Ungkapan Cinta

1000 Words
“Saya bukan lagi anak-anak seusiamu, yang masih ingin berpacaran hanya untuk sekedar bermain-main saja. Saya memiliki keseriusan untuk membangun hubungan. Sekolahmu akan saya jamin. Mulai saat kita menjalin hubungan, sampai saat nanti kamu sarjana, saya yang akan membiayai. Itu bukti keseriusan saya.” Ekspresi wajah Pak David terlihat menjamin. Andai saja Yona, Findy atau Arsy yang ditembak begitu, mungkin mereka akan menjingkrak kegirangan, mungkin mereka tidak akan berpikir dua kali dan langsung mengiyakan sedetik setelah Pak David mengutarakan isi hatinya. Tapi tidak bagi Beby. Ia malah kebingungan menentukan sikap. “Setelah kamu menjadi sarjana, kita menikah.” Menikah? Sampai sejauh itu Pak David memikirkan hubungan yang mungkin terjalin. Beby malah berpikir apakah ia akan menerima Pak David atau tidak. Tempurung kepalanya justru dipenuhi oleh pertanyaan konyol, jika ia menerima Pak David, dan seluruh biaya sekolahnya telah ditanggung, lalu di ujung bangku kuliah hubungan mereka kandas, lantas apakah ia harus mengembalikan semua uang yang telah diterimanya itu? “Beby…” Pak David menggeser duduk, mendekati Beby, tepat bersebelahan dengan gadis itu. Beby menoleh dan tersenyum kaku. Sikap Pak David benar-benar membuat Beby mati kutu. Tak pernah ia bersikap seperti ini sebelumnya. “Saya nggak bisa jawab!” tutur Beby masih dengan senyum kaku.   “Itu artinya kamu meminta waktu untuk menjawab?” Beby menggeleng. “Lima atau enam tahun itu bukan waktu yang singkat. Banyak hal yang mungkin terjadi dalam kurun waktu selama itu. Saya nggak mau ambil resiko.” “Baiklah, kalau kamu sanksi dengan ketentuan yang saya buat. Kamu nggak perlu pikirkan itu. Intinya, saya ingin kamu jadi milik saya. Itu aja.” Pak David menatap Beby intens. “Emangnya Bapak nggak risih macarin anak SMA kayak saya?” “Jangan tanyakan apapun selain perasaan saya ke kamu.” Beby terdiam mendengar nada serius di sampingnya. Tatapan mata Pak David seperti senapan yang siap dibidik dan pelurunya menembus tepat ke matanya. Beby tak kuasa menatap tatapan itu. Terpaksa ia mengalihkan pandangan. Ia tak menyangka Pak David akan senekat itu, seberani itu mengutarakan perasaannya terhadap seorang murid.   Beby tersentak ketika merasakan sentuhan hangat di atas punggung tangannya. Manik matanya melirik ke tangan Pak David. “Mungkin banyak laki-laki di luar sana yang hanya sekedar iseng, atau berpacaran hanya untuk mengisi kekosongan saja, tapi saya tidak. Saya berniat ingin serius. Dan pilihan hati saya jatuh ke kamu, bukan yang lain. Saya memang gila karena udah jatuh cinta sama murid sendiri. Tapi saya nggak bisa mengendalikan perasaan saya. Oke, kamu masih remaja, masih sekolah. Nggak seharusnya seorang guru membicarakan persoalan begini terhadapmu. Tapi saya bicara begini bukan tanpa alasan. Saya bicara masa depan. Bukan sedekar soal percintaan. Dan yang utama, saya mencintaimu. Entah apa yang membuat saya merasa ingin hidup bersamamu. Inilah yang saya rasakan, Beby.” Pak David menyentuh dagu Beby. Mengangkatnya hingga kedua wajah itu berhadapan. Saling pandang.   Pak David membuat Beby semakin bingung menentukan sikap. Dalam sekali kata-kata Pak David saat mengungkapkan isi hatinya. Jantung Beby berdentuman melihat wajah Pak David maju mendekati wajahnya. Saat hangat nafas Pak David menyapu wajah, detakan jantungnya pun semakin kencang. “Maaf!” Beby menahan bahu Pak David, membuat sensasi yang seharusnya terjadi pun terhenti.  Beby bangkit berdiri. Pak David ikut berdiri.   “Saya mencintai kamu tanpa alasan. Saya sayang sama kamu karena rasa itu datang sendiri.” Pak David meraih tangan Beby dan menariknya membuat Beby yang sudah melangkah hendak pergi pun terhenti. Tubuh Beby tersentak ke dinding akibat tarikan Pak David yang kuat. “Saya belum mikir ke situ.” Beby meremas tali tas melihat tangan kanan Pak David yang telapaknya menopang di dinding hingga membentuk pagar di samping kepalanya. Sementara tangan kiri Pak David menyentuh dagu Beby untuk kedua kalinya. “Saya akan menjamin kebahagiaanmu, Beby.”  Pak David menatap mata Beby lekat-lekat dan berhasil membuat Beby merasakan degupan jantung yang mengerikan. “Duuuh… si Beby lama banget, sih? Dia ngapain aja?” Yona mulai menggerutu. Ia menyandarkan badan di pagar dekat gerbang sekolah.   Arsy mengibas-ngibaskan tangan ke leher. Peluh di tubuh membuatnya gerah. Sesekali memeriksa wajah melalui kaca bundar berukuran kecil, wajah imutnya sudah agak berminyak. Ia merogoh tisu dan mengelap-ngelap wajah dengan tisu tersebut.   Findy menggeser-geser layar ponsel. Sesekali menoleh ke arah Aska yang sejak tadi masih nangkring di atas motor gede, jaraknya tidak jauh dari mereka berdiri.   “Tuh bocah nungguin apa, sih?” lirih Findy. “Nungguin Beby dong. Kayaknya dia demen sama Beby,” jawab Arsy. “Wajarlah Beby banyak yang suka. Dia cantik.” “Lo salah. Aska sibuk ngedeketin Beby bukan karena Beby cantik. Andai Aska naksir Beby karena alasan cantik, udah dari dulu dia ngejar-ngejar Beby. Trus kenapa baru sekarang dia ngedeketin Beby? Setelah Beby dianggap kurang ajar sama dia? Jelas Aska ngedeketin Beby karena motif dendam.” Arsy mengerutkan dahi, khawatir jika apa yang dikatakan Findy menjadi kenyataan. “Aduuuh… bete gue. Kita jadi ke rumah Riana nggak, sih?” Yona mengomel, tak memperdulikan topik pembicaraan Findy dan Arsy. “Ya udah deh, gue balik aja. Capek gue nungguin di sini.” Ia meninggalkan Findy dan Arsy dengan gerakan sewot.   Findy dan Arsy mengamati kepergian Yona. Findy melihat jam di ponsel. Sudah cukup lama menunggu, namun Beby tak kunjung muncul. Ia memutuskan berlari mengikuti Yona. “Fin, mau kemana?” tanya Arsy sembari membuang tisu bekas yang ia gunakan untuk mengelap minyak di wajahnya.   “Pulang,” jawab Findy tanpa menoleh.   Arsy bimbang. Ia menoleh ke arah Findy dan Yona yang berjalan meninggalkannya. Ia tidak tega meninggalkan Beby. Tapi juga tidak mau sendirian menunggu di sana. “Idiiiih… Findy dan Yona payah, deh. Tega ninggalin Beby. Nggak setia kawan banget. Kasian Beby.” Arsy ngomong sendirian dalam kebimbangan. Ia bingung harus berbuat apa, apakah mesti bertahan menunggu Beby, atau mengikuti Findy dan Yona. Lalu ia meraih ponsel dan mengirim pesan kepada Beby. Beb say, kami balik duluan. Lain waktu aja kita jenguk Riana. capek nih, nungguin lo.lama bingit Jangan marah ya beb say Mmuuah muah Hanya dengan berjalan dua ratus meter, Arsy sampai di rumah kos menyusul Yona dan Findy.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD