Chapter... 7 : Petarung Elite

1002 Words
Chu Xiang kembali ke goa dengan membawa mayat beast serigala bulu emas di dalam cincin penyimpanannya. Ini merupakan kemajuan besar mengingat terdapat perbedaan nyata di antara tingkatannya. Seorang petarung warior bintang delapan mengalahkan beast tingkat dua. Jika ada yang mendengar, mereka pasti tak percaya. Karena kejadian seperti ini sangat menentang ketentuan yang telah ditetapkan. Kondisi Chu Xiang berbeda, ia memiliki pengalaman sebagai seorang petarung elit bintang sembilan. Meski kekuatannya sekarang telah menurun jauh, setidaknya ia pernah merasakan apa itu yang namanya petarung elit. Selain itu kemenangan ini tak terlepas dari teknik belati dewa dari ingatan roh pria tua, tanpa teknik tersebut pertarungan dapat dipastikan belum berakhir. Sampainya di goa, Chu Xiang menyalakan api dengan pemantik yang selalu ada di sakunya. Pemantik dari logam itu sangat berguna, karena tanpanya Chu Xiang akan kesulitan untuk membuat api. Api berkobar semakin besar, Chu Xiang mengeluarkan belati dan juga mayat beast serigala. Tak panjang lebar langsung memotong dan membakarnya. Khasiat daging beast sangat baik bagi tubuh, bukan hanya meningkatkan ketahanan fisik juga mampu membantu kultivasi. Namun itu tergantung dari tingkat beast yang dikonsumsi. Karena semakin tinggi tingkatan beast, semakin tinggi pula khasiat pada daging beast tersebut. Begitupun sebaliknya. Chu Xiang merasakan aliran Qi dalam tubuhnya mengalir begitu deras, ini adalah perasaan yang sangat ia nantikan. Tangan mengayun mengeluarkan tanaman herbal yang telah dimurnikan, berniat menerobos tingkatan. Sambil duduk bersila Chu Xiang memejamkan mata, aura yang terpancar dari tubuhnya semakin kuat dan nyata. Waktu terus berlalu, dan hari berganti. Setelah tetap pada posisinya selama berhari-hari, tubuh Chu Xiang mengeluarkan sinar samar yang kemudian menyelimuti seluruh tubuhnya. Tak berselang lama, sinar samar perlahan meredup. Bersama dengan itu aura tubuh Chu Xiang meningkat tajam. Udara seolah berputar membentuk pusaran, ketika mata terbuka energi cukup kuat menyebar ke seluruh goa. Chu Xiang membuka mata, merasakan kultivasi nya yang mengalami peningkatan. Senyum lebar terukir jelas, menambah kesan tampan padanya. "Sedikit lagi aku akan menerobos ke tingkat petarung elite!" Saat ini Chu Xiang berada di tingkat petarung warior bintang sembilan. Di dalam cincin penyimpanan masih banyak tersisa tanaman herbal, naik ke tingkat petarung elite bukan mimpi semata. Ambisi kultivasi sangat kuat dalam dirinya, tak mau banyak membuang waktu Chu Xiang kembali mengeluarkan tenanan herbal yang tersisa dan memakannya satu persatu. Saat merasakan energi dalam tubuhnya tak mampu menahan, ia langsung berhenti memasukkan tanaman herbal ke dalam mulut dan mulai berkultivasi. Hari demi hari berlalu, Chu Xiang melewati malam demi malam dengan hanya duduk bersila dalam goa. Pancaran aura dari tubuhnya semakin kuat, menimbulkan pergolakan yang mampu menggetarkan dinding goa. Meski begitu Chu Xiang tetap bergeming dan melanjutkan kultivasinya. Ketika merasa ia belum mampu menerobos, tak tunggu waktu lama ia langsung memasukkan tanaman herbal ke dalam mulutnya. Tak terasa sudah empat bulan berlalu, Chu Xiang kini sudah berada di tingkat petarung elite bintang empat. Karena tanaman herbal masih tersisa ia memutuskan untuk menghabiskannya, siapa tahu jika dengan sisa tanaman herbal itu ia mampu menerobos ke tingkat petarung elite bintang lima. Namun sepertinya langit tidak menghendaki keinginannya, pancaran energi dalam tubuhnya kembali normal dan ia tak mengalami perubahan. Meski kecewa, Chu Xiang juga tak bisa memaksa. Naik sampai tingkat petarung elit bintang empat sudah cukup melebihi harapannya. Tak lama lagi ia akan mencapai kembali pencapaiannya. Tentu saja tidak sampai di sana, jika bisa harus mencapai petarung master dalam kurun waktu dua tahun. Chu Xiang bangkit dari duduknya, mengedarkan pandangan dan mengeluarkan buah apel kristal. Sambil makan ia keluar hendak menuju sungai, tak mengganti pakaian dalam kurun waktu yang lama membuat kulit begitu gerah dan tak nyaman. Jarak goa dengan aliran sungai tidak jauh, tapi juga tidak bisa dikatakan dekat. Namun dengan kecepatan seorang petarung elit, tak akan memakan banyak waktu. Setelah sampai, Chu Xiang melepas pakaian. Beberapa saat melihat sekeliling dan langsung melompat terjun ke dalamnya. Menikmati segarnya air tanpa sengaja Chu Xiang mendeteksi keberadaan sosok lain selain dirinya, dengan mengedarkan indra persepsi ia dengan cepat mengetahui bahwa sosok itu berada di dalam air dan tengah mendekat ke arahnya. Spontan Chu Xiang keluar dari sungai, melambaikan tangan mengambil pakaian dari cincin penyimpanan dan memakainya tanpa banyak berkata. Belati bersiap sudah di tangan, tak berselang lama seekor buaya besar muncul ke permukaan. Mata Chu Xiang sedikit terbuka, menatap lekat buaya di hadapannya. Jika tidak salah buatan ini adalah induk buata yang saat itu bertemu dengannya, tapi bagaimana bisa sampai ke sini. "Aliran sungai pasti saling terhubung, oleh sebab itu buaya ini bisa sampai di sini." Chu Xiang melinpat menghindar kalau buaya mengibaskan ekornya. Nampak sekali jika kedatangan buaya ini mengincarnya. Mungkin dia mengingat aura milik seseorang yang telah membunuh anaknya, mencari sampai menemukannya di aliran sungai. Chu Xiang melimpag beberapa kali, ia sudah siap jika harus bertarung dengan beast tingkat kedua ini. Pertemuan pertama mereka Chu Xiang pergi karena tak memiliki kekuatan yang cukup, tapi sekarang berbeda. Buaya air tawar dewasa keluar dari sungai dan berjalan dengan empat kakinya, dia membuka mulut menunjukkan gigi runcing yang tajam. Terlihat jelas ada sebuah dendam dalam pancaran mata yang berkilat mengerikan. Grah!! Buaya nampak sangat marah, menyerang Chu Xiang tanpa belas kasihan. Chu Xiang masih bertahan, menahan lesatan ekor dan moncong dengan belati di tangannya. Kulit buaya air tawar sangat keras, bagai perisai yang terbuat dari logam. "Sial, aku tak menyerang dan dia menggempur ku habis-habisan. Aku ingin lihat bagaimana kau menghadapi serangan ku!" Chu Xiang menempatkan belati di depan d**a, mengeluarkan teknik belati dewa. Siluet belati besar menodong ke depan, ketika tangan mendorong siluet belati itu menerjang ke depan dengan kekuatan dahsyat. Buaya air tawar menahan dengan tubuhnya, ia sangat yakin dengan kekuatan kulit yang kebal. Namun serangan teknik belati dewa tak bisa dipandang sebelah mata, tubuh sepanjang tujuh kaki itu terhempas masuk ke dalam sungai. Berpikir sudah selesai itu masih terlalu awal, tak berselang lama buaya air tawar kembali datang. Tidak hanya sendiri, tapi dengan beberapa buaya air tawar lainnya. Wajah Chu Xiang mengerut tajam, memancarkan perasaan mencekam. "Cih! Ternyata bawa teman." Chu Xiang tak gentar, meski enam lawan satu juga tidak akan membuatnya mundur. Ini malah menjadi tantangan tersendiri baginya, dapat memicu kekuatan dalam tubuhnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD