**15 itu limolas**

1138 Words
Ruang rapat Karuna textile kini diisi oleh para petinggi. Mereka melakukan rapat lanjutan untuk memilih CEO dari perusahaan tersebut. Tentu saja ada Yogi dan Reina di sana sebagai salah pemilik saham terbebas di perusahaan tersebut. Seperti biasa juga Juna duduk di samping sang mami yang tengah menatap Yogi yang kini tengah berbicara di depan mimbar. Pembicaraan petinggi Karuna itu adalah seputar kemajuan Karuna dan juga bisnis kreatif yang kini menjadi sampingan perusahaan. Juga pembicaraan tentang perbaikan gedung tempat mereka bekerja. Tentu saja menurut Yogi semua buruh pembaruan dan suasana baru karena banyak sekali karyawan yang sudah lama bekerja di sana. "Tentu saja pembaruan ini bisa membuat suasana baru dan meningkatkan semangat kerja yang pasti meningkatkan kualitas hasil kerja karyawan. Kita butuh waktu lebih banyak untuk itu. Kemudian, kembali ke pokok pembahasan pertemuan Karuna kali ini adalah. Bahwa saya memberikan suara saya pada Arjuna Birawa sebagai CEO baru Karuna textile and creative." Juna jelas terkejut, karena ia sama sekali tak berpikir jika Yogi pada akhirnya akan memilih dirinya. Secara sadar Juna sendiri mengakui jika ia masih banyak kekurangan dalam banyak hal. Reina menepuk bahu Juna menyadarkan ia dari lamunan. "Hei sama maju Jun, papi nunggu kamu tuh." Juna berdiri dengan sedikit canggung, kemudian berjalan ke depan mendekati Yogi dan sang ayah mempersilahkan untuk ia berbicara. Sementara dari kursinya Reina menatap dengan bangga pada Juna. 'Hmm, Tidak ada yang bisa banyak saya katakan saat ini. Hanya saja terima kaisih untuk Bapak Presdir dan Founder Karuna Textile and Creative sudah memberri kesempatan kepada saya ...." Tak banyak yang bisa Juna katakan saat ini karena ia canggung dan memang tak menyiapkan apapun hari ini. Yang ia pikirkan hari ini sang ayah akan mengajaknya rapat hanya untuk membicarakan kembali dan memilih siapa yang akan dijadikan CEO. Juna tak terlalu mengharapkan hal ini. Tapi ia berpikir realistis saja kalau kesempatan ini adalah ajang untuknya untuk membuktikan diri lebih baik lagi. Dalam hatinya ia berjanji akan memimpin perusahaan itu dengan sangat baik dan memulai perubahan juga mendapatkan kemajuan yang signifikan. Selesai Rapat, Juna kini berada di ruangan sang ayah angkat membantu Yogi merapikan beberapa barang-barang. Kini sudah waktunya bagi Yogi untuk beristirahat di masa tuanya seperti apa yang ia harapakan. Juna sedang memindahkan box berisi barang-barang Yogi ke dekat pintu agar lebih mudah dibawa saat pulan; Reina memasukan barang-barang lain ke dalam box yang masih kosong. Wanita itu menemukan foto Yogi dan dirinya bersama Juna saat ia sedang mengandung Luna dulu. Reina menunjukkan foto pada sang suami. "Lihat ini Pi, Juna dulu sekecil ini. Sekarang udah segede ini." Reina melirik pada si sulung Juna yang hanya tersenyum. "Juna kan mami kasih makan enak, mami sayangin, mami paksa tidur siang dulu. Gimana Juna enggak bongsor gini coba? Ini tuh kerjaan mami juga Juna bisa jadi segede ini." "Tau tuh mami kamu syok banget kayanya lihat kamu udah gede begini." Yogi menimpali sambil memasukan beberapa dokumen ke dalam box yang ada di hadapannya. "Iya, mami enggak nyangka aja Pi, waktu seolah cepat banget." Reina lalu mndekati Juna memeluk si sulung. "Ya ampun anak laki-laki mami. Mami titip Karuna ya Nak? Sejarah mami bisa ketemu papi ada di sini." "Iya Mi, Juna akan berusaha jaga karuna dan buat perusahaan berkembang semakin baik. *** Sementara itu di tempat lain kini Reres tengah berjalan mausk ke dalam kamar Bisma. Ia benar-benar telah bulatkan tekat kalau ia akan tinggal di sana dan bersembunyi dari sang kakak untuk sementara waktu. Lingkungan kost Bisma adalah lingkungan kost campur yang elite. Suasananya sepi dan lingkungan ini terasa begitu individualis begitu menjaga privasi satu sama lain. Di bagian depan ada arena parkir yang luas, banyak mobil berjejer di sana. Yang jelas jika bukan karena Bisma gadis itu tak mungkin bisa berada di sana. Ia masuk ke dalam karena telah mengetahui kode masuk kamar Bisma. Kamar itu sedikit berantakan karena terakhir kali memang Bisma berada di sini sebelum ia kembali untuk kuliah. Reres ingin merapikan ruanga itu hanya saja ia memulih untuk duudk sejenak di tempat tidur dan melamun. Jujur ada rasa bersalah pada keluarga Reina karena mungkin ia akan membuat semua khawatir meski tadi ia juga telah menuliskan surat. Andai sang kakak tidak bertindak menyebalkan, Reres pasti saat ini masih berada di sana tenang dan tanpa gangguan. Tak lama ponsel gadis itu berdering, ia segera menerima panggilan dari sang kekasih. Segera Reres menerima panngilan. "Halo kak?" "Hei, kamu udah sampai?" tanya Bisma khawatir. Karena tadi sang kekasih mengatakan kalau ia akan datang ke kostnya hari ini. "Baru banget sampai Kak. Kakak lagi apa?" "Enggak ngapa-ngapain aku gabut banget sebenernya mau sama kamu di sana. Tapi, aku masih hraus nunggu wisuda." Reres tersenyum, senang rasanya karena ia sebentar lagi akan bertemu sang kekasih. "Kakak sabar ya, kan sebentar lagi kita ketemu?" "Hmm, kangen banget aku sama kamu." "Aku juga kangen banget sama Kakak." "Apalagi aku Bee, aku kengen banget sama kamu. Baik-baik kamu di sana ya? Oiya, aku nanti pesen makanan dan kebutuhan di sana pakai ojek ya? Kamu tunggu aja Bee." Reres mengangguk meski sang kekasih tak melihat itu. "Tapi, aku juga bisa kak belanja kebutuhan ke luar. Kakak enggak perlu terlalu khawatir." "No, kamu di sana aja jangan kemana-mana dulu. Takutnya kalau Mas bagus nguntit kamu gima6an? Di sana aja aku akan suplay makanan dan kebutuhan kamu. Kalau ada apa-apa hubungin aku ya sayang?" "Iya Kak," jawab Reres yang kini menjadi sedikit takut ia tak memerhatikan saat ia berangkat ke kost tadi, Apa ada ornag lain yang melihatnya? semoga saja tak ada. Apalagi jika itu adalah sang kakak. Tentu saja usahanya untuk menghindar akan jadi hal yang sia-sia. "Kalau kamu ganti nomor langsung hubungin aku ya." "Oiya. aku gnati dulu ya kak? nanti aku langsung kabarin kakka lagi." "Oke, jangan lama-lama." Setelah panggilann dimatikan, Reres segera mematikan ponselnya untuk segera mengganti nomer teleponnya. Ia tak ingin meinggalkan jejak. Jika nomornya masih aktif tentu akan mudah untuk dihubungi. Ia tak mungkin untuk menolak ajakan Reina untuk kembali. Semementara ia merasa sudah telalu banyak merepotkan. *** Rumah sepi tak ada siapapun saat Leon baru saja pulang kuliah. Tatapannya mengedar sedikit penasaran kenapa rumahnya dalam keadaan sepi seperti ini. Ia kemudian berjalan ke dapur untuk minum segelas air. Leon berdiri di depan lemari pendingin dan meneguk air mineral dari botol. Lalu kembali menutup pintu lemari es ia melihat sebuah kertas di sana. Leon melepaskan kertas itu dari magnet yang menahannya. Reres minta maaf karena harus pergi tanpa bilang apapun. Terimakasih karen selama ini semua keluarga Majendra sudah menerima Reres dengan sangat, sangat, baik. Reres rasa cukup sampai kemarin merepotkan semuanya. Jangan khawatir karena Reres tinggal bersama seseorang yang baik. Reres benar-benar minta maaf terutama untuk mami nyonya dan Tuan Yogi. Leon panik segera berlari ke kamar Reres, segera masuk dan membuka lemari pakaian yang kosong. Ia kemudian mengambil ponsel dari saku celana. Mencoba menghubungi Reres tapi, nomor gadis itu tidak aktif. "Lo di mana sih Res? Argh!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD