Gadis itu di seret secara paksa menuju belakang sekolah, dan seperti biasa gadis itu tetap pasrah apapun yang di lakukan kepadanya. Dan kini Belmira sudah berada di halaman belakang sekolah bersama Joseph, Veronika, dan teman-temannya yang lain.
“ Apa sekarang kau senang karena telah memiliki seorang teman.?” Ucap Vernoika sambil mencengkram kerah seragam Belmira.
“ Aku tidak berteman dengannya.” Jawab Belmira parau.
“ Kau pikir kami buta, hah.?”
“ Tahan,” Joseph mencegah Belmira untuk tidak menyudutkannya dulu.
“ Aku masih penasaran dengannya, semua yang kita lakukan tak membuatnya menangis? Apa kau senang mendapatkan perlakuan seperti ini.?” Tanya Joseph menatapnya tajam.
“ Sekalipun aku meminta kalian untuk tidak melakukannya, apa kalian akan mendengarkan ku.?” Ucap Belmira.
“ Tentu saja tidak.” Joseph kemudian mendorong gadis itu hingga tersungkur ke tanah.
Baru saja Belmira hampir mendapat tendangan dari Joseph seseorang datang menyelamatkannya, Ruan yang berhasil menyingkirkan Joseph hingga dia yang kembali tersungkur segera menghampiri Belmira.
“ Kau baik-baik saja.?” Tanya Ruan melirik Belmira sebentar.
Tak terima dengan perlakuan yang dia dapat akhirnya Joseph dan kedua teman prianya balik menyerang, hanya saja mereka gagal karena Ruan dapat menghindar dan melawan balik dengan tepat sasaran.
Ruan terdiam sejenak dengan segala pemikiran yang ada, lalu ia melirik Belmira yang menatapnya dengan tatapan terkejut. Kemudian Ruan menunduk sambil mencengkram tangannya dengan kuat, Joseph berhasil memukul punggungnya hingga ia tersungkur.
“ Rasakan itu.” Ucap Joseph dengan emosi.
Ruan terlihat tidak bisa berkutik lagi dan sangat berbeda dari dia yang sebelumnya dapat menghindar serta melawan balik, begitu banyak pukulan yang di dapat olehnya hingga membuat Ruan babak belur dan tak dapat bergerak lagi.
“ Ayo tinggalkan mereka, aku sudah muak dengan semua ini.” Ucap Joseph beralalu meninggalkan keduanya.
Belmira masih syok dengan apa yang di liatnya, selama ini dia tidak pernah mendapatkan pertolongan dari siapapun tapi siapa sangka sekalinya mendaparkan pertolongan yang terjadi justru seperti ini.
“ Kau bisa mendengarku.?” Tanya Belmira yang kini sudah berada di sisi Ruan.
“ Aku baik-baik saja, pukulan mereka tidak sakit.” Balas Ruan perlahan mulai bangun dari pembaringannya.
“ Terima kasih karena telah menyelamatkan aku, tapi kumohon lain kali jangan ikut campur.” Kata Belmira menunduk bersalah.
“ Aku tidak akan membiarkan seorang teman dalam kesulitan.”
“ Teman.?” Kata Belmira terkejut.
“ Iya, kita kan teman.” Ucap Ruan meyakinkan Belmira.
Kata teman yang di dengara oleh Belmira terdengar sangat asing, dia sendiri bahkan tidak tahu apa arti dari teman itu. Apakah berteman dengan seseorang akan membuatnya bahagia, atau justru sebaliknya.
“ Sebaiknya kita ke UKS, aku akan membantumu mengobati lukanya.” Ucap Belmira di balas anggukan pelan dari Ruan.
**
Keesokan harinya, ruang kelas di buat heboh ketika Belmira baru saja datang. Meski begitu dia tidak penasaran dan tetap menuju mejanya dalam diam, saat berhasil duduk di sana tiba-tiba saja dia di hampiri oleh teman-teman kelasnya yang membuat Belmira kebingungan.
“ Selama hampir tiga tahun ini Joseph dan Veronika merundung mu, kenapa baru sekarang kau melaporkan mereka di kepala sekolah.?” Tanya salah satu teman kelasnya.
“ Aku tidak melaporkan mereka.?” Balas Belmira lirih.
“ Pagi ini Joseph dan Veronika di panggil oleh kepala sekolah, dan anehnya lagi seorang Joseph yang merupakan anak kepala sekolah saja sampai di panggil.”
Selang beberapa saat wali kelas mereka memasuki ruang kelas, beliau meminta semua murid untuk kembali ke tempatnya. Setelah itu dia memberitahu semuanya kalau Joseph dan Veronika serta teman-temannya yang kemarin melakukan p*********n pada Ruan di beri hukuman berupa skorsing selama dua minggu oleh pihak sekolah.
Lantas semua murid di kelas seketika di buat heboh, beberapa dari mereka mengira semua ini di sebabkan oleh Belmira ternyata si anak baru itu. Wali kelas mereka juga memberitahu kalau Ruan sedang di rawat di rumah sakit sehingga tidak bisa hadir untuk beberapa saat.
**
Sepulang sekolah Belmira harus memenuhi kerja paruh waktunya sebagai pegawai di sebuah toko sovenir, meskipun masih baru dalam hal itu dia sudah paham cara menawarkan jualan pada pelanggan dan sangat terampil dalam menyusun semua sovenir sesuai tempatnya.
Belmira tiba di toko sovenir lebih cepat karena tak harus berhadapan dengan Joseph dan kawan-kawan, dan disana Belmira memulai pekerjaanya dengan menyusun sovenir baru di tempat yang mudah terlihat agar setiap pelanggan yang datang berkunjung dapat melihatnya dengan jelas.
“ Selamat datang di toko sovenir~” Belmira menggantung ucapannya ketika melihat seseorang yang masuk ke dalam toko itu adalah Veronika dan dua temannya.
Karena pada saat itu pemilik toko sedang berada di sana, Belmira harus menunjukkan sikap ramahnya dan berpura-pura untuk tidak mengenal Veronika dan temannya yang lain.
“ Ada yang bisa saya bantu.?” Tanya Belmira begitu sopan.
Veronika terlihat sangat puas mengetahui bahwa Belmira bekerja di toko sovenir tersebut, ia pun mulai memikirkan sesuatu dengan menarik kedua temannya sambil bebrisik.
“ Aku punya ide untuk mengerjainya.” Bisik Veronika di balas anggukan antusias oleh keduanya.
“ Tolong carikan sovenir berbentuk semanggi untukku.” Ucap Veronika segera di laksanakan oleh Belmira.
Selagi Belmira mencarikan barang yang di minta oleh Veronika, diam-diam dia dan kedua temannya memecahkan salah satu sovenir antik yang terbuat dari keramik. Mendengar suara pecahan itu lantas membuat pemilik toko menghampiri mereka.
“ Ada apa ini.?” Tanya pemilik toko panik.
“ Nyonya, pegawai anda sangat tidak berhati-hati. Dia menawarkan kamu keramik ini sedangkan kami tidak menginginkannya, dan dia tiba-tiba saja marah dan menyerahkannya secara paksa dan alhasil keramik tersebut pecah.” Jelas Veronika dengan segala pemikriannya.
“ Benar seperti itu Belmira.?”
“ Tidak nyonya, saya~” Belum sempat Belmira membela diri, Veronika kembali berakting di depan si pemilik toko.
“ Sebenarnya Belmira adalah teman kelas kami, tapi dia tidak suka dengan kami dan sering merundung kami di sekolah. Mungkin inilah caranya membalas agar kami di salahkan olehmu nyonya.” Lanjut Veronika yang mulai memasang wajah sendu.
“ Cukup, aku tidak ingin mendengarnya lagi. Sekarang juga kemasi barangmu, aku tidak ingin memiliki pegawai sepertimu lagi.” Titah pemilik toko yang terpaksa membuat Belmira harus meninggalkan pekerjaanya itu.
**
Sepanjang jalan Veronika dan dua temannya sibuk menertawakan Belmira dari belakang ketika gadis itu baru saja meninggalkan toko sovenir, Belmira tetap diam sambil menundukkan pandangannya menelusuri jalan. Lalu terdengar langkah kaki yang cepat menuju ke arahnya, Veronika menarik Belmira memasuki sebuah gang sunyi begitu mereka cukup jauh dari toko tersebut.
“ Ini balasan dariku akibat perbuatanmu, aku baru saja kembali setelah di skorsing karena mu dan sekarang aku kembali di skors karena ulah pacarmu itu.” Ucap Veronika sambil mendorong kerah Belmira ke dinding.
“ Tapi aku tidak melakukan apapun padamu.”
“ Kau memang tidak melakukannya secara langsung, tapi jika bukan karena pacarmu itu aku, Joseph, dan teman-temanku yang lain tidak akan di skorsing kau paham.!!”
“ Ruan bukan pacarku.”
“ Tutup mulutmu.” Gumam Veronika kembali mendorong tubuh Belmira dengan kuat.
“ Bagaimana dengan Joseph? Kapan dia akan datang.?” Tanya Veronika pada temannya yang berusaha menghubungi Joseph.
“ Itu dia disana.” Tunjuknya pada sosok Joseph yang baru saja datang dengan sepeda motornya.
Di gang sempit itu Belmira kembali mendapatkan perlakukan tidak baik dari Joseph dan Veronika, sekeras apapun dia berteriak dan meminta tolong takkan ada yang dengar karena lokasi tersebut memang sangat jauh dari perumahan.
Setelah cukup puas menyiksa Belmira, mereka pun pergi dengan tawa penuh bahagia seakan apa yang telah mereka perbuat merupakan sebuah perbuatan yang patut untuk di tertawakan.
**
Perlahan tapi pasti Belmira mulai membuka kedua matanya, ia manatap langit-langit ruangan yang tampak asing saat ini. Dan setelah tersadar dirinya telah berada di sebuah rumah sakit yang dia sendiri bingung mengapa ia bisa ada di sana.
” Kau baik-baik saja sekarang.?” Tanya seseorang berhasil membuatnya menoleh.
“ Kau? Kenapa aku ada di sini? “ Ketika Belmira berusaha untuk bangkit tiba-tiba saja Ruan kembali menyuruhnya untuk berbaring.
“ Aku tidak tahu siapa yang membawamu ke rumah sakit, tapi sebelumnya aku melihatmu di bawa ke ruang UGD saat aku hendak keluar dari sini.” Jelasnya kemudian.
Belmira kembali terdiam dan dia mengingat bagaimana dia bisa sampai seperti ini, sekujur tubuhnya sakit akibat pukulan yang ia terima dari Joseph dan veronika. Bahkan salah satu kakinya terasa sulit untuk di gerakan, entah apa yang akan terjadi padanya jika terus seperti ini.
“ Apa mereka yang melakukannya padamu.?” Tanya Ruan lirih.
Belmira mengangguk pelan, “ Mereka mengira kalau aku adalah penyebab mereka mendapat skorsing.”
“ Sebenarnya antara kau dan mereka apa yang sudah terjadi sebelumnya, sampai kau selalu menjadi sasaran mereka dalam perundungan.?”
“ Aku tidak tahu, bahkan sejak SD pun aku selalu mendapatkan perundungan jadi tak heran kalau di SMP pun aku kembali mendapatkannya.”
“ Kalau begitu kita cari solusinya, kita buat semua orang bisa mengakuimu dan mereka akan berhenti melakukan perundungan lagi.”
“ Bagaimana caranya.”
“ Sebelum itu kau harus berjanji padaku satu hal.”
“ Apa itu.?”
**
Wanita itu berlari tergesa-gesa memasuki rumah sakit kemudian berhenti di nurse station menanyakan kabar pasien yang baru saja masuk setelah di temukan pingsan di sebuah gang. Begitu ia mengethaui nomor kamarnya, wanita yang tak lain adalah Olivia bergegas menuju kamar tersebut.
Olivia tiba di depan sebuah kamar bernomor 99 dan langsung membukanya tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, dia melihat sosok Belmira yang terbaring dengan luka yang cukup banyak di area wajahnya.
“ Kau ini selalu saja membuatku kerepotan, kau tau kalau biaya rumah sakit itu sangat mahal.” Keluh Olivia tak sadar kalau di ruangan itu juga ada Ruan.
“ Siapa kau?” Tanya Olivia begitu menyadarinya.
“ Saya teman kelasnya Belmira.” Jawab Ruan ramah.
Olivia tak begitu peduli dengannya, ia pun meminta Belmira untuk bangun dan segera meninggalkan rumah sakit. Melihat hal itu Ruan tidak setuju, dia melarang Olivia untuk membawa Belmira pergi karena dokter sendiri belum mengizinkan Belmira keluar dari rumah sakit.
“ Jangan ikut campur, ini bukan urusanmu.” Sahut Olivia tetap memaksa Belmira untuk pergi.
“ Tapi dia masih sakit, anda seharusnya lebih memperhatikan kondisi Belmira dari pada tagihan rumah sakit.”
“ Kau pikir uang mudah di cari? Untuk biaya rumah sakit saja sudah bisa melunasi tagihan sebuah rumah kau tahu.”
“ Biar saya yang membayar tagihan rumah sakitnya.”
Olivia tidak percaya kalau Ruan bisa membayarnya, di lihat dari penampilan dan tampangnya saja ia sudah menebak kalau Ruan hanyalah masyrakat biasa sama sepertinya.
“ Saya akan ke administasi untuk melunaskannya, untuk itu biarkan Belmira tetap di rawat sampai dia di nyatakan sehat oleh dokter.” Ujar Ruan dan tak dapat membuat Olivia berkutik lagi.