11 "Mari Mas Yahya silakan duduk." Mat Sani terlihat menyilakan duduk seorang laki-laki dengan penampilan rapi, berkemeja lengan panjang berwarna navi dan blue jins warna senada, rambutnya pun tersisir rapi dengan senyum ramah tiap kali berbicara dengan Sani. "Terima kasih Mas Sani." "Tunggu saya masuk dulu." "Silakan, silakan." Yahya duduk, mengedarkan pandangannya pada halaman luas rumah keluarga yang cukup terpandang di desa Pinggir Papas itu. "Siapa itu di depan?" Dul menahan lengan adiknya. Sani menatap kakaknya. "Ya itu Mas Yahya, yang suka sama Kak Nurul, bentar Kak aku masih mau ngambil beberapa dokumen." Dan Dul menatap laki-laki yang terlihat asik dengan ponselnya. "Hmmm, masih lebih gagah aku." "Iya, tapi ini lebih pasti, cewek itu bukan cari yang gagah, tapi cari yan