Ternoda
Namanya Beby, usianya sembilan belas tahun.
Sudah hampir dua jam Beby mengurung diri di kamar mandi. Ia tergugu mendapati diri tengah terduduk lemas di lantai dengan kepala menyandar ke dinding. Di bawah guyuran air shower, ia menumpahkan sesak yang ia tahan sejak lama. Hatinya menjerit mengingat apa yang sudah dilakukan pria itu terhadapnya. Ia ingat bagaimana bercak merah mengotori pakaiannya sendiri, dan itu menandakan bahwa mahkota berharga dalam dirinya sempurna telah terenggut.
Sekuat tenaga Beby berusaha melarikan diri dari pria itu, namun kekuatannya tidaklah seimbang. Dan sebelum ia menyadari apa yang telah terjadi, tak ada daya lagi untuk mengerahkan kekuatan, semuanya terlambat.
Beby berusaha berteriak, berusaha melepaskan diri, tapi tenaganya kalah kuat. Beby mengerahkan seluruh tenaga untuk memberi perlawanan, memukul-mukul, namun tidak memberi dampak apa pun terhadap lawan. Tidak ada kesempatan untuknya melepaskan diri. Permata bening terus berguguran dari kedua sudut matanya.
Namun sakitnya fisik tidak sebanding dengan sakit di hati akibat mahkota yang terenggut. Tubuh Beby sungguh-sungguh sakit hingga gemetaran. Beby benar-benar telah terluka. Sama sekali tak ada yang baik dengan kejadian menyakitkan itu. beby sudah benar-benar lemas, air matanya menganak sungai. Tatapannya pun kosong dengan air yang terus merembes melalui kedua sudut matanya.
Sakit. Rasanya hati Beby perih sekali mengenang kejadian yang terus menjejal pikirannya.
Kata- kata apa lagi yang perlu ia ucapkan untuk memaki? Rasanya semua kata tak cukup untuk meluapkan sesak di dadanya.
Sepanjang terduduk di lantai kamar mandi, hati Beby terus menyumpahi dan memaki pria itu. Air matanya berbaur dengan air shower yang mengguyur. Tak peduli sudah berapa lama ia duduk selonjor di sana. Tak perduli tubuhnya menggigil dan bahkan memucat. Ia masih enggan untuk beranjak meninggalkan tempat itu.
Berkali-kali masalah dalam hidupnya muncul, namun tidak pernah menyita perhatiannya. Tapi kali ini, pikirannya benar-benar terkuras habis.
“Beby!”
Suara di luar tak membuat Beby beranjak.
“Beby!” ulang Tante Caroline, pemilik kos yang merasa cemas mendengar suara shower sejak Beby memasuki kamar mandi, terus mengucur. “Kamu jam segini udah pulang, kenapa?”
Beby tidak menjawab. Sekilas ia menatap pakaian yang melekat di tubuhnya. Sejak pulang kemarin, ia belum mengganti pakaiannya itu. Ia juga tidak pergi ke mana- mana hari ini.
“Kamu nggak apa-apa, kan?” suara Tante Caroline semakin cemas.
“Enggak, Tan! Tinggalin Beby!” seru Beby dengan suara bergetar.
Tante Caroline mengernyit mendengar suara Beby seperti sedang menangis. Ia mengangguk dan meninggalkan pintu, sadar bahwa Beby sedang tidak ingin diganggu dan mengira gadis itu sedang ada masalah. Biasalah anak remaja, paling putus cinta. Pikir Tante Caroline geleng-geleng kepala.
Beby merasakan dadanya semakin sesak. Tak pernah ia setakut ini dalam menghadapi kehidupan. Tapi sekarang, ia merasa dunianya runtuh seketika. Masa depannya terasa menyeramkan. Tanpa mahkota wanita, ia tak lagi bisa berbangga diri pada pria yang akan mendampingi hidupnya kelak. Apa yang bisa ia berikan? Ia sudah tidak memiliki mahkota yang berharga lagi.
Ah, tidaaaaak... Beby ingin berteriak sekeras-kerasnya. Tapi suaranya tercekat.
Tak terbayangkan bagaimana kehidupannya kelak. Bagaimana masa depannya? Bagaimana rasa trauma ini akan terus meneror batinnya?
Sanggupkah ia menjalani semua ini?
Apakah perlu ia mengakhiri kehidupan ini?
Sempat terpikir lebih baik mengakhiri hidup saja. Sebab orang mati tidak akan merasakan penderitaan seperti orang hidup. Orang mati akan selesai dengan urusan dunia yang kejam dan menyakitkan. Dengan mati, kenyataan paling pahit tidak akan dirasakan lagi.
Tapi ternyata hidup tidak seenteng itu. Pun tidak semudah itu pula mempertanggung jawabkan segala perbuatan yang telah dilakukan di dunia ini.
Untungnya masih ada iman yang menguatkan Beby, supaya tetap menjadi wanita tangguh, tegar dan kuat seperti baja meski kini terlihat hancur. Kekuatan itu mungkin akan tumbuh setelah air matanya mengering.
Ia harus bisa menjalani semua ini sendiri.
***