BADDAS 7

1765 Words
Adanya papan tulis memudahkan mereka semua untuk berdiskusi, usulan Johana pagi tadi diterima dengan baik oleh anggota gen 9. Mereka akan menampilkan kemampuan demi kemampuan dengan sengaja tapi dimanipulasi agar hal itu terlihat seperti tidak sengaja. "Gimana kalau kita ngadain konser dadakan di lapangan," usul gila Aries. Bukannya ditanggapi dengan antusias oleh teman-temannya, usulan Aries malah dibiarkan begitu saja. Hal gila seperti itu justru akan membuat reputasi gen 9 terancam. Salah salah bukannya diajak untuk ikut Olimpiade, mereka malah didiskualifikasi nantinya. Serem juga padahal masuk ke Baddas Academy ini tidak semudah masuk ke sekolah menengah pada umumnya. "Kok pada diam sih, nggak suka ya sama hidup gue?" "Bukannya nggak suka tapi kita kan harus pikir dulu," jawab Zhie. "Bener jangan memaksakan diri nanti kalian bisa kena kena bully kayak gue," sahut peach yang baru saja keluar dari kamar. Sontak semua anak-anak gen 9 menoleh ke arah Peach. Mata perempuan itu terlihat menyempit karena, kentara sekali kalau Peach habis menangis. "Are you Okay?" Tanya Christina Lee. Perempuan itu buru-buru bangkit dari tempat duduknya dan mendekati peach, perempuan yang sedang sakit hati biasanya butuh dukungan butuh empati dari lingkungan sekitar. Karenanya Christina berusaha menghibur temannya itu. "Tadi tidak baik-baik saja, sekarang sih ya udahlah emang guenya pantas dibully." "Gimana ceritanya?" tanya Zhie. Peach dibantu oleh Christina duduk di salah satu sofa. Kemudian dengan tersedu perempuan itu menceritakan kisah pilunya dibully gen angkatan atas karena menggambar di sketchbook. "Lah masa ngegambar doang sampai di Bully? Gak ada otak itu senior." Airin misuh-misuh. "Ya mungkin karena memang gue pantas buat di bully," jawab Peach pasrah. "Gue tahu mereka takut kalah saing sama kita, sebenarnya senior dan junior itu hanya dilihat dari perbedaan waktu masuk kita ke sekolah ini. Urusan kemampuan mah kita boleh diadu bener nggak?" Imbuh Rey, lelaki yang bisa memainkan beberapa jenis alat musik itu merasa percaya diri. Memang benar jika harus beradu kemampuan dia berani. Yang membedakan senior dan junior hanyalah kelas mereka jika di sekolah umum mereka kelas sepuluh sedangkan gen 7 dan 8 adalah kelas sebelas dan kelas dua belas. "Peach, lo ingat orang yang bully lo siapa?" Tanya Aries. Andrea si ketua kelas sontak melotot, entah mengapa dia memiliki firasat buruk saat Aries mengatakan hal itu. Pasalnya ketika meminta whiteboard ke bagian sarana dan prasarana sekolah lelaki itu yang ditegur oleh Kepala bidang. Meski begitu tetap whiteboard itu diberikan kepada gen 9. Makanya ketika sekarang dia mengatakan itu Andreas sedikit waspada. "Memangnya kenapa?" tanya Peach, suaranya lembut cara dia menatap dengan matanya yang sayu, memberikan kesan bahwa perempuan itu selalu mengalah. "Ya kan nanti kalau misalnya itu orang ketemu sama gue, biar gue balik bully." "Eh jangan ngadi ngadi lo," ujar Andreas. Benar, kan firasat laki-laki itu tidak pernah salah. "Ngadi ngadi apaan, eh ya dengar ini berlaku buat kalian semua, orang yang senang kali ngebully orang lain balasannya ya bully lagi. Kasarnya darah bayar darah nyawa bayar nyawa," ucap Aries. "Untungnya apa dodol?" "Ya Biar mereka tahu rasanya dibully itu kayak gimana." "Lo nggak mikir ya, jumlah kita 10 orang jumlah gen 7 dan gen 8 berapa ratus orang?" Darren akhirnya bersuara. "Bisa-bisa kita dikeroyok sampai mampus," sambung Joanna. "Udahlah biarin aja si Aries tuh emang random kali hidupnya." "Yee, gua kan nggak belain teman sendiri gimana, sih, bukannya pada ngedukung." Menantikan makan malam akhirnya mereka habiskan dengan berdiskusi, banyak ide-ide dan gagasan dari setiap anggota gen untuk melakukan hal yang sudah mereka sepakati. Misalnya pada saat berkumpul di lapangan mereka akan bernyanyi. Nyanyi-nyanyi random biar kelihatan bahwa mereka bisa nyanyi. Tidak ada yang tahu berapa persen tingkat keberhasilan dari ide gila mereka ini, tetapi ini adalah salah satu usaha yang mereka bisa lakukan untuk terakhir kalinya agar bisa diikutsertakan dalam olimpiade The Baddas. Saat makan malam tiba seperti biasa mereka bersepuluh berjalan beriringan menuju auditorium. jangan bayangkan ruang makan mewah yang besar dan megah seperti dalam film Harry Potter. Mereka harus mengantri, dengan nampan yang terbuat dari stainless steel. Ketika tiba di meja prasmanan, ada petugas yang memberikan hasil beserta lauknya di atas nampan yang kita bawa. Menu malam ini adalah, rendang ayam, tumis capcay, serta sayuran berkuah tidak lupa dengan sekotak UHT milk. Dan juga buah-buahan. Tidak jarang mereka harus lama mengantri, menunggu giliran antara setiap gen. Di rombongannya bersama gen 9, Peach mengantri di barisan paling akhir. Teman-temannya sudah terlebih dahulu menduduki meja makan yang sudah disediakan. Kerepotan perempuan itu membawa nampan sendirian disertai dengan air mineral pada salah satu tangannya. Ketika perempuan itu berjalan untuk duduk di meja makan gen 9, kakinya tersandung sesuatu menimbulkan bunyi yang menarik perhatian seisi Auditorium. PRANK!!! Seluruh makanan yang ada di atas nampan makan milik Peach tumpah berserakan. Perempuan itu mengaduh, bukan karena sakit di lututnya yang membentur lantai keramik, melainkan karena rasa malu yang dia rasakan ketika seluruh mata tertuju padanya. Bijak melihat ke belakang, Zara tersenyum dengan wajah mencemooh. Dia tahu Zahra yang sengaja menangkis kakinya sehingga membuat Peach terjatuh. Harvey yang kebetulan melihat insiden ini bergegas menyimpan jatah makan malamnya, lelaki itu menghampiri Peach yang terlihat tak berdaya di lantai. Akan tetapi ketika langkahnya belum sampai dihadapan anak didiknya itu, dia terperangah melihat salah satu tindakan anak didik yang lainnya yakni Aries. Dari tempat duduknya lelaki yang terkenal selalu heboh, dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi itu berjalan tergesa. Semua mengira Aries akan menolong Peach. Sayangnya tidak. BRAK!! Meja yang digebrak oleh Aries, sedikit bergeser dengan apa yang diatasnya berantakan. Zara dan teman-temannya melotot tidak terima. Bisa-bisanya anak baru seperti Aries bertindak tidak sopan di hadapan mereka. Bahkan anak seangkatannya pun tidak ada yang berani melakukan hal itu. "Ada masalah apa lo sama gue?" tanya Zara. "Harusnya yang bertanya itu gue, temen gue salah apa sampai lo tega ngelakuin hal ini. Gue tahu tadi juga lo yang beli dia merusak SketchBook nya dia. Coba katakan sama gue salahnya apa, kalau memang teman gue salah biar gue tegur dan gue suruh minta maaf, tapi kalau memang temen gue nggak ada salah sama kalian, lo yang harus minta maaf sama temen gue." "Ries udah," pinta Peach. "Lu juga diam, jadi orang jangan lemah jangan mau di tindas sama orang lain." Aries membentak Peach. Merasa akan terjadi perselisihan besar Andreas segera menghampiri temannya, begitupun Harvey yang sempat mah matung karena Speechless melihat kejadian tidak terduga ini. Zara, Jeremy dan Angga berdiri dan siap menghadang juniornya. Bagi mereka Aries sudah sangat keterlaluan. Tanpa aba-aba Angga meraih kerah baju Aries, untung saja Harvey dan Andreas keburu memisahkan mereka. "Kalian semua ikut Bapak! Andreas tolong bantu peach membersihkan makanannya yang tumpah, nanti minta lagi ke petugas catering, bilang ada kecelakaan dan disuruh oleh saya untuk mengambil gantinya." "Baik Pak," ucap Andreas. Sepeninggal Harvey diikuti oleh Zara Jeremy dan Angga Andreas berjongkok membersihkan tumpahan makanan. Mahda buru-buru menyelesaikan makanannya, kemudian dia membantu Andreas. Dia membawa Peach ke toilet untuk membersihkan pakaiannya yang kotor. Kemudian kembali ke area prasmanan, untuk minta pengganti jatah makanan. Harvey membawa keempat anak itu ke ruangan guru BK, di sana ada Gerald Alvin, guru BK yang terkenal killer. Tidak ada ampun, siapapun yang berbuat kesalahan akan dihukum sesuai dengan kesepakatan yang tertulis di buku panduan masing-masing. "Selamat malam Pak Gerald," sapa