarganya, setidaknya Kakaknya. Revan harus memberi tahu mereka secara singkat mengenai apa yang terjadi agar mereka tidak merasa khawatir dengan keadaan Revan, lalu Revan juga harus meminta izin untuk menginap di rumah sakit malam ini sampai Revan benar-benar bisa memastikan kalau keadaan Raka sudah baik-baik saja. Lagi pula kalau Raka sudah sembuh secara fisik, ayahnya Dipta menyarankan kalau temannya itu harus mendapatkan penanganan yang tepat agar kondisi psikologisnya menjadi lebih baik. Raka bukan lagi mengalami depresi ringan yang akan bisa disembuhkan dengan cara konsultasi biasa dengan seorang psikiater. Tidak, keadaan Raka sudah sangat parah. Temannya itu harus mendapatkan penanganan yang intensif jadi dia juga harus tinggal di rumah sakit jiwa selama beberapa saat. Bukan, Raka memang tidak gila, temannya itu hanya membutuhkan sedikit pengobatan agar dia bisa kembali pulih. “Halo, Kak?” Revan langsung menghubungi Kakaknya tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Dipta. “Kamu dimana? Kenapa telepon pakai nomernya Dipta?” Tanya Kakaknya dengan suara yang terdengar sangat khawatir. Revan jadi merasa bersalah karena tidak sejak tadi saja dia menghubungi Kakaknya. Revan memang sangat beruntung karena dia memiliki seorang Kakak yang sangat perhatian pada dirinya. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan seperti ini. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Ada beberapa kendaraan yang berlalu di jembatan ini sehingga suaranya pasti akan terdengar oleh Kakaknya. Revan harus segera mengatakan keadaan saat ini agar Kakaknya tidak salah paham. “Aku lagi di rumah sakit, Kak. Raka sakit, aku harus jaga dia. Tenang aja, aku sama Dipta kok. Sekarang aku lagi di luar buat telepon Kakak..” Kata Revan dengan pelan. Revan tidak akan bisa mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Raka, kalau Kakaknya tahu jika Raka melakukan percobaan bunuh diri, sudah bisa dipastikan jika Kakaknya akan ikut datang ke rumah sakit ini untuk memastikan apa yang terjadi. Sekarang sudah malam, Revan tidak ingin membuat Kakaknya jadi khawatir dengan apa yang terjadi. Revan tidak mau kalau Kakaknya merasa terganggu dengan semua ini. Iya, Revan tahu kalau perempuan tidak akan bisa tidur dengan tenang ketika ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Ah, sebenarnya bukan hanya perempuan, laki-laki juga seperti itu. “Are you okay? Kenapa kamu telepon pakai ponselnya Dipta?” Tanya Kakaknya. Revan kembali kebingungan harus mengatakan apa. Kalau Revan berbohong, sama saja dengan bunuh diri. Kakaknya akan tahu apa yang terjadi dan sudah jelas jika dia akan sangat marah dengan kecerobohan Revan. Jadi, sebaiknya Revan mengatakan saja apa yang terjadi dengan ponselnya itu. “Ponsel aku hilang, Kak.. aku masih coba cari, sih. Aku nggak tahu bakal ketemu apa enggak..” Kata Revan dengan pelan. Tidak masalah, yang penting Revan tidak berbohong mengenai apa yang terjadi saat ini. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD