Chu Xiang mengedarkan Qi melalui tangannya, memurnikan satu persatu tanaman herbal secara manual.
Sebenarnya ada satu yang lebih cepat, pemurnian dilakukan secara bersamaan. Namun, membutuhkan pengalaman serta kekuatan Qi yang stabil. Chu Xiang bisa saja mencoba menggunakan cara tersebut dengan bantuan ingatan dari roh pria tua, tapi tingkat kesulitan yang tinggi berakibat fatal pada tanaman herbal itu sendiri.
Jelas ini adalah keputusan yang sulit diambil, karena taman herbal ini sangat ia butuhkan untuk meningkatkan kultivasi.
Dengan telaten Chu Xiang memindahkan satu persatu tanan herbal yang sudah ia murnikan ke dalam cincin penyimpanan. Membutuhkan waktu setengah hari untuk menyelesaikan pemurnian.
Chu Xiang tak langsung melakukan kultivasi, mencari makanan berupa buah-buahan di sekitar goa. Malam tak membuat Chu Xiang kehilangan arah, beberapa waktu ini penglihatannya sudah mulai membiasakan diri dengan keadaan hutan yang gelap.
Cahaya bulan memang bisa masuk, tapi tetap tak bisa menjangkau seluruh wilayah hutan. Banyak pohon besar berusia ratusan tahun yang lebat dan tinggi.
Tak sengaja mata mengarah ke sebuah pohon yang memancarkan aura. Meski tipis aura yang terpancar sangat nyata dan tak dapat lepas dari pengamatannya. Chu Xiang kemudian mendekat, mencari tahu jenis pohon apa yang mengeluarkan aura ini.
Dari pohon tersebut nampak buah berukuran sekepalan tangan, memiliki warna putih keperakan yang membuatnya terlihat walau keadaan sedikit gelap.
"Apel kristal!" Chu Xiang mengetahui jika buah ini merupakan komoditas langka yang diperjual belikan dalam kota. Khasiat yang luar biasa menjadikan buah ini sebagai primadona. Harga perbuahnya bisa dikatakan mahal, mencapai seratus koin emas.
Chu Xiang melihat jika dalam satu pohon ini terdapat kurang lebih dua puluh buah apel kristal. Tak mau banyak membuang waktu, ia menghantam kaki ke permukaan tanah. Tubuhnya melompat tinggi dan berpijak pada salah satu dahan.
Dalam waktu sekejap mata dua puluh buah apel kristal lenyap dalam pandangan, berpindah ke cincin penyimpanan. Chu Xiang melompat turun, memandang satu buah apel kristal di tangannya.
"Dulu setiap bulan aku memakan buah ini, patriark memberikannya secara khusus kepadaku. Namun setelah kejadian itu, ...." Chu Xiang menggelengkan kepala, mengingat suatu yang telah berlalu merupakan hal sia-sia. Sifat asli mereka telah terbongkar, semua yang mereka lakukan hanya demi kepentingan sendiri.
Grgr...
Grr...
Chu Xiang menjadi waspada, suara itu berasal dari kegelapan hutan yang tak ada sedikitpun cahaya melintasinya.
Apel kristal yang berada di tangan langsung ia masukkan ke dalam cincin penyimpanan, tangan mengepal bersiap menyambut lawan.
Grr... Grr...
Seekor serigala setinggi pinggang keluar menunjukkan diri. Warna bulu kuning keemasan membuat Chu Xiang tahu bahwa di hadapannya adalah beast serigala bulu emas. Memperkirakan ukuran serta aura yang terpancar dari tubuhnya, serigala bulu emas merupakan beast tingkat dua.
Chu Xiang harus hati-hati, ia yang berada di tingkat petarung warior bintang delapan pasti akan kesulitan menghadapi beast yang setara dengan tingkat petarung elite.
Serigala bulu emas menunjukkan taringnya yang tajam, ekspresi nampak menyeramkan dengan luka cakaran di wajahnya.
Wosh!
Mata Chu Xiang terbuka lebar, tak mengira kecepatan serigala bulu emas sangat luar biasa. Ia bahkan harus menarik tubuhnya berguling untuk menghindari serangan. Beruntung ia cukup cekatan, telat sedikit saja sebuah luka yang parah mendarat di tubuhnya.
Namun serigala bulu emas tidak sampai di sana, dia berbalik dan kembali melesat sambil menunjukkan rentetan giginya yang siap menerkam.
Chu Xiang mengalirkan Qi ke tangan dan mengeluarkan sebuah serangan. Dengan cepat lesatan energi menghantam perut serigala bulu emas yang tengah melompat. Tak ayal dorongan yang kuat membuat tubuh beast tingkat dua itu terlempar.
Akan tetapi kekuatan fisik beast tingkat dua tidak bisa dipandang sebelah mata. Setelah jatuh dia bangkit kembali dan memancarkan aura yang lebih mencekam.
Kening Chu Xiang mengerut samar, kedua mata tak bisa berpaling dari sosok serigala bulu emas. Setelah hanya diam beberapa waktu, beast itu menggeram dan melompat menerkam.
Chu Xiang menyilangkan tangan, seketika perisai terbentuk dan menghalau serangan cakar beast serigala bulu emas. Cakar sangat kokoh, perisai tak mampu menahan dan hancur berkeping-keping. Meski perisai terbuat dari kumpulan Qi, kekerasannya seperti logam. Ini menunjukkan seberapa kuat serigala bulu emas.
Pertarungan terus berlangsung, kedua pihak tak mau mundur. Mereka saling serang dan mempertahankan posisi agar tak tak mendapat luka fatal. Dalam kurun waktu tersebut Chu Xiang kehilangan banyak tenaga, Qi dalam tubuhnya pun tak banyak tersisa.
Chu Xiang tahu jika tak segera menyelesaikan pertarungan, ia akan kalah karena kondisinya yang melemah secara perlahan. Petarung tanpa Qi bagai tubuh tanpa roh, bahkan manusia biasa dapat dengan mudah mengalahkannya.
Blar!
Terkaman serigala bulu emas menghancurkan sebuah batu tepat di belakang Chu Xiang. Tak terbayang bagaimana jadinya jika serangan itu tak bisa dihindari olehnya.
Dalam tekanan, Chu Xiang teringat samar tentang kumpulan teknik yang sempat ada dalam ingatan roh pria tua. Mau tak mau ia harus menggunakan teknik tingkat tinggi itu untuk berhadapan dengan beast serigala bulu emas.
Chu Xiang mengayunkan tangan mengeluarkan belati dari cincin penyimpanan milik pria berpakaian hijau sebelumnya. Kebetulan sekali teknik yang ada dalam kepalanya menggunakan belati sebagai sarana penerapan.
Belati di tangan Chu Xiang memiliki warna perak yang dominan, menegaskan fakta jika itu adalah senjata tingkat kedua. Senjata tingkat kedua sudah termasuk senjata langka, bahkan keberadaannya di Kota Wuhan dipandang sebagai senjata pusaka.
Chu Xiang sedikit ragu karena ini adalah pertama kalinya ia menggunakan belati sebagai teman bertarung. Ia merupakan petarung tangan kosong, meski pedang dan tombak juga merupakan senjata yang tak jarang ia gunakan.
Di sisi lain, serigala bulu emas seolah tahu sang lawan tengah berada dalam keadaan lengah. Ia melesat dan mengayunkan cakar berniat mencabik tubuh. Namun gerakannya mampu dihindari oleh Chu Xiang, pria muda berusia 17 tahun itu berkelit dan mengayunkan belati untuk pertama kali.
Trank!
Benturan antara cakar dan belati menimbulkan percikan api yang samar. Chu Xiang berdiri dan siap menyerang kembali. Ini adalah pertaruhan, karena serangan ini akan menentukan siapa yang akan bertahan.
Qi dalam tubuh Chu Xiang tak tersisa banyak, ia akan mengeluarkan teknik belati dewa meski ini adalah pertama kali baginya. Berbekal ingatan dan pengalaman roh pria tua, ia memegang nyawanya erat-erat dan melesat sambil mendorong belati di tangannya.
Kebetulan serigala bulu emas juga melesat, membuat dua kekuatan saling berhadapan. Cakar dan belati siap unjuk diri, membuktikan siapa yang akan keluar sebagai pemenang.
Chu Xiang sedikit memejamkan mata, dengan Qi yang tersisa mengeluarkan teknik belati dewa. Sebuah siluet belati yang sangat besar tercipta, menghantam tubuh serigala yang masih melesat dengan kecepatan tinggi.
BLAR!!
Tubuh serigala bulu emas terlempar, menghantam beberapa pohon hingga tumbang. Wajah Chu Xiang nampak puas, meski nafas sudah memburu dan nampak terengah-engah.
"Aku tahu aku bisa!"