Derap langkah Belmira terdengar pelan hinggaa akhirnya membuat langkahnya terhenti saat mendengar suara anak kucing di sekitar tempatnya berdiri saat ini, gadis itu menoleh mencari sumber suaranya dan berhasil menemukan anak kucing itu bersembunyi di balik semak-semak.
Belmira memberikan sepotong sosis yang ia bawa untuk bekal sekolahnya untuk kucing itu, terlihat kucing itu begitu kelaparan hingga memakannya dengan sangat lahap. Ketika Belmira hendak pergi, anak kucing itu mengikutinya sampai di depan gerbang sekolah.
“ Kau tidak boleh masuk, tunggu aku di luar sampai aku selesai sekolah kau paham?” Kata Belmira pada anak kucing itu dan meletakkannya di tempat yang cukup aman.
Setibanya di kelas sudah banyak murid yang datang, saat itu Belmira melirik kursinya yang di lihatnya tidak begitu mencurigakan. Tatapan anak-anak di kelasnya masih sama, entah apa lagi yang akan di dapatkannya namun satu yang pasti dia tetap pasrah.
Bel tanda masuk baru saja berbunyi, guru telah memasuki kelas bersama seorang anak laki-laki yang menggunakan kaca mata serta tatanan rambut yang sangat aneh. Kemudian guru memperkenalkan kalau dia adalah murid pindahan dan akan bergabung di kelas itu mulai hari ini.
“ Perkenalkan namaku Ruan Wellington, kalian bisa memanggilku Ruan.” Jelas anak laki-laki itu begitu percaya diri.
“ Hey kaca mata, penampilanmu sangat kuno kau datang dari tahun berapa hahah?” Tawa Joseph seakan memandu semua anak-anak di kelas itu ikut tertawa, dan bagaimana Ruan menatap mereka dengan tatapan bingung yang akhirnya tertuju pada Belmira yang tidak menunjukkan ekspresi apapun.
“ Oke cukup, Ruan kau bisa duduk di sebelah Belmira.’ Tunjuk Pak Guru ke arah Belmira yang memang tidak memiliki teman sebangku.
“ Orang aneh di kelas akhirnya sudah bertemu dengan pasangan anehnya.” Lagi-lagi Joseph mengundang keributan yang berakhir dengan tawa ejekan untuk mereka berdua.
Begitu pelajaran di mulai, ketika hendak mengambil beberapa buku yang terdapat di laci mejanya tanpa sengaja sesuatu melukai tangannya. Dan saat Belmira menarik tangannya keluar, jarinya sudah mengeluarkan darah yang membuat Ruan di sebelahnya segera memberikan sapu tangan untuk mencegah darahnya terus mengalir.
“ Kau ingin ke UKS saja.?” Tanya Ruan namun di balas gelengan kepala dari Belmira.
Belmira kembali mengecek isi mejanya yang terdapat beberapa paku di dalam sana, lalu ia melirik Joseph yang saat ini tengah memperhatikannya dengan senyum penuh kemenangan.
**
Waktu istirahat telah di mulai, beberapa murid meninggalkan ruang kelas menuju kantin. Namun ada dua orang yang masih berada di kelas, yang pertama adalah Belmira dan yang kedua Ruan.
“ Ad apa?” Tanya Belmira ketika dia mendapati Ruan sejak tadi menatapnya.
“ Jari mu, kau yakin tidak apa-apa di biarkan seperti itu.?” Tunjuk Ruan pada jemari Belmira yang terluka akibat paku-paku yang berada di laci mejanya.
“ Tidak apa-apa, bukan luka yang besar.” Balas Belmira lirih.
Ruan masih tidak meninggalkan tempatnya, sementara Belmira ingin makan siang dengan bekal yang dia bawa.
“ Kau tidak lapar? Kenapa masih di sini.?” Tanya Belmira meliriknya datar.
“ Bukankah itu terdengar sangat jahat?” Belmira bingung dengan pernyataan Ruan barusan.
“ Apa maksudnya.?”
“ Aku kan murid baru, seharusnya kau menemaniku atau paling tidak mengajak ku berkeliling mengenal sekolah.”
“ Jangan denganku.”
“ Kenapa? Aku maunya sama kamu.”
“ Kau bisa mengajak murid yang lain.”
“ Aku mau denganmu Belmira.” Ucap Ruan ketika menyebut nama Belmira membuatnya menoleh dengan tertegun.
Sementara itu terlihat tiga orang yang sedang memperhatikan Belmira dan Ruan dari ambang pintu kelas, mereka seakan menatap keduanya seperti mangsa yang siap untuk di terkam.
“ Joseph, apa kau ingin mengerjai anak baru itu.?” Seru Gustavo ketika kelas sedang istirahat.
“ Boleh, aku merasa tertarik untuk mengganggunya.” Balas Joseph melirik ke arah Ruan yang masih berada di sebelah Belmira.
Joseph dan dua temannya mulai menghampiri Belmira dan Ruan, seketika saat itu Belmira tertunduk pasrah ketika tiga anak laki-laki penguasa kelas itu menghampiri mereka.
“ Anak baru sepertimu seharusnya tidak bergaul dengan anak ini.” Kata Joseph sambil menepuk kepala Belmira.
“ Hentikan, dia perempuan.” Sahut Ruan tak terima melihat Belmira di perlakukan seperti itu.
Joseph tercekat mendengarnya, ia bahkan semakin mengganggu Belmira karena tertarik melihat reaksi Ruan saat itu. Kali ini Ruan tak tinggal diam, dia menahan tangan Joseph hingga keduanya saling menatap satu sama lain.
“ Singkirkan tanganmu.” Titah Joseph dengan nada yang mulai serius.
“ Seharusnya kau yang menyingkirkan tanganmu terlebih dulu darinya.” Balas Ruan tanpa rasa takut sama sekali.
Beruntung bel tanda pelajaran berikutnya di mulai baru saja berbunyi, bersamaan dengan itu para murid memasuki kelas di susul oleh seorang guru. Ruan yang telah melepaskan tangan Joseph pun masih menatapnya dengan serius. Joseph terpaksa harus kembali ke bangkunya, tapi di penuhi oleh emosi yang meluap untuk mereka berdua.
“ Kau tidak perlu melakukan hal itu, dan jangan pernah berurusan dengannya atau kau akan menyesal.” Gumam Belmira lirih tanpa melirik Ruan.
**
Sepulang sekolah, Belmira beruntung karena hari ini Joseph tak lagi menahannya dan menyuruhnya hal yang aneh. Begitu keluar dari gerbang sekolah, Belmira menghampiri anak kucing yang ia temukan di jalan pagi ini dan dia menemukan kucing tersebut sudah dalam keadaan tak bernyawa.
“ Apa yang terjadi? Kenapa di mulutnya begitu banyak lendir.?” Belmira kebingungan dan mengecek di sekitar tempat itu, dan dia menemukan bekas makanan kucing yang bercampur dengan cairan aneh.
Peep...peep...peep.
Suara klakson mobil baru saja membuatnya menoleh, rupanya Joseph terlihat sengaja berhenti di dekatnya. Tatapan Joseph tertuju pada anak kucing itu dengan senyuman yang membuat Belmira kebingungan.
“ Racunnya bekerja dengan baik, mungkin selanjutnya akan ku berikan padamu hahaha.” Tawa Joseph seakan membuat Belmira merasa tertusuk, ternyata kucing tersebut mati karena ulah Joseph.
Setelah itu Joseph pun pergi meninggalkannya, Belmira kembali melirik anak kucing tersebut dan menyalahkan dirinya sendiri karena dirinya yang membawa kucing itu kemari. Jika saja tadi pagi dia tidak membawanya ke tempat itu, mungkin kucing tersebut masih hidup.
**
Tiga orang siswi tengah berjalan layaknya model saat melewati koridor sekolah, kedatangan mereka seakan menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di sana. Yang membuat kedatangan mereka heboh adalah pemimpin dari ketiga gadis itu sangatlah cantik, dan dia baru saja kembali masuk sekolah setelah mendapat skorsing dari pihak sekolah atas perbuatannya.
Kini ketiga gadis itu sudah berada di ambang pintu kelasnya, dua minggu tidak boleh masuk sekolah membuatnya sangat rindu dengan nuansa kelas. Terutama kekasihnya yang saat ini menyambutnya dengan penuh kerinduan, Joseph dan gadis yang bernama Veronika sudah menjalin hubungan cukup lama dan keduanya sangat suka merundung orang-orang yang di anggapnya rendahan.
Pandangan Veronika langsung tertuju pada Belmira yang duduk terduan di bangkunya, gadis itu kemudian menghampirinya dengan ekspresi wajah yang suliut di artikan.
“ Apa kau merindukan ku Belmira.?” Tanya Vernonika menatapnya lurus.
Perlahan Belmira mulai mengangkat kepalanya, satu lagi mimpi buruknya datang. Dua minggu yang lalu dia mendapat penganiayaan yang sangat parah dari Veronika, oleh karen itu Veronika sampai di skors oleh pihak sekolah atas aksinya yang benar-benar jahat.
Jika Joseph melakukan hal tersebut maka dia akan aman karena ayahnya yang seorang kepala sekolah, sedangkan Veronika mendapat balasan sesuai dari peraturan sekolah. Sejak saat itu Veronika semakin membenci Belmira dan hampir setiap hari dia menunggu waktu untuk kembali ke sekolah dan berhadapan dengan Belmira lagi.
“ Hari ini aku tidak ingin menghancurkan mood ku, jadi bersikap baiklah oke.” Ucap Veronika sambil membelai rambut Belmira dan di akhiri dengan jambakan yang cukup kuat.
Ruan yang baru saja memasuki kelas dan menyaksikan hal itu terlihat bingung, menyaksikan semua orang di kelas terlihat cuek dan bahkan menikmati jika teman kelasnya di rundung membuatnya benar-benar tak habis pikir.
**
Suara bel pertama berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas. Ada yang lansgung melesat menuju kantin, ada juga yang pergi ke tempat tongkrongan lain, hingga menikmati bekal di kelas contohnya Belmira.
Tampaknya saat kelas kembali sepi, hanya ada Belmira dan Ruan yang saat itu sibuk membaca buku. Sama seperti kemarin namun bedaanya Ruan memiliki kesibukan sendiri saat ini.
Memang pada dasarnya Belmira tidak peduli pada siapa pun, ekspresinya yang datar dan bahkan jika di ganggu tidak melawan atau pun menangis membuatnya sangat enak di jadikan sasaran empuk oleh Joseph dan Veronika.
Belmira menyodorkan kotak bekal yang berisi sandwitch kepada Ruan, pria itu menghentikan aktifitasnya dan melirik Belmira penuh arti.
“ Untukku.?” Tanya Ruan dan di balas anggukan pelan oleh gadis itu.
“ Terima kasih.” Lanjut Ruan kemudian.
Ruan menikmati sandwitch yang di berikan oleh Belmira dengan nikmat, dia merasakan sandwitch tersebut sangat enak dan baru kali ini dia mencoba sandwitch seenak itu.
“ Apa kau yang membuatnya.?” Tanya Ruan dan di balas anggukan pelan dari Belmira.
“ Dia terlalu pendiam atau memang dia tidak suka bergaul.?” Benak Ruan di buat bingung sendiri.
**
Ruan merasa kalau alasan Belmira selalu di ganggu oleh teman-teman di kelas karena sikap tertutup Belmira dari semua orang, tanpa di beritahu pun dia sudah menebak dan membuatnya ingin membantu Belmira keluar dari masalah ini.
Hampir setiap hari ketika jam istirahat di mulai, Ruan selalu meminta pada Belmira untuk menemaninya berkeliling sekolah. Sejak dia menjadi murid baru di sekolah itu tempat yang di kunjunginya hanya ruang kelas dan lapangan saja sisanya dia selalu mengikuti Belmira kemana pun.
“ Aku sudah bilang untuk berhenti mengikutiku.” Ucap Belmira sedikit terganggu dengan sikap Ruan.
“ Aku tidak akan berhenti sampai kau mau mengajakku untuk berkeliling sekolah ini.” Balas Rua ketus.
Saat itu Belmira melirik Joseph dan Veronika yang memperhatikannya dengan tatapan tajam, tak mau kalau Ruan terlibat dalam masalah karena berbaur dengannya kembali membuat Belmira menyuruh Ruan untuk berhenti memintanya untuk di ajak berkeliling.
“ Kau takut dengan mereka.?” Tanya Ruan menahan lengan belmira ketika gadis itu berniat pergi.
“ Aku tidak suka berteman dengan siapapun, kumohon untuk tidak bicara denganku lagi.” Kata Belmira beranjak dari tempatnya meninggalkan ruang kelas.
Beberapa saat setelah Belmira keluar, Veronika dan Joseph ikut keluar dari kelas. Ruan yang saat itu merasakan hal aneh yang mungkin akan terjadi awalnya bersikap biasa, namun akhirnya ikut pergi mengikuti mereka.