Harvey. Cara mencium aroma pelanggaran, sapaan Harvey pun ditanggapi dengan deheman saja. "Aries, sebagai pendamping gen 9, Bapak kecewa melihat tingkah kamu malam ini. Bapak melihat kamu datang dari meja sendiri kemudian menggebrak meja yang ditempati oleh Zara, Jeremy dan juga Angga. Perbuatan kamu itu selain tidak beretika, juga bikin malu gen9." Aries memandang sinis kepada guru pendamping nya sendiri. Guru yang semula Dia pikir akan membelanya malah menuduh dan menyudutkan dirinya. Aries hanya tersenyum sinis, dia terlalu malas untuk menanggapi. "Ada apa ini sebenarnya?" Tanya Gerald. Lelaki itu memperbaiki posisi duduknya kemudian menatap satu-persatu orang yang ada di ruangannya tersebut. "Saya seriusan enggak tahu, Pak, kami lagi makan tiba-tiba dia datang dan mengebrak meja. Siapa yang nggak kaget coba," ucap Zara dengan wajah yang dibuat terlihat polos. "Jadi tadi wajar dong saya nanya ada masalah apa sama saya," lanjut perempuan tomboy itu. Kini semua mata memandang Aries, duh nyesel juga dia melakukan hal ini. Bener juga kata Andreas tadi, harusnya dirinya tidak ikut campur. Kemudian Aries termenung dia menggelengkan, jika membiarkan temannya dirundung di sekolah terus dia diam saja itu artinya dia adalah pengecut. Lelaki itu meraup banyak banyak oksigen, kemudian menghembuskannya perlahan. Dia terus melihat ke arah gerak dan Harvey bergantian. lalu dengan keberanian yang dia punya Aries akhirnya mengungkapkan Apa yang sebenarnya terjadi. "Bolehkah saya membela diri?" Tanya lelaki itu hati-hati, dia tidak mau bicara gegabah hingga akhirnya membuat dirinya terus terpojok. "Silakan," jawab Harvey. "Bapak lihat sendiri tadi peach terjatuh dengan makanannya. Bapak bisa bayangkan betapa sakitnya dia, sakit fisik bisa diobati, Pak. tapi yang harus bapak ingat adalah mentalnya Peach. Dia pasti malu jadi bahan tontonan seluruh sekolah, seharusnya Bapak bertanya Apa penyebab Peach sampai terjatuh dan apa yang menyebabkan saya marah sebegitunya kepada mereka." Gerald mengerutkan kening, sontak lelaki itu melihat kearah Zara dan Jeremy. "Silakan Bapak tanya sendiri kepada mereka, apa yang sudah dilakukan terhadap Peach. Mengapa perempuan itu tega merobek dan merusak sketch book Peach, tadi juga saya lihat dia merentangkan kakinya sampai Peach tersandung dan semua makanannya tumpah. Sebagai laki-laki saya tidak bisa diam saja, Pak. Maafkan jika cara saya menanggapi hal ini dengan kemarahan, karena saya yakin mereka jika dibilangin baik-baik malah bakalan nindas saya nantinya." "Benar apa yang dikatakan oleh Aries, Zara?" tanya Gerald. "Atau saya perlu periksa CCTV untuk membuktikan apa yang dikatakan oleh dia?" Bukan Gerald namanya jika tidak bisa membuat murid yang bungkam untuk bicara. Selama ada Gerald ketidakadilan tidak akan pernah terjadi Baddas Academy. Sejarah menunduk dia merasa bersalah, tidak menyangka jika anak-anak gen 9 yang dianggap sebagai anak kecil mampu melawan. "Itu semua benar, Pak," aku Zara. Jeremy dan Angga tidak menyangka temannya akan mengakui kesalahan itu. "Kenapa?" tanya Harvey. "Jika memang gen 9 punya salah sama kalian tinggal bilang saja nanti yang suruh minta maaf, cara kamu seperti ini tidak mencerminkan bahwa kamu adalah seorang siswa yang berpendidikan." "Pak Harvey," siapa Gerald. Dia merasa pendamping gen9 sudah terlalu ikut campur dalam urusan ini, yang mana jika sudah dibawa ke ruangan BK maka ini adalah urusan guru BK untuk meluruskan permasalahan yang terjadi di antara para siswa. "Biar saya teruskan, Bapak silakan lanjutkan makan malam." Dengan tegas lelaki itu mengusir Harvey. Harvey mengerti akhirnya dia mengangguk, sebelum keluar dari ruangan tersebut Harvey menepuk pundak Aries. Entah apa, bangga atau kesal. Aries mendengkus tidak suka, bagi dirinya Harvey sama sekali tidak membela gen 9. Pendamping macam apa itu? Yang pasti mulai detik ini tanggapan Harvey yang seperti ini sudah menorehkan sebuah kekecewaan di hati Aries.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD