Awal Kekaguman

1007 Words
Hari ini, adalah hari kedua Nadia bekerja sebagai seorang sekretaris di perusahaan Skyline Corporation. Jika hari pertamanya cukup lenggang, justru di hari kedua dia jauh lebih sibuk. Paginya sudah disambut dengan meeting bersama para petinggi perusahaan Skyline, yang tentunya dia di sana untuk mencatat apa saja poin-poin penting yang sedang dibahas. Keterampilannya dalam menulis cepat menarik perhatian sang CEO tampan, yaitu Abimana Naratama. Alih-alih langsung mengetik dengan laptop yang sudah disediakan, Nadia justru memilih untuk menulis manual. Cara bagaimana Nadia merespon juga sangat baik dan sangat cepat tanggap. Apa pun yang sedang dibahas, Nadia bisa menyimpulkan semuanya dengan baik, padat dan jelas. Mengingat Nadia pernah bekerja sebelumnya sebagai seorang sekretaris membuat Abimana tidak terlalu terkejut juga. Dia percaya akan kemampuan Nadia sejak pertama kali wanita itu mulai bekerja. Namun, Abimana akan terus melihat apakah kinerja Nadia semakin meningkat atau tidak. Tapi Abimana berharap jika kinerja Nadia bisa tetap stabil. Abimana tentu saja merasa senang mendapatkan sekretaris yang cepat tanggap, pandai berkomunikasi dengan baik dan tentunya ramah. Itu semua bisa menjadi kunci kenyamanan para kliennya nanti. Karena pastinya sebelum bertemu dengannya, Nadia lah yang akan menyambut. "Oke, itu saja mungkin yang bisa kita bahas hari ini. Selamat pagi." ucap Abimana mengakhiri pertemuan dengan para petinggi perusahaan saat ini. Satu persatu orang keluar dari ruang rapat, hingga hanya tersisa Abimana dan Nadia yang masih duduk di tempatnya. "Tolong nanti di susun lagi. Agendakan juga untuk pertemuan kedua dengan para petinggi untuk membahas lebih lanjut apa yang baru saja kita bicarakan." titah Abimana. Nadia mengangguk mengiyakan, "baik Pak, akan saya agendakan kembali." Lalu wanita itu kembali melanjutkan, "oh ya Pak, untuk hari ini ada meeting di luar kantor bersama Ibu Silvi dari PT Indo Jaya setelah jam makan siang. Lalu malamnya, Pak Abimana ada undangan jamuan makan malam di EL Group." "Untuk jamuan makan malam itu, jika aku tidak datang, bagaimana?" "Pak Abimana ada acara penting lainnya? Jika memang urusannya jauh lebih penting, saya akan mengirim surat pada sekretarisnya jika Anda tidak bisa hadir untuk acara jamuan makan malam nanti." "Sebenarnya, tidak ada acara atau urusan apa pun. Hanya saja, apa perlu aku datang ke acara jamuan makan malam? Bukankah itu tidak ada pembahasan soal bisnis? Aku rasa tidak terlalu penting." Abimana memang tidak sering datang ke acara-acara seperti itu. Dia akan datang jika memang acaranya benar-benar menyangkut pembahasan mengenai bisnis. Sebelumnya juga sama seperti ini. Jadi, menurutnya tidak terlalu penting jika dia datang ke acara jamuan makan malam. Toh di sana juga dia sudah bisa menebak apa yang akan bisa dia lakukan. Makan malam, mengobrol basa-basi yang berujung membicarakan hal yang tidak penting. Tidak ada yang merujuk pada pembahasan bisnis. "Maaf Pak Abimana, boleh saya memberikan pendapat mengenai hal ini?" tanya Nadia dengan sopan. "Silahkan." "Maaf sebelumnya Pak, menurut saya Anda memang harus hadir dalam acara jamuan makan malam tersebut. Mengingat EL Group adalah partner yang sangat menguntungkan bagi perusahaan Skyline. Meskipun tidak ada pembahasan mengenai bisnis, tapi ini akan menjadikan hubungan antara EL Group dengan Skyline Corporation menjadi lebih baik. Saya yakin, Pak Bramantyo selaku pimpinan EL Group akan sangat senang jika Anda bisa hadir nanti malam. Saya juga sedikit mendapatkan info bahwa Pak Bramantyo adalah orang yang sedikit susah untuk ditarik hatinya. Bukankah sebaiknya kita tetap menjaga hubungan antar perusahaan dengan baik, Pak?" Abimana terdiam sejenak untuk memahami apa yang barusan Nadia katakan. Dia memang sudah tau bagaimana karakter Pak Bramantyo. Tapi selama ini, Abimana tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Bisnis ya bisnis. Semua akan tetap berjalan lancar jika masih sangat menguntungkan. Tapi sekarang pikirannya sedikit terbuka dengan pendapat yang Nadia sampaikan. Abimana memang tidak begitu menyukai pertemuan tanpa adanya pembahasan bisnis. Menurutnya sama sekali tidak penting dan membuang-buang waktu. Tapi jika ini cara untuk tetap mempererat hubungan antar perusahaan, tentu saja Abimana menyetujui pendapat dari Nadia. "Ya, baiklah. Aku akan datang ke acara jamuan makan malam itu nanti. Kamu juga harus menemaniku." Nadia lantas mengangguk, "tentu saja, Pak. Saya akan menemani Anda." "Bagus," sahut Abimana singkat. Lalu dia kembali melayangkan tanya, "ini adalah hari kedua kamu bekerja, Nad. Bagaimana bisa kamu sudah mengetahui soal EL Group? Bahkan sampai watak Pak Bramantyo juga yang memang orangnya sedikit sulit." Abimana benar-benar penasaran akan hal tersebut. Tapi dia senang dengan kinerja Nadia yang sangat baik. Peka, dan langsung mempelajari banyak hal tanpa diminta. "Saya kemarin membaca semua yang ada di laptop, Pak. Saya pelajari semua mulai dari perusahaan Skyline sendiri, para petinggi, lalu perusahaan-perusahaan yang menjadi partner dengan Skyline, Pak. Saya hanya tidak ingin kelabakan nantinya." "Baguslah, pertahankan itu. Aku suka bagaimana kinerjamu, Nadia." Nadia tersenyum tipis sambil sedikit menunduk dan menyahut, "terimakasih atas pujiannya, Pak Abimana. Tapi memang sudah menjadi tugas seorang sekretaris untuk mengetahui semuanya, kan? Ibaratnya, sekretaris adalah mata kedua bagi atasannya." Abimana terkesan dengan jawaban sekretaris nya itu. Dia lantas tersenyum tipis sebagai tanggapan. Jujur saja, Abimana tidak expect jika Nadia bisa sepandai dan seluwes itu ketika sedang mengobrol dengannya. Bahkan tetap sopan juga tutur katanya. "Tolong siapkan berkas selanjutnya ya Nad. Letakkan di atas meja saya dulu. Saya mau pergi ke toilet sebentar." ucap Abimana. "Baik Pak, akan saya siapkan. Kalau begitu, saya permisi langsung ke atas ya Pak, selamat pagi." Abimana hanya mengangguk sebagai balasan. Membiarkan sekretaris cantiknya itu keluar lebih dulu dari ruang rapat. Sementara dirinya masih duduk di tempatnya dari awal. Sebenarnya, pergi ke toilet hanya sebuah alasan saja bagi Abimana. Pria itu benar-benar kagum pada sosok Nadia. Wanita smart dan juga sopan. Abimana yakin, jika kedua orang tuanya masih hidup, pasti mereka akan setuju seandainya Nadia yang akan menjadi calon istrinya. Nadia sosok wanita tangguh yang untuk pertama kalinya begitu Abimana kagumi. Sulit bagi Abimana untuk mencari letak tidak kesempurnaan pada diri Nadia. Sebab wanita itu benar-benar begitu sempurna di mata orang tepat. Abimana beberapa kali tersenyum tanpa sadar seperti orang yang sedang dimabuk cinta. Tapi terlalu singkat jika pria itu menganggap perasaannya tersebut saat ini sebagai bentuk cinta. Sedangkan baru sekarang dia merasa tertarik pada Nadia. Atau lebih tepatnya baru saja muncul rasa kagum pada Nadia. "Bisa gila gue nih kayaknya." monolognya, saat menyadari senyuman terus mengembang saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD