Dibuang setelah pernikahan

1042 Words
"Apa yang terjadi Mom?" "Gerald, jelaskan semua ini!" amuk Bara dengan prasangka buruknya. "Ada apa Pa? apa yang terjadi dengan dia?" tanya bingung Hera yang tak bisa melihat apapun. "Sebaiknya kita temui para tamu ya sayang," ajak Gesha, menuntun anaknya untuk turun. Plaak! satu tamparan mendarat di pipi mulus Feli, membuat gadis itu sontak memegangi pipinya yang terasa perih. Feli meringis menahan perih, ingin rasanya ia berteriak dengan nasib buruknya. Namun, tak akan mungkin ada yang percaya dengan ceritanya saat ini. Gerald menghampiri Feli, khawatir. "Sebentar, aku ambilkan es untuk mengompres pipimu," ucapnya tanpa memikirkan sekumpulan orang yang menatapnya berbeda. "Jangan membuat orang lain berpikir buruk atas perlakuanmu." ketus Feli mundur selangkah. "Memangnya apa yang salah?" "Kau iparku Gerald," "Justru karna itu, aku mengkhawatirkanmu," Semua orang yang ada disana, tampaknya sibuk menonton drama yang dimainkan oleh sepasang kekasih itu. Tidak, bukan drama. Feli hanya tak ingin orang lain berpikir dia akan menjadi pelakor dalam rumah tangga kakaknya. Kali ini giliran Bara melayangkan sebuah tamparan di pipi anaknya, untuk pertama kalinya, Gerald mendapatkan kekerasan dari ayahnya sendiri. "Apa Papa gak pernah mengajarimu bagaimana cara memperlakukan wanita?" Gerald tersenyum, berusaha menahan rasa sakit akan perlakukan Bara. "Memangnya caraku salah, Pa?" tanyanya dengan netra sendu. "Kau itu baru saja menikah Gerald, apa kau lupa?" Gesha membawa Feli pergi dengan menarik rambut anak keduanya itu. "Sakit Mom, ku mohon lepaskan," "Dasar anak gak tau adab, bisa-bisanya kau menggoda suami Hera," omel Gesha yang tak berniat melepaskan tarikannya. Gerald yang melihat hal itu lantas berlari mengejar, tampaknya tangan Bara lebih sigap untuk menjegatnya. "Apa ini caramu mendidikku, Pa? lihat apa yang dilakukan wanita itu pada Feli!" Bugh ! Bahunya terasa sakit, bak tertimpa reruntuhan. Pandangan Gerald samar, hingga gelap dan bersamaan itu tubuhnya ambruk, jatuh kelantai. "Cari tau apa hubungan Gerald dengan wanita itu." tidah Bara, pada ajudannya. "Baik Pak," *** Feli mengerjap, ia meringis karena kepalanya terasa sakit. Netranya melihat sekitar, tempat itu terasa asing baginya. 'Dimana ini? bagaimana aku bisa berada disini, jelas-jelas ini bukan kamarku,' Feli mencari benda pipihnya. Namun, ia merasa asing dengan benda itu. Tiba-tiba gawai itu berdering yang mengagetkannya. "Hallo anak Mommy, selamat datang di kehidupan barumu," sapa Gesha dari seberang telepon. "Maksud Mommy apa?" "Berbahagialah disana, dan jangan sekalipun kau berani kembali, apa lagi untuk mengganggu rumah tangga kakakmu," "Mommy membuangku?" "Bukan begitu sayang, yang Mommy lakukan demi kebaikan kalian," "Omong kosong apa lagi ini Mom? kau memang sengaja membuangku!" "Bersenang-senanglah disana dan nikmati hidup barumu," Gesha memutuskan sambungan teleponnya sepihak. Membuat Feli meraung tak terima. Berulang kali ia mencoba menghubungi ibunya itu. Namun, sambungan selalu di alihkan dan hanya suara operatorlah yang menyambutnya. Fasilitas yang diberikan untuknya bukan main-main, Feli hanya perlu mencari cara untuk bisa kembali, meski awalnya ia ingin merelakan. Tampaknya, Feli berubah pikiran karena merasa di asingkan, ia harus bisa merebut miliknya kembali. "Sial," umpatnya tatkala melihat dua pria berbadan kekar dengan stelan serba hitam berdiri di kedua sisi pintu apartemennya. Menutup pintunya kembali, Feli menepuk keningnya, "Bahkan Mommy menyediakan bodyguard untukku, astaga." Menghela napas kasar, ia lantas membuka pintu itu kembali. "Ada yang bisa kami bantu, Nona?" tanya seorang bodyguard. Feli mengernyitkan keningnya. "Saya Leon, dan ini Jerry." "Baiklah, apa kalian bisa membelikanku pembalut?" tanya Feli, menahan tawanya. "Baik Nona, aku yang akan membelinya dan Leon akan berjaga disini," "Apa kau yakin bisa membelinya?" "Tentu Nona," "Baiklah, kau bisa pergi sekarang." Setelah kepergian Jerry, Felipun mencari cara agar Leon juga pergi dari tempatnya saat ini. "Aduh, perut ku sakit sekali," ringisnya berlakon sembari memegangi perutnya. "Saya akan menghubungi dokter dan Nona istirahahlah," Feli mencegahnya, "Mungkin hanya nyeri datang bulan, kau hanya perlu membelikan obat pereda nyeri," "Baiklah, aku akan meminta Jerry membelinya," Feli terus meringis, membuat Leon kebingungan. Berulang kali ia menelpon Jerry. Tetapi, tak ada jawaban dari pemiliknya. "Nona tunggu disini ya, dan jangan kemana-mana, aku akan segera kembali," Feli mengangguk, dalam hati ia begitu senang. 'Yes, akhirnya.' Begitu Leon pergi, Felipun juga pergi, bermodalkan uang dan berbagai kartu yang Gesha berikan. Feli tak berniat kabur, ia hanya ingin menghubungi kekasihnya. Tersambung, Feli begitu senang. "Gerald," satu kata yang Feli ucapkan, membuat pria di seberang telepon itu langsung tersentak. "Sayang, akhirnya kau menghubungiku juga," "Gak usah berakting Gerald, aku tau kau sudah menghabiskan malam yang panjang bersama istrimu, kan?" tuduhnya cemburu. "Kau satu-satunya wanitaku, apa pantas kau bertanya seperti itu?" "Itu dulu dan sekarang kau milik Hera," "Statusku dengannya hanya dalam goresan pena, dan hatiku tetap di kamu," "Gak usah membual Gerald, perutku sakit dan ingin muntah mendengar ucapanmu," "Aku serius, apa kau ingin aku membuktikannya, hmm?" tanya Gerald dan Feli diam. "Katakan kau dimana dan aku akan terbang kesana, detik ini juga." "Mommy membuangku ke kota kecil di Amerika, dan kau bisa mencari tau sendiri dimana tempatku," "Baiklah, asal kau sabar menunggu, aku pasti akan menemukanmu," Gerald memang tak pernah main-main dengan ucapannya, apa lagi hal itu mengenai Felicya. Beruntung, di cintai secara brutal oleh pria seperti Gerald yang setia. Sayangnya, saat ini takdir tak berpihak pada cinta mereka. Huh, beruntung Feli pintar, membeli gawai yang hanya ia gunakan untuk berkomunikasi dengan Gerald, agar tak terlacak oleh Gesha. Pastinya, bukan dengan kartu pemberian Gesha ia membelinya. *** Gerald segera menghubungi asistennya, untuk melacak keberadaan Feli, dengan catatan jangan sampai diketahui oleh siapapun, termasuk Bara dan juga istrinya, Hera. "Sebenarnya, apa hubungan kamu dengan Feli?" tanya Hera yang merasa di abaikan Gerald. "Sudahlah, gak usah membahas hal itu lagi." muak Gerald. "Aku butuh kejelasan, walau pernikahan ini terjadi karna perjodohan, tolong hargai aku dan jangan sampai kamu menodainya," Gerald tak habis pikir, entah ini pertanyaan keberapa kalinya. Yang jelas, Gerald sampai muak mendengarnya. "Aku hanya menolongnya, karna mendengar teriakannya saat aku ingin ke toilet, ternyata ada kecoak dikamarnya," "Bohong, mana mungkin dirumah kami ada binatang menjijikan itu," "Tapi, itulah kenyataannya, aku hanya berusaha menolongnya dan kalian yang melihat justru berpikiran negatif, dan membuang Feli entah kemana," "Buang? kamu jangan bohong," "Buktinya, setelah Mommy membawa Feli, dia lantas menghilang hingga detik ini," "Mungkin saja Feli malu dan kabur," Tiba-tiba saja, gawai Gerald berdering, dan ia lantas keluar untuk menerima telepon dari asistennya itu. "Siapkan semuanya dan atur penerbanganku." titah Gerald dan tanpa Gerald ketahui Hera mendengar ucapannya. 'Penerbangan? Gerald pasti akan mengajakku berbulan madu?' monolog Hera kegirangan. 'Ternyata dibalik sikapnya yang dingin, dia penuh kejutan,'
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD