Bab 41

2116 Words
“Lo apa kabar, Ka?” Tanya Revan begitu dia masuk ke dalam ruangan Raka. Sebenarnya di tempat ini sama seperti tinggal di sebuah apartemen yang kecil. semua hal yang dibutuhkan ada di sini dan Raka juga mendapatkan banyak perawatan yang akan berguna untuk kesembuhan mentalnya. Ya, sayang sekali hari ini ada sebuah kejadian yang tidak menyenangkan. Revan harap kedepannya tidak ada lagi kabar buruk seperti ini. Revan dan Dipta menyarankan agar Raka tinggal di sini karena mereka ingin Raka bisa segera sembuh. Raka harus kembali baik-baik saja agar dia bisa beraktivitas dengan normal. Orang dengan penyakit mental kadang memang tidak terlihat berbeda dengan orang pada umumnya, tapi tetap saja, akan ada saat dimana sesuatu yang buruk terjadi jika orang tersebut tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat. Dipta dan Revan tidak ingin teman mereka jadi seperti itu. Selagi masih bisa diperbaiki, Raka harus segera mendapatkan penanganan. Dulu Revan tidak pernah mengerti tentang arti sebuah kesehatan mental, tapi semenjak mengenal Raka dan semua masalah yang dimiliki oleh temannya itu, Revan akhirnya sadar jika kesehatan mental adalah yang paling penting. Orang seperti Raka membutuhkan banyak sekali dukungan dari orang lain, mereka sama sekali tidak butuh banyak komentar ataupun nasehat. Bunuh diri bukan hal yang main-main. Jika kali ini gagal, bisa saja dikemudian hari akan kembali diulangi. Banyak orang yang akan menghakimi ketika ada yang melakukan percobaan bunuh diri. Sungguh, orang yang telah berani melakukan tindakan percobaan semacam itu, mereka sangat sensitif, mereka membutuhkan dukungan. “Kalian pasti udah denger apa yang tadi pagi gue lakuin” Kata Raka dengan santai. Revan menganggukkan kepalanya, begitu juga dengan Dipta yang kali ini tampak hanya diam saja sejak mereka masuk ke dalam ruangan ini. “Jadi, gara-gara apa, Ka?” Tanya Revan dengan pelan. Kata dokter Harmono atau ayahnya Dipta, Revan dan Dipta berperan sangat penting untuk penyembuhan Raka karena Raka tidak memiliki orang terdekat lainnya. Ya, mungkin Aira juga sangat dekat dengan Raka, tapi kenyataannya Aira malah membuat kekacauan. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Sejujurnya Revan akan mendukung apapun yang ingin Raka lakukan termasuk memilih Aira sebagai kekasihnya, tapi jika sahabatnya itu salah dalam mengambil keputusan, sebagai seorang teman bukankah seharusnya Revan dan Dipta menasehati? Revan selama ini tidak pernah mau berurusan dengan perempuan. Ya, mungkin Revan memang masih merasa trauma dengan masa lalunya, tapi Revan tidak pernah anti terhadap perempuan. Buktinya belakangan ini Revan juga jadi dekat dengan Kalila. Berbicara tentang Kalila, beberapa menit yang lalu akhirnya Revan berhasil menghubungi Kalila. Entah apa yang sebenarnya terjadi pada Kalila, tapi Revan sudah merasa tenang jika Kalila masih bisa dihubungi. Revan mengatakan pada Kalila jika nanti setelah pulang dari rumah sakit ini, Revan akan datang ke rumah perempuan itu, tapi Kalila langsung menolak dengan alasan dia lelah dan ingin tidur lebih awal. Ya, Revan tidak bisa memaksa Kalila, bukan? Mungkin besok mereka akan bertemu dan Revan akan langsung menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada Kalila karena Kalila menghilang selama dua hari berturut-turut. Ponsel Kalila bahkan mati dan sama sekali tidak ada kabar apapun dari perempuan itu. “Gue ketemu cewek di sini. Kayaknya gue tertarik sama dia” Kata Raka dengan tiba-tiba. Tunggu dulu, siapa yang sedang Raka bicarakan? “Lo ngomong apa, Ka?” Tanya Dipta dengan cepat. “Gue ketemu cewek di sini. Dia yang akhirnya bikin gue nggak jadi bunuh diri. Dia emang kelihatan kayak cewek nggak bener karena dia pake g***a, tapi dia bikin gue nggak jadi bunuh diri” Kata Raka. Astaga, kenapa Raka malah membicarakan tentang perempuan lain? Revan pikir mereka akan membicarakan masalah Aira saat ini. Bukankah biasanya Raka sangat antusias untuk membahas Aira? Revan menolehkan kepalanya dan menatap Dipta yang tampak tidak suka dengan apa yang Raka katakan. Ah, iya.. Dipta selama ini memang menyukai Aira, tapi Dipta sama sekali tidak pernah berusaha untuk menghancurkan hubungan Raka dan Aira karena Dipta tahu dengan pasti jika Aira hanya akan bahagia dengan Raka begitu juga sebaliknya. Mendengar jika Raka bertemu dengan perempuan lain dan mengatakan dengan terang-terangan jika dia merasa tertarik dengan perempuan itu jelas akan membuat Dipta tidak suka. Selama ini Dipta hanya diam saja karena dia ingin menjaga perasaan dan kebahagiaan Aira. “Ka, maksud lo cewek yang mana?” Tanya Revan dengan tenang. “Gue nggak tahu siapa namanya. Gue nggak sempet tanya karena pikiran gue terlalu kacau. Dia kayaknya bukan pasien sini. Mungkin cuma dateng buat konsultasi aja, dia nggak tinggal di sini. Atau bisa juga cuma pengunjung biasa” Kata Raka dengan pelan. Dari sorot matanya Revan juga tahu dengan benar jika Raka sedang merasa tertarik dengan seseorang. Terakhir kali Raka terlihat seperti ini adalah dua tahun yang lalu saat awal dia berpacaran dengan Aira. Astaga, ini akan menjadi masalah besar. Raka tidak pernah tahu jika selama ini Dipta menyimpan perasaan untuk Aira. Tidak, Raka tidak pernah tahu jika Dipta selalu menjaga perasaan Aira dengan terus diam. Apa yang harus Revan lakukan sekarang? Revan tidak mengira jika Raka akan merasa tertarik dengan perempuan lain ketika di sisinya masih ada Aira. Bagi Revan, perasaan tertarik dan jatuh cinta adalah dua hal yang berbeda. Tapi awal dari jatuh cinta adalah rasa tertarik itu sendiri. Jika Raka mengatakan dia merasa tertarik dengan perempuan lain, tidak menutup kemungkinan jika dia akan segera jatuh cinta dengan perempuan itu. Masalahnya, bagaimana dengan Aira? Mereka masih berada di dalam hubungan yang sama bukan? Rasanya tidak adil jika Raka menyukai orang lain di saat dia masih bersama dengan Aira. Revan tidak akan mendukung hal itu sekalipun Revan sering merasa kesal dengan Aira. Aira sama sekali tidak pantas untuk diperlakukan seperti ini. “Lo gila, ya?” Tanya Dipta dengan kesal. “Ta..” Kata Revan sambil menatap Dipta dengan tatapan peringatan. Dokter Harmono sendiri yang mengatakan jika saat ini perasaan Raka harus dijaga. Raka tidak bisa mendengarkan berbagai kalimat kasar yang nantinya diterima oleh dirinya sebagai sebuah penolakan atas keberadaannya. Iya, kadang cara kerja otak manusia memang sangat berbeda. Bagi Raka yang pikirannya hanya dipenuhi dengan bunuh diri, kalimat negatif bisa dia artikan sebagai perintah untuk kembali melakukan percobaan bunuh diri. “Ta, gue emang gila. Kalo gue nggak gila, gue sekarang pasti lagi party” Kata Raka sambil tertawa pelan. Revan menghembuskan napasnya dengan santai. Astaga, apa yang harus Revan lakukan sekarang? “Lo masih sama Aira, Ka?” Tanya Revan dengan pelan. Jika Aira memang membawa pengaruh yang buruk untuk mental Raka, maka Revan akan sangat setuji jika Raka mengakhiri hubungannya dengan Aira. Tapi jika Raka belum mengakhiri hubungannya, Revan akan sangat tidak setuju bila pemuda itu menemukan orang lain. Aira tidak pantas mendapatkan perlakuan seburuk ini sekalipun Aira sering melakukan sesuatu yang menyebalkan. Revan tahu bagaimana rasanya dihianati, Revan tidak akan suka jika ada orang lain yang harus merasakan hal menyedihkan itu. Ketika Revan tahu jika dia telah dihianati, hal pertama yang Revan rasakan adalah sakit yang teramat sangat di dadanya. Lalu setelah itu, berbagai perasaan buruk langsung muncul di hati Revan. Revan kehilangan kepercayaan dirinya. Revan bahkan merasa malu untuk berhadapan dengan orang lain karena dia merasa gagal, padahal saat itu sama sekali tidak ada orang yang tahu jika Revan telah dihianati. “Gue nggak yakin kalo gue masih lanjut sama Aira. Dia bikin gue tambah down. Gue nggak akan bisa paksain diri gue sendiri. Gue mau sembuh, Van” Kata Raka. Jawaban Raka menjelaskan jika saat ini mereka masih bersama. Belum ada kesepakatan untuk mengakhiri hubungan mereka, tapi Raka sudah menemukan orang baru. Apakah sebuah hubungan hanyalah permainan bagi mereka? Revan tidak habis pikir dengan apa yang terjadi saat ini. Jika Revan tidak mengingat keadaan Raka, maka saat ini juga Revan akan memaki temannya itu. Bukan hal yang benar jika Raka menghianati Aira hanya karena hubungan mereka sedang tidak baik. Jika memang ingin pergi ke lain hati, maka seharusnya Raka menyelesaikan hubungannya yang lama. “Kalo gitu lo putusin Aira dulu, Ka. Nggak bener kalo lo kayak gini” Kata Revan dengan santai. “Lo yakin mau putusin Aira?” Tanya Dipta dengan cepat. “Gue nggak tahu. Gue juga bingung sama hidup gue. Kenapa masalah gue nggak pernah selesai, ya?” Tanya Raka sambil tertawa pelan. Revan mengusap wajahnya, Raka memang memiliki sifat yang buruk dalam menghadapi sebuah masalah. Seharusnya Raka menyelesaikan satu demi satu masalah yang dia miliki, bukannya hanya diam sambil melihat masalah itu terus menumpuk di depannya. “Lo coba buat beresin satu demi satu, Ka. Jangan malah nambah masalah. Kalo lo mau udahan sama Aira, ya lo bilang sama dia. Jangan selingkuh, itu namanya nambahin masalah baru” Kata Revan dengan tenang. Revan melihat sendiri bagaimana kehidupan Sania setelah orang tuanya berselingkuh. Revan juga melihat sendiri bagaimana luka yang dia dapat setelah perselingkuhan yang dilakukan oleh Sania. Tidak, selingkuh tidak akan menyelesaikan masalah. Revan tidak akan pernah mendukung Raka melakukan perselingkuhan. Raka hanya akan menambah masalahnya karena dia sama sekali tidak berani menghadapi apapun. “Gue juga belum selingkuh, Van. Gue cuma tertarik aja sama cewek. Apa salah?” Tanya Raka. “Salah, b**o! Lo punya cewek. Mikir gimana perasaan dia..” Kata Dipta dengan kesal. “Terus gue harus gimana, Ta? Gue nggak akan bisa lepas dari Aira, tapi gue juga nggak akan bisa terus sama dia” Kata Raka. Lalu apa yang Raka inginkan? Tetap bersama Aira tapi dia juga memiliki perempuan lain? Astaga, Revan tidak tahu jika pikiran Raka sudah segila ini. Apa yang akan dia dapatkan dari hubungan yang tidak sehat? Apakah dia ingin tinggal di rumah sakit ini selamanya? Apakah begitu? “Lo baru ketemu cewek tadi ‘kan? Belum tentu dia juga suka sama lo. Siapa tahu kalo dia udah punya pasangan. Jangan terlalu terpaku buat mulai hubungan yang baru karena belum tentu hubungan baru bakal bikin lo baik-baik aja. Emangnya lo nggak bisa perbaiki hubungan lo sama Aira? Kalo emang nggak bisa, lo harus ambil keputusan, kalian harus selesai. Ka, jangan nambah masalah” Kata Revan dengan pelan. “Iya, emang lo yakin kalo lo bakal ketemu dia lagi?” Tanya Dipta. “Gue juga nggak tahu. Gue lupa tanya namanya.. mungkin gue emang nggak boleh ketemu dia lagi. Gue sayang Aira, tapi kami nggak akan mungkin bisa bertahan. Gue sama Aira cuma takut kesepian jadi kami nggak bisa pisah. Gue terlalu bergantung sama Aira, dia juga gitu..” Kata Raka dengan suara yang sedikit pelan. Raka terlihat menyimpan sebuah beban yang berat ketika dia membicarakan masalah Aira. Iya, selama dua tahun menjalin hubungan dengan Aira, sudah tidak sekali dua kali Raka mengatakan jika dia tidak tahan lagi. Aira terlalu banyak mengatur. Tapi seakan sedang berjalan di sebuah lingkaran, Aira dan Raka akhirnya kembali lagi ke titik yang sama. Mereka berdua memang terlihat saling memaksakan karena tidak berani saling melepaskan. Keluar dari lingkaran yang tidak sehat adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Raka dan Aira terlalu takut untuk memulai kehidupan tanpa satu sama lain sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk memaksakan hubungan yang sudah terlalu rusak. Menurut Revan, jika memang masih bisa diperbaiki, kenapa harus memulai hubungan yang baru? Memulai hubungan baru bukanlah hal yang mudah. Mereka harus kembali berjalan dari awal. Itu bukan hal yang menyenangkan untuk dicoba. “Ini emang hidup lo, Ka. Lo boleh lakuin apa aja yang lo mau, tapi lo yakin kalo lo bakal tega bikin Aira sakit hati? Mending lo akhiri dulu semuanya. Mulai hidup lo yang baru. Kalo emang kalian jodoh, pasti nanti kembali lagi. Lo udah sehat, Aira juga udah dewasa, kalian pasti bakal jadi lebih baik” Kata Revan dengan santai. Ah, Revan sendiri tidak pernah berada di dalam sebuah hubungan asmara, tapi Revan malah sok tahu dengan memberikan banyak sekali nasehat untuk Raka. Benar-benar memalukan! “Gue bakal coba ngomong sama Aira nanti. Buat sekarang, gue masih belum bisa ketemu dia. Dia marah sama gue karena gue ke rumah sakit ini. Dia bahkan bilang kalo lebih baik gue mati aja. Dia kataknya malu punya pacar kayak gue, tapi tetap nggak mau putus sama gue” Apakah sendirian memang jauh lebih baik sekarang? Selama ini Revan tidak pernah memiliki pasangan dan dia sama sekali tidak mendapatkan masalah apapun. Sangat berbeda dengan Raka yang memiliki kekasih tapi harus menerima kehidupan yang penuh dengan masalah. Dulu saat Revan akan memulai hubungan asmara dengan Sania, Revan juga harus menerima masalah. Saat itu Sania malah melakukan hal yang tidak senonoh dengan temannya. Revan akhirnya menjauhi Sania dan memutuskan hubungan pertemanan mereka. Sania depresi dan meminum obat tidur hingga overdosis. Saat itu ada banyak sekali orang yang menyalahkan Revan, mereka memojokkan Revan dan terus mengatakan hal-hal yang buruk tapi Revan tetap bertahan dengan kebungkamannya. Revan tidak pernah mau merendahkan Sania karena saat itu, sekalipun Sania menyakiti hatinya, Sania tetap Revan anggap sebagai adiknya sendiri. Revan tidak ingin Sania dipojokkan dan disalahkan. “Kalo kalian toxic kayak gitu, gue saranin kalian putus aja, Ka” Kata Dipta.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD