bab 9

260 Words
masing masing tak ada kabar tak ada yang memulai bicara atau sekedar chat terhitung sebulan semenjak pertemuan pertama kami dicafe itu . hingga suatu sore ,papa ku mengajakku bicara lagi, " vin...papa dengara dari om hendro kalian belum memutuskan ,apa kalian menerima perjodohan ini" "jujur,papa berharap kamu segera menikah,papa sudah tua ,sebelum papa tiada papa ingin menimang cucu darimu" pandangan mata papa ku berkaca kaca ,aku tak tega menolak permintaan beliau sebenernya riri cukup ideal untuk menjadi seorang istri,tapi aku belum memantapkan hatiku dan juga aku tak tega mengatakan kata putus pada ana. aku menghela nafas panjang... "paaa...bukan aku nggak mau,aku lihat riri masih sibuk dengan skripsinya kemarin ,nanti setelah wisuda aku akan rencanakan pertemuan kembali" aku tersenyum pada papa ,aku memantapkan hati akan melakukan apapun untuk papaku pandangan mata tuanya sarat akan pengharapan. .... hari ini aku menelpon riri aku akan mengajaknya makan dicafe lagi,kami harus menentukan keputusan hari ini juga kami janjian dicafe biasa jam 8 malem , kali ini aku menjemput riri ,kulihat waktu pertemuan kami yang pertama dia mengendarai motor matic ,rasanya aku tak tega. aku menjemput riri dirumahnya jam setengah delapan,setelah berbasa basi sebentar dengan om hendro dan bu kartika kami pamit pergi ke cafe untuk makan malam. ... hening,dimobil kamipun saling diam tidak ada yang membuka kata ,kami canggung kulirik riri menengok terus kesisi jendela mobil menatap jalan ,entah apa yang dipikiranya kurasa dia sama sepertiku masih belum siap dengan semua ini tapi malam ini kami harus memutuskan masa depan kami harus ... dan aku juga harus memutuskan untuk memilih riri atau ana ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD