**8 itu wolu**

970 Words
Pagi hari seperti biasanya Reres telah selesai membuat sarapan di bantu Reina. Keduanya memasak nasi liwet dan ayam goreng. Sesuai dengan keinginan Reina semakan. Kemudian Reres sarapan bersama Reina, Yogi, Luna dan Leon. Tak ada sekat di sana meski Reres adalah anak dari pekerja di rumah itu. Namun, Reina telah menganggap Reres layaknya anak sendriri apalagi ia mengenal betul bagaimana Reres saat ia kecil dulu. Setelah sarapan ia membersihkan ruang makan dan mencuci piring. Lalu setelah semua selesai ia berangkat bekerja. Sampai di toko kue seperti biasanya Reres mulai merapikan kursi-kursi dan membersihkan lantai toko sambil menunggu brownies dan aneka kue lain dari dapur utama. saat itu seseorang masih dengan pakaian kusam dan berantakan. Siapa lagi kalau bukan Bagus yang berniat untuk menagih uang yang telah dijanjikan sang adik kemarin. Reres hela napas sebenarnya ia tak memegang uang lagi untuk kebutuhannya sendiri. Smenentara ia masih menunggu gajian dua minggu lagi. "Mana?'" tanya bagus tanpa rasa iba. Reres berjalan ke belakang etalase. lalu mengambil dompet miliknya yang ada di dalam tas yang ia bawa. Setelahnya Ia segera kembali menghampiri sang kakak dan memberikan uang yang pagi tadi ia ambil dari ATM sebelum menuju toko. "Ini Mas," ucap gadis itu seraya memberikan uang. Bagus menerima dengan kasar lalu dengan segera menghitungnya. "Cuma segini?" "Ya, Mas mau berapa? itu udah aku ambil semua buat Mas. Itu sisa dari nayar makam dan waktu itu beli makanan untuk tahlilan. Reres nggak ada uang lagi Mas," ujar Reres sebenarnya ia ingin sekali marah. Hanya saja ia tak mau cari gara-gara dengan membuat sang kakak marah. Bagus menatap reres seolah sang adik berbohong perihal uang yang kini ada di tangannya itu. "Kamu kan bisa dapat uang lagi dari Nyonya mami? Uang kamu kasih ke aku lah semuanya gitu aja pake nanya kamu." "Mas kita udah banyak nyusahin mami Nynya. Reres enggak mau nyusahin lagi." jawab Reres ia tak ingin menjadi beban untuk orang lain dan ingin mandiri untuk diri dan hidupnya sendiri. Bagus mendengkus menertawai apa yang dikatakan Reres terdengar bagai omong kosong baginya. Ia kemudian merampas dompet sang adik lalu mengeluarkan semua uang dari dalam dompet sang adik tentu saja apa yang dilakukan Bagus mengejutkan Reres. "Mas mau diapain uang aku?" tanya reres melihat uang miliknya yang tak seberapa diambil paksa sang kakak. Reres mencoba mengambil paksa uang miliknya. Hanya saja Tenaga bagus lebih kuat ia bahkan mendorong Reres hingga menjauh memerapa langkah. Setelahnya ia mendorong kepala sang adik dengan tangannya. Lalu berjalan ke luar toko meninggalkan sang adik. Reres mengejar sang kakak menahan langkah bagus dengan memegangi tangan sang kakak. "Mas aku enggak ada uang lagi." Rengeknya memohon. "diem, lo bisa aja minta sama maminya Leon. Gue bakal kesini lagi pad lo gajian. Udah nggak ada bapak sama ibu paling enggak lo bisa hidup enak sementara gue harus luntang-lantung di jalan." "Salah mas sendiri jadi buronan. Harusnya kalau Mas sayang sama bapak ibu mas enggak kaya gini," kesal Rees mendapat hadiah sebuah tamparan dari sang kakak. Tentu saja apa yang dilakukan Bagus mendapat perhatian dari sekitar. Ia menatap sekiling lalu setengah berlari meninggalkan Reres yang menahan tangisnya. *** Sementara pagi ini Juna berdiri di depan pagar rumah sang ayah. Ia malas masuk ke dlama sementara ia berada di sana karena telah memiliki janji bersama sang adik, JAni. Tak lama sang adik berjalan ke luar gadis itu berjalan mendekati sang kakak. "Kok enggak masuk Kak?" "Mau buru0buru ada kerjaan." Juna berbohong padahal alasannya adalah ia malas jika harus bertemu dengan Disha. "Bukan karena males ketemu sama Bunda Disha?" tanya Jani yangs beebnarnya sudah tau betrul alasan sang kakak enggan masuk ke dalam rumah. "Bunda kaka tuh cuma Bunda Mika, bunda kita berdua. Nggak ada bunda yang lain.' Ujar Juna seraya mengeluarkan dompet miliknya. "Iya, tapi, Kakak juga punya mami kan?" Juna mengangguk. " Ya, mami kan memang udah rawat kakak dari dulu." "Ngambil kakak maksudnya. terus dibikin jauh sama kita?" Jani bertanya serata melirik sang kakak yang kini menatapnya dengan kesal. "Tante Disha yang ngomong gitu ke kamu?" tanya Juna kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan memberikan pada sang adik. "Ini untuk kamu, ini untuk Lian." Jani mengambil uang pemberian sang kakak kemudian menghitungnya. "Segini aja?" "Alhamdulilah," Juna mengucapkan itu segera diikuti Jani meski tatapan Jani seolah merasa masih kurang. "Ya, kan bener kakak jadi jauh sama kita." Gadis itu melanjutkan pembahasan sebelumnya buat Juna hela napas. "Kakak enggak pernah absen kalau kalian ke rumah nenek. Tapi, enggak di rumah ini. Ya udah, jangan lupa kasih uangnya Ke lian." Ujar Juna mengingatkan, Jani mencium tangan sang kakak lalu berjalan kembali masuk ke dalam mobil. Jani menunggu sampai sang mobil sang kakak melaju dan hilang dari pandangannya. Ia lalu berjalan masuk, menuju ke ruang makan. Jimmy dan keluarganya tinggal di rumah orang tua Disha yang kini memilih tinggal di Australia semetara Ahbi mengurusi bisnis keluarga mereka. Sampai di ruang makan ia memberikan uang yang diberikan sang kakak pada Lian. "Ini dari Kak Juna." "Makasih," ucap lian senang. Di ruang makan saat itu juga ada Jimmy dan DIsha. Jimmy terlihat kesal dengan tingkah si sulung. Menurutnya Juna keterlaluan ia bahkan tak mau menyempatkan waktu untuk sekedar masuk dan menyapanya juga ibu tirinya. "Mas Juna enggak mau masuk rumah?" tanya Jimmy. "Ada kerjaan katanya Yah." jawab Jani sambil mulai menyantap sarapan paginya., "Kebiasaan anak kamu Mas, enggak sopan kaya gitu. Paling dia males ketemu sama aku," ujar disah kemudian menikmati nasi goreng miliknya. "Enggak gitu, biar nanti aku yang coba ngomong sama Juna." ujar Jimmy coba jadi penengah. "Enggak kali Mi, Kakak emang sibuk jangan negatif thinking dulu." Lian coba buat sang mami lebih tenng. "Halah, kamu emang apa-apa belain Mas kamu terus," kata Disha sambil menatap putrinya. Lian hanya tersenyum pada sang ibu. Anak itu berbeda sekali dengan Disha ia selalu mencoba untuk berpikiran positif meski kadang sama menyebalkannya dengan sang ibu jika menginginkan sesuatu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD