DIANDRA MENGHILANG

1241 Words
Diandra memutuskan kembali ke kamarnya. Marcella yang tengah duduk di ruang keluarga sambil minum teh dan beberapa cemilan memanggil Diandra. "Andra, kemarilah." Marcella melambaikan tangannya. Nada suaranya meminta dengan tegasnya kepada Diandra. Diandra tadinya tidak mau, tapi kali ini dia menurut. Kemudian, ia mengambil tempat duduk di sofa bersebrangan dengan Marcella. "Apakah kamu menyukainya?" Marcella bertanya sambil menyesap tehnya. "Tidak buruk." Diandra tahu apa yang Marcella maksud. Dia tahu Marcella membenci keluarganya. "Bisakah kau keluar dari sini?" tanya Marcella terus terang, lalu meletakan gelas yang ada di tangannya. "Kenapa aku harus pergi?" Diandra pura-pura bertanya. Dia tidak menyangka Marcella akan berkata terus terang kepadanya. "Karena aku tidak menyukaimu. Dan kamu pun tidak menyukai aku dan ayahmu." Kata-kata Marcella terdengar penuh penekanan. "Bukankah baik tinggal bersama orang-orang yang tidak menyukaimu?" Diandra mencoba memprovokasi Marcella. Bibirnya membentuk sebuah senyuman dengan ekspresi buruk. "Aku dengar, kamu ingin ke luar negeri. Aku bisa membantu untuk hal itu." Marcella menatap Diandra seraya mengangkat kedua alisnya. Diandra terdiam. Dia tidak bodoh untuk percaya begitu saja setiap ucapan Marcella. "Aku punya sedikit tabungan dan aku akan menyiapkan segalanya untukmu di sana." Marcella melanjutkan tawarannya. "Apakah aku bisa mempercayaimu?" Diandra pura-pura bertanya. "Amerika, Eropa ....?" Marcella memberikan pilihan alih-alih Diandra akan setuju dengan tawarannya. "Apa yang kamu inginkan dariku?" Diandra tidak ingin bermain-main dengannya dan langsung ke inti. "Jangan mengganggu David. Jangan kembali ke keluarga Winoto. Dan aku akan membabat habis keluargamu, jika kau ingkar!" Marcella memperingatkan sekaligus mengancamnya. Diandra menatap Marcella dengan tajam penuh kemarahan. Mengepalkan tangannya dengan erat seperti akan menghabisi Marcella hari itu juga. "Seekor ular bahkan memberi cela sebelum memangsa. Aku tidak mengira kamu akan begitu terbuka." Diandra tersenyum jahat dan meninggalkan Marcella. Marcella tidak bisa berkata-kata setelah apa yang dikatakan Diandra. Wajahnya begitu gelap, ia lalu melempar gelas yang ada di tangannya. Braak. Baru sekali ini ada orang yang berani menghina dirinya, mengatai dirinya seekor ular. ***** Dia jam kemudian, Bibi Rita menghampiri kamar Diandra untuk menanyakan apa yang dia inginkan siang ini. Dia mengetuk pintu, tapi tidak ada yang menjawab. Bibi Rita lalu memutuskan untuk masuk. Dia mendapatkan kamar itu kosong. Bibi Rita memeriksa kamar mandi, berharap Diandra ada di sana. Kosong. Bibi Rita lalu mengecek lemari, dia melihat tas yang dibawa Diandra semalam tidak ada lagi di sana. Kegelisahan mulai terlihat. Bibi Rita memanggil semua pelayan dan penjaga. "Apa ada yang melihat Nona Diandra?" Bibi Rita bertanya kepada para pelayan. "Tidak, Nyonya. Kami pikir dia ada di kamarnya." Salah satu pelayan menjawab. "Segera cari Nona Diandra. Dia pasti belum pergi jauh!" Bibi Rita mengambil telepon. Hanya Bibi Rita yang selalu menggunakan telepon rumah untuk menghubungi Hadi Winoto saat ada keadaan darurat. Hadi Winoto tengah berada di ruang meeting bersama staffnya. Asisten Robert yang memegang ponsel Hadi Winoto, begitu melihat nomor si pemanggil, ia langsung memberikan kepada Hadi. Dia tahu, setiap ada keadaan darurat, Bibi Rita akan melakukan panggilan. Dengan cepat Hadi mengangkat. "Ada apa?" Hadi bertanya dengan ragu. "Maaf, Tuan. Nona Andra tidak terlihat." Bibi Rita langsung ke inti. "Apa kamu sudah memeriksa?" Hadi berdiri, wajahnya menjadi gelap. "Robert, siapkan mobil!" Hadi meninggalkan ruang meeting tanpa sepatah kata pun kepada staffnya. "Baik, Tuan Hadi." Robert mengikuti Hadi dan bertanya, "Tuan, apakah ada hal yang mendesak?" "Aku akan pulang. Kumpulkan hasil rapat tadi, aku akan memeriksanya di rumah. Dan batalkan semua pertemuanku hari ini." "Baik, Tuan." Asisten Robert telah bekerja selama lima belas tahun di Winoto Grup. Melihat situasi Presiden Hadi, dia bisa menebak sesuatu telah terjadi. Dia tahu kapan waktu yang tepat untuk bertanya dan berbicara banyak. Setelah mengantarkan Hadi, Robert kembali ke ruang meeting sesuai perintah Hadi. ***** Bibi Rita mondar mandir di pintu masuk. Pelayan dan penjaga mencari di setiap ruangan, atap, taman. Tapi, mereka tetap tidak menemukan Diandra. Mobil Hadi berhenti di depan pintu. Melihat Bibi Rita gelisah, dia bertanya, "Marcella di mana?" "Nyonya keluar bersama teman-temannya, Tuan." jawab Bibi Rita. "Suruh dia kembali ke rumah!" Kata Hadi lalu duduk di kursi. Terlihat dia sangat marah. "Baik, Tuan." Bibi Rita mengambil telepon dan memanggil Marcella. "Nyonya, Tuan meminta Anda kembali." Di seberang, Marcella tidak berkata apa-apa, lalu menutup ponselnya. "Ada apa?" tanya salah seorang temannya. "Sepertinya telah terjadi sesuatu. Mari kita berkumpul di lain hari!" Kata Marcella kepada teman-temannya, lalu meraih tas Hermes edisi terbaru miliknya. Ia bangkit dan menuju mobilnya. Dua puluh menit kemudian, Marcella tiba. Hadi yang tengah duduk langsung bangkit menghampiri Marcella yang masih di ambang pintu. "Di mana Andra?" Hadi langsung bertanya pada Marcella. Wajahnya gelap seperti akan meledak. Marcella melihat wajah murka Hadi dan berkata, "Aku tidak tahu. Kami hanya mengobrol sedikit hari ini." "Apa yang kamu katakan kepadanya?" Kemarahan Hadi seakan meledak. "Aku tidak mengatakan apa-apa. Kami hanya minum teh bersama." Marcella menutupi kebohongannya. David baru saja kembali dan melihat wajah marah Hadi Winoto yang sedang berdebat dengan Marcella. "Ayah, Ibu, ada apa?" David sudah terbiasa dengan pertengkaran Hadi dan Marcella. Mereka mungkin tinggal di rumah yang sama tapi mereka tidak seperti layaknya sebuah keluarga. Hadi Winoto menerima Marcella karena dia memiliki David. "Aku tidak akan memaafkanmu kalau sampai terjadi sesuatu pada Andra!" Hadi mengancam Marcella, lalu pergi. "Apa yang telah Ibu lakukan?" tanya David. "Ibu tidak melakukan apa-apa," kata Marcella, lalu duduk dengan santai. Terlihat jelas dia sangat bahagia mendengar Diandra pergi dari rumah. "Apakah Ibu menyuruhnya untuk pergi?" David menanyai Marcella. "Ibu hanya menggertak sedikit," kata Marcella dengan santai. "Aku sudah memperingatkan. Sekarang Ayah sangat marah. Aku tidak akan ikut campur bahkan tidak akan membelamu." David marah pada Marcella. Lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. "Bukankah ini lebih baik. Tapi, aku tidak menyangka dia akan bertindak secepat ini." Marcella bergumam sendiri dan tersenyum penuh kepuasan. Hadi mencari Diandra ke semua tempat di Kota B, tapi hasilnya nihil. Kemudian ia memutuskan untuk mengecek ke Kota A. Mungkin saja Diandra kembali pulang ke rumah Kartika. ***** Sesampainya di Kota A, Hadi langsung menghubungi Kartika. Mereka akan bertemu di kedai pinggir jalan yang tidak jauh dari rumah Kartika. Kartika masih dalam kondisi buruk. Saat Hadi menghubunginya, dia sedang mengerjakan beberapa pekerjaan rumah. Hari ini dia tidak membuka toko. Ketika tiba di kedai, Kartika terlihat lesu menghampiri Hadi yang duduk di pojok. Melihat ekspresi Hadi, Kartika merasa ada sesuatu yang tidak beres. "Apa yang terjadi?" tanya Kartika. Dengan ragu, Hadi balik bertanya, "Apakah Andra kembali?" "Apakah Andra pergi?" Kartika terkejut mendengar apa yang dikatakan Hadi. Kartika terdiam beberapa saat, pandangannya kosong, matanya merah berkaca-kaca penuh penyesalan. Melihat ekspresi Kartika, Hadi memahami dan Riska bertanya lagi. "Aku akan kembali dan mencari Andra. Aku akan mengabarimu begitu aku menemukannya." janji Hadi pada Kartika. "Apa yang telah aku lakukan? Dia bahkan memohon padaku untuk tinggal," kata Kartika sambil menangis memukul dirinya sendiri. "Ini salahku. Jangan menghukum dirimu. Aku akan menemukan Andra dan mengabarimu secepatnya." Hadi berdiri, ketika akan melangkah pergi Kartika mendongak dan bertanya, "Apakah istrimu melakukan sesuatu yang buruk padanya? Ini bahkan belum dua puluh empat jam dia di sana." Kartika menatap Hadi dengan tajam dan penuh emosi. "Dia tidak berani melakukannya ...." Jawab Hadi dengan penuh keprihatinan. "Apakah kau percaya padanya?" Kartika tahu betapa jahatnya Marcella. "Tidak. Tapi aku sudah memastikan. Ayo, aku akan mengantarkanmu pulang. Kondisimu tidak baik untuk pulang sendiri." Hadi masih memedulikan kondisi Kartika. "Aku bisa menjaga diriku. Aku mohon, temukan dia! Katakan padanya, aku tidak akan melakukannya lagi, dia boleh kembali ke rumah." Suara Kartika terdengar serak, pelan penuh penyesalan. "Aku akan ---" Hadi memastikan. Setelah yakin Diandra tidak berada di Kota A, Hadi kembali ke kediaman Winoto di Kota B. **Bersambung**
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD