“Ya Tuhan, Kalila! Lo cantik banget!” Kata Dipta ketika Kalila dan Revan berjalan ke arahnya.
Kalila tersenyum dengan gugup karena saat ini dia menyadari jika ada banyak sekali orang yang sedang menatap ke arahnya.
Iya, di taman belakang memang lebih didominasi dengan anak-anak muda yang mungkin seumuran dengan Kalila dan Revan.
Jika di dalam rumah dihias dengan banyak hiasan mewah sehingga membuat keadaan rumah seperti sebuah gedung pesta resmi, di halaman belakang sebaliknya. Di tempat ini ada banyak sekali lampu kerlap-kerlip yang terlihat indah. Hiasannya juga jauh lebih sederhana sehingga membuat anak muda lebih suka berada di sini. Ada kolam renang milik Revan yang malam ini dipenuhi dengan balon dan juga beberapa lilin indah. Kalila benar-benar kagum pada pesta malam ini. Semuanya tampak sangat sempurna.
“Terima kasih, Dipta. Kamu juga terlihat tampan malam ini” Kata Kalila sambil tersenyum.
“Yang benar saja, dia sama sekali tidak tampan Kalila!” Kata Revan dengan santai.
Kalila tertawa pelan ketika mendengar ejekan Revan.
Memiliki seorang teman ternyata sangat menyenangkan. Kalila melihat sendiri bagaimana menyenangkannya pertemanan Dipta dan Revan.
Iya, Revan memang memiliki banyak teman yang lainnya, tapi kelihatannya di antara mereka semua, Revan lebih dekat dengan Dipta. Mungkin juga dekat dengan Raka, salah satu sahabatnya yang lain. Entah kenapa Kalila tidak menemukan Raka di sini padahal kemarin Revan mengatakan jika Raka sudah baik-baik saja.
“Lo kenapa sama Revan, La? Kenapa nggak sama gue aja?” Tanya Dipta secara tiba-tiba.
Kalila mengernyitkan dahinya lalu tersenyum singkat. Dipta memang sering kali menggodanya, tapi Kalila tahu jika Dipta hanya sedang bergurau saja.
“Lo jelek! Diam aja, udah!” Kata Revan dengan cepat.
Astaga, selama ini Kalila memang melewatkan banyak sekali hal menyenangkan yang harusnya dia nikmati dalam hidupnya. Iya, sekalipun Kalila memang melewatkan banyak hal, Kalila akan tetap bersyukur karena akhirnya dia juga bia menikmati kehidupan normal meski belum sepenuhnya normal.
“Kalila, lo mau minum? Mau gue ambilin makan?” Tanya Dipta sambil menatap Kalila.
Kalila tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. Kalila sama sekali tidak lapar ataupun haus. Ya, begitulah.. Kalila tadi sempat dipaksa Ilora untuk makan sebelum dia berangkat ke sini karena Ilora khawatir Kalila akan kelaparan jika dia tidak makan lebih dulu.
Begitulah, Ilora memang kadang memperlakukan Kalila seperti anak kecil. Tapi Kalila akan tetap mengikuti apapun yang dikatakan oleh kakaknya itu. Ilora sangat peduli padanya, mana mungkin Kalila tidak suka? Setelah hidup belasan tahun tanpa memiliki satupun orang yang peduli padanya, Kalila seperti menemukan kasih sayang orang tua ketika dia bertemu dengan Ilora. Dia wanita yang sangat baik dan Kalila akan selalu mendoakan segala hal yang paling baik untuk Ilora.
“Tidak, Dipta. Aku masih kenyang.” Kata Kalila dengan pelan.
“Apa kamu tidak mau mengambil kue, Kalila? Aku sudah mencoba beberapa makanan di sini dan semuanya sangat enak. Aku rasa kamu akan menyesal jika tidak mencoba salah satu..” Kata Revan dengan pelan.
Kalila tersenyum lalu kembali menggelengkan kepalanya.
“Mungkin nanti aku akan mencoba beberapa. Tapi sekarang aku masih sangat kenyang” Kata Kalila.
“Baiklah, terserah padamu saja..” Kata Revan sambil tersenyum.
“Sepupu lo banyak yang cantik ya, Van.. Gue sempet kenalan sama beberapa cewek tadi. Katanya mereka sepupu lo” Kata Dipta sambil menunjuk ke arah beberapa gerombolan perempuan yang memang semuanya adalah sepupu jauh Revan.
Begini, sebenarnya Revan itu memili banyak sekali saudara jauh yang bahkan Revan sendiri sering tidak tahu siapa namanya. Dulu, nenek buyutnya memiliki 8 anak, dan dari delapan anak itu masing-masing mereka memiliki lebih dari 7 anak. Begitulah, orang zaman dulu memang tidak tanggung-tanggung dalam memiliki keturunan. Neneknya Revan adalah anak ketiga dan dia memiliki 10 anak. Sekarang semua generasi itu sedang berkumpul di satu pesta. Revan kadang tidak tahu siapa saja nama sepupunya karena dia tidak sanggup menghafal semuanya. Ya, begitulah informasi yang Revan berikan ketika Kalila bertanya kenapa ada banyak sekali keluarga yang Revan miliki.
“Sepupu gue jumlahnya tak terhingga, anjing! Gue sendiri kadang lupa sama nama mereka” Kata Revan sambil tertawa.
Kalila merasa tidak percaya ketika dia mendengar apa yang Revan ceritakan. Iya, sepertinya sangat menyenangkan ketika memiliki banyak sekali saudara seperti yang Revan miliki. Masa kecil Revan pasti dia habiskan untuk bermain bersama dengan saudara-saudaranya.
“Lagian nenek lo anaknya banyak semua. Gimana kalo ternyata masih ada sepupu lo yang belum ketemu? Terus nanti dia malam pacaran sama lo!” Kata Dipta dengan antusias.
Kalila menggelengkan kepalanya dengan pelan. Memiliki teman seperti Dipta memang sangat menyenangkan. Dia
“Hai, Van! Apa kabar?”
Kalila menolehkan kepalanya ketika mendengar suara seorang perempuan yang menyapa Revan.
Perempuan itu sangat cantik, dia memiliki tubuh yang begitu indah seperti seorang model.
Revan langsung melepaskan genggaman tangannya dari Kalila lalu memeluk perempuan itu dengan antusias.
Kalila menatap tangannya yang sekarang melayang di udara. Kalila langsung menarik tangannya dan membanya ke pelukannya sendiri.
Astaga, kenapa Kalila merasa sangat kehilangan ketika Revan melepaskan genggaman tangan mereka.
Kalila menghembuskan napasnya dan menatap ke depan, Kalila melihat jika sekarang Dipta sedang memperhatikan dirinya. Kalila kembali mengalihkan pandangannya dan mencoba tersenyum. Dipta pasti berpikir macam-macam tentang Kalila karena tingkahnya tadi.
“Sania? Astaga, gue lama banget nggak ketemu lo! Lo pulang ke Indonesia? Kenapa nggak bilang gue?”
Kalila kembali memusatkan perhatiannya ke arah Revan yang tampak sangat akrab dengan perempuan cantik yang Revan sebut bersama Sania itu.
“Kejutan!” Kata Sania sambil tertawa pelan.
“Eh, kenalin, ini Kalila. Dia temen gue. Cantik banget ‘kan dia?” Kata Revan sambil mengarahkan pandangannya ke arah Kalila.
Kalila mencoba untuk kembali tersenyum dan mengulurkan tangannya ke aah Sania. Ya, Revan mengenalkan Kalila kepada Sania, jadi Kalila harus bersikap sopan, bukan?
“Kalila..” Kata Kalila dengan pelan.
“Gue Sania”
Sania berbicara tanpa membalas uluran tangan Kalila sehingga Kalila akhirnya tersenyum sambil menarik tangannya kembali.
Kalila menatap ke arah depan dan kembali menemukan Dipta yang sedang memperhatikan dirinya.
Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Sekalipun Kalila mulai merasa tidak nyaman, Kalila tetap akan berdiri di sini sambil tersenyum. Bukankah tidak semua hal akan berjalan seperti keinginan Kalila?
“Ini Dipta, dia temen gue” Kata Revan sambil menunjuk ke arah Dipta.
“Oh, hai Dipta..” Sapa Sania dengan ramah.
Entah kenapa Kalila kembali merasa jika dia tidak disukai sekarang. Respon yang diberikan oleh Sania sangat berbeda ketika dia berkenalan dengan Dipta.
Kalila menarik napasnya dengan pelan. Baiklah, tidak masalah. Kalila tidak boleh terlihat tidak nyaman hanya karena kedatangan Sania.
Revan terlihat senang ketika Sania datang, itu artinya Sania adalah salah satu teman atau mungkin kerabatnya. Iya, begitulah.. Mereka baru saja membahas tentang banyaknya kerabat yang dimiliki oleh Dipta.
“Hai” Kata Dipta dengan santai.
“Kak Nessa mana, Van? Gue mau kasih hadiah istimewa buat dia. Ini hadiah spesial yang gue beli dari Belanda!” Kata Sania sambil menggenggam tangan Revan.
Kalila menatap Revan yang tampak melepaskan genggaman tangan Sania dan memundurkan langkahnya untuk kembali berdiri di samping Kalila. Revan bahkan kembali mengambil satu tangan Kalila untuk dia genggam saat ini.
Kalila benar-benar tidak mengerti akan apa yang terjadi tapi saat ini Kalila tersenyum entah karena apa.
Apa karena Revan lebih memilih menggenggam tangannya dibandingkan Sania?
Astaga, Kalila sangat tidak jelas!
“Dia di dalem rumah, San. Lo masuk aja, dia lagi ngobrol sama beberapa temennya. Mending lo cepet ke sana sebelum acara tunangannya di mulai” Kata Revan sambil menunjuk ke arah rumah.
Iya, sejak tadi Nessa memang ada di dalam rumah karena Kalila sama sekali tidak melihat Nessa di sekitar kolam renang.
“Oh, gitu? Ya udah, ayo ke sana. Gue mau kasih hadiah gue dulu..” Kata Sania sambil kembali berusaha menarik tangan Revan yang bebas.
Kalila mengernyitkan dahinya lalu menatap ke arah tangan Revan yang tidak melepaskan genggam tangannya dari Kalila. Pria itu bahkan dengan jelas berusaha menghindari tangan Sania.
Sebenarnya Sania ini siapa?
“Lo masuk aja sendiri, San. Gue harus di sini sama Kalila, sama Dipta juga. Lo pasti langsung ketemu Kak Nessa, tenang aja..” Kata Revan dengan santai.
“Revan.. masa lo nggak mau temenin gue? Gue baru pulang ini. tega banget, ya! Temen lo pasti nggak masalah kok kalo lo temenin gue sebentar. Iya ‘kan, Dipta?” Kata Sania.
Kalila mendengar Revan menghembuskan napasnya dengan pelan tapi akhirnya pria itu menganggukkan kepalanya.
“Gue tinggal dulu, ya Dip. Nanti gue ke sini lagi” Kata Revan dengan pelan.
Ya, begitulah.. memang seharusnya Revan mengantarkan Sania lebih dulu karena di sini Sania juga adalah tamunya.
“Iya, nggak pa-pa kok” Jawab Dipta dengan santai.
“Ayo, Kalila. Kita masuk ke dalem dulu, ya?” Tanya Revan.
Kalila mengernyitkan dahinya. Apa yang Revan katakan? Kenapa Kalila juga harus ikut?
“Aku tunggu di sini saja dengan Dipta” Kata Kalila dengan pelan.
“Kalila, kamu pasangan aku, baju kita udah serasi gini. Ya kali aku harus jalan sendirian” Kata Revan sambil tertawa.
Kalila menggelengkan kepalanya lalu melepaskan genggaman tangan Revan.
“Ayo, Revan! Lama banget sih. Jangan bikin ribet dong!”
Kalila menatap ke arah Sania. Kalila tahu dengan benar jika kalimat itu Sania tunjukkan kepada dirinya.
Kalila menelan ludahnya sendiri. Kenapa kebanyakan wanita bersikap sinis kepada dirinya? Apakah Kalila memang melakukan kesalahan? Atau Kalila membuat mereka tidak nyaman.
“Aku menunggu di sini saja, Revan..” Kata Kalila dengan pelan.
Akhirnya, sekalipun terlihat tidak setuju dengan permintaan Kalila, Revan tetap menuruti apa yang Kalila mau. Revan melangkahkan kakinya dengan cepat untuk masuk ke dalam rumah dan mengantarkan Sania yang terlihat sangat cantik itu.
Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Ada apa ini? Kenapa dia merasa tidak senang dengan kedatangan Sania?
Revan terlihat sangat dekat dengan Sania, kenapa Kalila tidak menyukai hal itu?
“Lo pasti sekarang lagi cemburu” Kata Dipta sambil berbisik di telinganya.
Kalila refleks memundurkan langkahnya dengan pelan. Jujur saja Kalila terkejut dengan apa yang Dipta lakukan.
“Tidak, Dipta..” Kata Kalila dengan pelan.
Bagaimana mungkin Dipta mengatakan hal semacam itu? Kalila dan Revan adalah teman dekat. Iya, hanya teman saja. Kalila melihat Sania dan Revan karena dia merasa ada yang salah dengan Sania. Dia terlihat tidak menyukai Kalila padahal Kalila sama sekali tidak melakukan apapun.
“Bohong banget. Muka polos kayak lo sama sekali nggak pantes buah bohong!” Kata Dipta sambil tertawa pelan.
Kalila menyipitkan matanya. Kenapa Dipta harus memperhatikan Kalila sejak tadi? Pasti terlihat dengan sangat jelas jika sejak kedatangan Sania, Kalila bersikap sedikit aneh.
Ah, Kalila jadi merasa malu.
“Apa yang kamu bicarakan?” Tanya Kalila sambil mencoba untuk ikut tertawa.
“Kalila, Revan itu emang jarang deket sama cewek. Gue udah lama kenal sama Revan, kayaknya baru lo yang bener-bener deket sama dia padahal kalian baru kenal. Baru berapa hari kalian kenal?” Tanya Dipta.
Kalila mengernyitkan dahinya. Dipta ini sedang membicarakan apa?
Kenapa sejak tadi semua orang selalu mengatakan jika Revan tidak pernah memiliki teman dekat wanita? Revan punya banyak sekali teman, itulah yang Kalila ketahui.
“Maksudmu apa?” Tanya Kalila.
“Dia kayaknya suka sama lo..”
Kalila merasa jika jantungnya berhenti berdetak. Kalila menelan ludahnya sendiri. Dia sama sekali tidak menyangka jika Dipta akan mengatakan hal yang demikian.
“Seneng ‘kan lo? Udah nggak usah cemburu sama Sania. Gue tebak sih dia cuma sepupunya Revan” Kata Dipta dengan sangat santai.
Kalila menatap ke dalam rumah yang memang hanya dibatasi dengan dinding kaca.
Revan terlihat masih berjalan di samping Sania. Sepertinya mereka memiliki percakapan yang menyenangkan sehingga beberapa kali Kalila melihat Revan tertawa pelan, begitu juga dengan Sania.
Entalah, kali ini untuk yang pertama kalinya Kalila merasa tidak mengerti dengan kesedihan yang mendatangi hatinya secara tiba-tiba hanya karena dia dia melihat Revan sedang berjalan dengan perempuan lain.