KEDIAMAN KELUARGA WINOTO

1102 Words
Keesokan harinya .... Hadi Winoto, istri dan anak laki-lakinya sedang menikmati sarapan. "Apakah Andra masih tidur?" Hadi Winoto bertanya pada Bibi Rita yang berdiri di samping meja makan. "Iya, Tuan." "Siapkan sarapan untuknya, dan bawa ke kamarnya!" Hadi menyeka mulutnya. "Baik, Tuan." "Dia pasti kelelahan, atau mungkin tidak ingin turun," kata Marcella dengan nada menekan dan memandang penuh kebohongan kepada Hadi. Hadi tidak menjawab dan bangkit dari duduknya. Ia berjalan menuju lantai dua, ke kamar Diandra. Dia tahu, Marcella berusaha memprovokasi dirinya dan Diandra. Marcella merasa kesal karena tidak mendapat perhatian dari Hadi. Dengan erat ia menggenggam sendok dan garpu kuat-kuat. Tatapannya penuh emosi seakan ingin membunuh Diandra dengan garpu di tangannya. "Ibu, tenanglah." David mencoba menenangkan Marcella. "Bagaimana Ibu bisa tenang, sekarang dia di sini. Mencoba menjadi Tuan Putri!" Wajah Marcella gelap penuh dengan amarah. Marcella tahu, harta Hadi Winoto lima puluh persen adalah milik Kartika dan anak-anaknya. Kartika bahkan tidak mengambil sepeser pun uang perceraian dark Hadi, meskipun dia tahu dengan uang tersebut dia mampu menghidupi anak-anaknya tanpa harus bekerja keras. Marcella tahu akan hal itu, jadi bagaimana dia tidak membenci mereka?! Bahkan, jika Kartika meminta seluruh hak miliknya di Grup Winoto, Hadi akan memberikannya. Tapi, Kartika tidak melakukan itu dan tetap diam menjalani hidupnya yang sekarang. "Ibu, dia adalah saudariku. Dia sama seperti aku. Aku harap Ibu tidak menimbulkan masalah untuknya." David memperingatkan ibunya. "Jangan bodoh, David. Kamu tidak akan mendapatkan apa pun jika dia masih di sini!" "Mereka berhak atas itu, Bu. Jangan lupa, Ibu yang telah menghancurkan hidup mereka, dan aku tidak akan pernah ada di pihakmu. Jadi, berhenti melakukan hal-hal yang akan membuatmu susah!" David mengerti akan situasi yang terjadi di kediaman Winoto. Dan dia tidak ingin menimbulkan masalah. Dia berbeda, tidak sekejam ibunya. "Kamu ...." Dengan penuh amarah Marcella menggertak David. David yang tidak ingin melihat kemarahan Marcella segera bangkit dari duduknya dan berkata, "Ibu, aku pergi. Cobalah baik kepadanya ...." Marcella mempunyai temperamen yang buruk. Dia sangat membenci Kartika dan anak-anaknya. Dia bahkan tega melakukan hal-hal yang akan membuat mereka menderita. David lebih muda setahun dari Diandra. Lebih tua tiga tahun dari Julian. Jadi, bisa disimpulkan kalau Hadi Winoto telah menjalin hubungan dengan Marcella, saat Kartika masih tinggal di keluarga Winoto. Dan setelah mengetahui hal ini, Kartika yang dalam kondisi mengandung pergi meninggalkan rumah keluarga Winoto bersama kedua putrinya. Hadi Winoto masuk dan mendapati Diandra masih tertidur. Lalu dia mengambil kursi dan duduk sambil membaca koran. Setelah terbangun, Diandra melihat Hadi duduk di sofa di kamarnya dengan koran di tangannya. Pelayan datang membawakan sarapan. "Kamu sudah bangun?" Hadi kemudian meletakkan koran di atas meja dan berdiri "Bersihkan dirimu, lalu sarapan dan temui Ayah di ruang kerja!" Kata Hadi kepada Diandra. Dia berjalan keluar meninggalkan kamar Diandra. Diandra tidak mengatakan apa pun. Perlahan dia bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. ***** 'Kota A' Renata menuju dapur dan tidak mendapati Kartika yang biasanya sibuk di dapur mulai dari matahari terbit. Renata membuat sarapan, setelah itu dia masuk ke kamar Julian. "Hei, bocah. Bangunlah. Apa kamu tidak ke sekolah hari ini?" katanya dengan lembut membangunkan adiknya. Julian terbangun dengan wajah kusam, kedua tangannya mengucek matanya lalu berkata, "Kakak apakah aku terlambat?" Renata menggelengkan kepalanya, "Tidak. Ini masih sangat pagi. Bersihkan dirimu lalu sarapan. Kakak akan pergi sekarang." "Kak, maaf soal semalam." Julian menekuk wajahnya. "Tidak apa-apa. Kakak seharusnya tidak seperti itu. Terima kasih sudah memperingatkan Kakak," jawab Renata sambil mengacak rambut Julian. "Kak, terima kasih sarapannya. I love you," kata Julian sambil tersenyum. "Love you, too. Ibu masih tidur, jangan mengganggunya. Kakak pergi dulu." Renata melambaikan tangan. Sebelum pergi, dia menulis beberapa kata kemudian meletakkannya di atas meja. "Maaf, Bu. Aku telah menyakiti hatimu. I love you, Mom." Dengan emoticon love. ***** Julian keluar dari kamar. Mengambil beberapa makanan, kemudian menghampiri Kartika di kamarnya. "Apakah Ibu masih tidur?" tanya Julian. Kartika terbangun saat mendengar suara Julia. "Tidak, Ibu sudah bangun." Kartika terlihat sangat berantakan, tubuhnya lemas dan tidak bertenaga. Baru kali ini Julian melihat Kartika seperti ini. Ia duduk di samping Kartika dan memeriksa kepala ibunya. "Apakah Ibu baik-baik saja? Ibu tidak terlihat seperti sebelumnya." "Ibu baik, son. Apakah kamu akan pergi sekarang? Bagaimana dengan sarapanmu? Ibu bahkan belum menyiapkan." Kartika masih memperlihatkan kepedulian kepada anaknya saat kondisinya sedang buruk. "Kak Re sudah menyiapkan sarapan. Ibu, aku pergi. Jangan lupa sarapan. I love you, Mom." Kesedihan masih menyelimuti Kartika, tapi melihat anaknya yang sangat peduli padanya, akhirnya ia menguatkan dirinya untuk bangkit dan berjalan keluar. Di dapur, Kartika melihat sarapan yang sudah disiapkan dan pesan yang ditulis Renata. "Mereka bahkan sudah dewasa dan lebih bijak," Kartika berkata pada dirinya sendiri. ***** Setelah membersihkan diri dan sarapan, Diandra keluar dari kamarnya menuju ruang kerja Hadi bersama Bibi Rita. Bibi Rita membuka pintu dan mempersilakan Diandra masuk. Hadi Winoto terlihat sibuk mengerjakan beberapa berkas, langsung berhenti saat melihat Diandra berjalan ke kursi di depan meja kerjanya. "Duduklah, Andra!" kata Hadi. Diandra masih tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Ia menarik kursi dan duduk. "Jurusan apa yang kamu inginkan?" tanya Hadi. "Saya tidak ingin tinggal di rumah ini!" Diandra melotot kepadanya. Wajah Hadi seketika menjadi gelap saat mendengar ucapan Diandra. "Kamu bahkan sudah ada di sini, tapi kamu masih bilang tidak ingin tinggal di sini. Berhenti membual!" Hadi berusaha meredam emosinya. Semarah apa pun dia kepada Diandra, dia tidak akan menunjukkannya. Kemarahannya hanya akan membuat Diandra semakin membencinya. Anak muda memiliki emosi yang berubah-ubah, emosi yang masih labil. Tidak merespon mereka akan jauh lebih baik. Mereka akan meleleh dengan sendirinya. "Saya tidak membual!" "Terus, apa yang kamu inginkan?" Hadi mencoba membaca pikiran Diandra. Diandra memandang Hadi dengan tajam. "Aku tidak bisa kembali karena Ibu. Tapi, bisakah Anda mengirimku keluar negeri?" "Apa kamu bercanda? Dengan susah payah aku membujuk Ibumu agar menyerahkanmu kepadaku, dan kamu ingin aku mengirimmu keluar negeri?" Hadi Winoto terdiam mendengar ucapan Diandra. Telah lama dia menunggu kesempatan ini, tapi Diandra tidak ingin hidup bersamanya. Saat Kartika menghubunginya, dia sedang berada di negara Y menghadiri beberapa pertemuan penting. Kemudian, ia terbang ke kota A bertemu Kartika. Kegembiraannya terlibat jelas saat Kartika memberikan Diandra kepadanya. "Aku tidak menyukaimu!" Kata-kata Diandra begitu tajam menusuk hati Hadi Winoto. Diandra tidak menyukainya! Bukankah ini sebuah pukulan berat untuknya? "Berhenti bercanda! Kamu boleh memilih tempat yang paling mahal untuk pendidikanmu di kota ini. Sesukamu. Tapi, jangan pernah mencoba untuk berbuat hal yang akan merusak dirimu. Tidak masalah kamu menyukaiku atau tidak. Kamu bukan orang bodoh. Di sini, hanya aku yang akan memperhatikan dan mempedulikanmu. Jadi jaga sikapmu, jangan merugikan dirimu sendiri!" Hadi Winoto keluar ruangan dengan ekspresi gelap di wajahnya. Ia segera masuk ke mobil dan melaju bersama Kuncoro menuju Winoto Grup. **Bersambung**
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD