bc

Iparku, Kekasihku

book_age18+
4
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
BE
arranged marriage
kickass heroine
drama
city
childhood crush
like
intro-logo
Blurb

Menikah adalah impian setiap wanita, dan Felicya salah satunya. Kekasih yang selama ini dia sembunyikan dari semua orang adalah bos besar sebuah perusahaan. Sayangnya, impian tentang sebuah pernikahan yang penuh cinta hanya tinggal mimpi.

Felicya harus menerima kenyataan jika sang Kakak telah dijodohkan dengan kekasihnya sendiri karena alasan hutang budi. Tidak ada yang bisa menolak atau memberi tahu yang sebenarnya jika dirinyalah kekasih Gerald yang sesungguhnya.

Mampukah Felicya menerima takdir pernikahan Gerald dan Hera? atau justru sebaliknya, Felicya tetap mempertahankan apa yang sudah menjadi miliknya?

chap-preview
Free preview
Kecelakaan berakhir pernikahan
Braak! Tubuh Hera terpental, tatkala tertabrak sebuah mobil sedan berwarna hitam. Bara Velg begitu syok mendapati dirinya sudah tersungkur di tepi jalan. Beruntung kepalanya tak terbentur trotoar. Bara menoleh kearah seseorang yang mendorongnya, ia bangkit dengan susah payah untuk menolong wanita itu yang sudah tergeletak tak sadarkan diri di badan jalan. Suara klakson terdengar nyaring, membuat kemacetan di jalan raya itu. Sang pemilik mobil tampaknya juga tak sadarkan diri. Para pengemudi banyak yang turun dari kendaraannya, ada yang sekedar melihat dan mengabadikan momen musibah berdarah itu. Ada juga yang berbaik hati untuk membantu menyelamatkan korban. Tak lama berselang, dua mobil putih dengan sirine dan juga lampu kelap kelip di bagian atasnya pun datang. Membopong tubuh wanita itu bersama dengan pemilik mobil yang masih tak sadarkan diri dengan luka di bagian kepalanya. Sesampainya di rumah sakit, Bara terlihat khawatir dan berusaha menghubungi nomor yang tersimpan di gawai milik Hera. Dua jam kemudian, Hera akhirnya bisa siuman. Namun, ia hanya diam dan tak mengatakan sepatah katapun, hingga membuat janggal. Bara menghampiri Hera, seraya berucap. "Nak, terima kasih karna sudah menolong saya," Hera tersenyum dan menoleh kesumber suara. "Sama-sama, sudah sepantasnya kita harus saling tolong menolong," Sungguh baik gadis yang kini terbaring di brankar itu, dalam benak Bara memujinya. "Apa kamu butuh sesuatu?" tanya Bara yang dijawab dengan gelengan. "Apapun yang kamu inginkan, katakanlah." "Maaf, bisa tolong tinggalkan saya sendiri, saya lelah dan ingin beristirahat sebentar," Hera memejamkan kedua matanya, sekujur tubuhnya terasa sakit. Bohong jika ia baik-baik saja saat ini. Namun, menyesal tak akan mengubah apapun. *** "Hal apa yang membuat Papa setegang ini?" tanya Gerald dengan santainya. Namun, ada guratan di keningnya, bingung dengan panggilan mendesak dari sang ayah yang memaksanya untuk bertemu. Tanpa basa basi, Bara langsung mengutarakan inginnya. "Besok kau akan menikah dengan gadis pilihan Papa," Gerald tertawa terbahak-bahak, sunguh ucapan Bara bak lelucon disiang bolong baginya. Selama ini Bara bahkan tak pernah peduli dengan siapa Gerald berkencan. "Kau tau bukan, aku tak pernah main-main dengan ucapanku?" "Omong kosong apa ini, Pa?" "Besok pukul 8 pagi, kau harus sudah tiba di perumahan elite kotaraja blok A-01," tegas Bara yang tak pernah berbasa basi. Gerald menolak percaya dengan titah sang ayah, mengingat ini untuk pertama klinya Bara meminta sesuatu darinya. Selama ini Bara tak pernah meminta apapun dari anaknya itu. Gerald menjambak rambutnya dengan frustasi, sementara itu Bara sudah pergi meninggalkan sang putra sendirian di mansion miliknya. Guci dan segala barang pecah belah yang berada di atas nakas itu pecah, berhamburan kelantai. Hingga berbunyi nyaring. Apa yang akan Gerald lakukan saat ini? bahkan untuk sekedar memberitahukan hal ini pada kekasihnya saja ia tak mampu. Keesokan harinya, Gerald sudah berpakaian rapi dengan jas hitam yang dilapisi kemeja putih didalamnya. Gerald terlihat semakin gagah dengan pakaian yang ia kenakan itu. Lelaki gagah itu terlihat uring-uringan, hingga seorang supir datang menghampirinya dan memintanya untuk segera berangkat menuju tempat resepsi yang sederhana itu. "Maaf Tuan, kita harus berangkat sekarang," lelaki yabg berpakaian serba hitam itu, sedikit membungkukkan tubuhnya dan membukakan pintu mobil untuk anak bosnya itu. Gerald hanya bisa menghela napas kasar. Menolak, berontak dan sekalipun ia kabur, itu tak akan mengubah apapun, Gerald bukan pengecut, hanya saja ia tak mungkin menolak permintaan pertama sang ayah. Andai ia bisa memilih, matipun ia mau. Namun, apa hal itu tak akan membuat kekasihnya menangis, meraung karena kepergiannya? tidak, tidak, Gerald tak sekejam itu membuat kekasihnya muram. Sesampainya ia disana, tak terlihat tanda-tanda adanya pesta, semua tampak sepi, hanya ada dua pria penjaga di depan yang memberinya hormat. Pasrah, mungkin satu kata itu yang bisa mengartikan kondisi Gerald saat ini. Berusaha tampil gagah dan seperti biasanya. Gerald melangkah tegak dengan membusungkan d**a. "Akhirnya mempelai pria sudah tiba," ucap seseorang, membuat para hadirin menoleh kearah Gerald. "Ra, calon suami kamu tampan sekali," bisik Gesha pada anaknya itu. Hera hanya bisa berusaha tersenyum, meski hatinya ragu dan tak menginginkan pernikahan itu. "Mami benar Ra, calon suamimu tampan dan juga gagah, dia sangat beruntung memperistri kamu," ujar Feli yang berusaha menyembunyikan rasa sakitnya, sebisa mungkin Feli membendung tangisnya. Feli memegang tangan kakaknya, mengusapnya secara perlahan hingga ia tak sadar butiran bening itu berasir lolos hingga membasahi pipinya. Feli dengan cepat menyekanya, "Ini tangis bahagia Mam," ucapnya ketika sadar jika Gesha memperhatikannya. Feli dan Gesha mengantarkan Hera hingga duduk disamping calon mempelai pria, hingga membuat Gerald tersontak kaget dan berdiri mendapati kekasihnya yang mengantarkan calon istrinya. "Maaf Tuan, apa terjadi sesuatu dengan kursinya?" tanya Feli seraya menggelengkan kepalanya pelan, berusaha memberikan kode, agar Gerald tak mengacaukan pernikahan itu. "Tidak, mungkin aku terlalu gugup," "Ada apa Fe?" "Gak apa-apa kok Kak, calon suami Kakak terlalu terpesona dengan kecantikan Kakak, makanya dia sampai gugup gitu," bual Feli beralasan yang berusaha tersenyum semanis mungkin. Gerald yang melihat kesedihan di manik mata kekasihnya itu tak bisa melakukan apapun, karena tak mungkin juga ia mengacau di momen sakral itu, mengingat akan ada dua keluarga yang tersakiti jika ia buka suara. "Bagaimana para saksi? SAH?" "SAH." Gerald dan Hera resmi menikah, membuat d**a Feli terasa sesak. Hingga membuat dirinya berlari pergi, agar tak ada seorang pun yang melihat tangis kesedihannya. Namun, Gerald mampu melihat hal itu dan segera menghampiri kekasihnya dengan hati-hati. Feli hendak menutup pintu kamarnya, namun tangan kekar Gerald berhasil menyekatnya, membuat Feli terkejut dan lantas menarik kekasihnya masuk. Gerald tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, "Maafkan aku, aku sungguh gak bermaksud menyembunyikan pernikahan ini, sayang." "Kau hanya perlu bahagiakan dia," "Mana mungkin bisa aku bahagiakan wanita lain, sementara wanitaku terluka," "Lantas, maumu apa?" "Aku akan segera membatalkan pernikahan ini dan mengatakan semuanya pada mereka," "Kau jangan gila Gerald," "Aku memang sudah gila karna pernikahan ini, aku gila karna bukan kau yang menjadi istriku," "Lalu, kenapa kau menerima perjodohan ini?" tanya Feli dengan histeris, sejujurnya Feli juga tersiksa atas kenyataan itu. "Aku gak tau gimana caranya nolak permintaan pertama Papa padaku, maaf." air mata jatuh di pelupuk mata lelaki yang terlihat tulus meminta maaf pada kekasihnya itu. "Aku mohon berpura-puralah bahwa kita tak saling mengenal," pinta Feli dengan menahan sesak di dadanya. "Tolong kasih tau aku caranya? aku gak bisa setenang kamu menyembunyikan semua ini Fe," Feli mendorong tubuh Gerald agar keluar dari kamarnya. Namun, tenaga Gerald lebih besar darinya. "Aku mencintai kamu Fe, dan aku janji akan mengurus semua masalah ini," "Aaaa," teriak Feli seraya membuka pintu kamarnya, ia harus bisa berlakon untuk mengelabui semuanya. Kening Gerald mengkerut, mendapati apa yang kekasihnya lakukan. Tak lama berselang, di depan pintu kamar Feli sudah penuh kerumunan yang sibuk beragumen. "Apa yang kalian berdua lakukan? jawab Mami Fe!"

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook