3. Berpura-Pura di Hadapan Mereka

1009 Words
"Tadi aku sedang menunggunya di luar sampai seseorang mengajakku masuk ke sini." Sherly melirik ke arah Amanda. Amanda langsung tersenyum menanggapi ucapan Sherly. "Kenapa kamu tidak bilang sejak awal? Aku tidak tahu kamu sedang menunggu seseorang. Maaf," "Aku maafkan." Sherly berkata acuh tak acuh, lalu menatap ke arah lorong sebelum berkata, "Permisi, aku harus menjemputnya. Mungkin dia bingung dalam menemukan ruangan ini." Sherly masih merasa dirinya sangat keren saat mengatakan itu. Namun, tak membutuhkan waktu yang terlalu lama sebelum rasa cemas menyelimuti hatinya. "Sherly! Apa yang kamu lakukan?" Sherly memijat pelipisnya saat berada di luar ruang pesta. Karena terlalu memalukan mengakui dirinya datang seorang diri sehingga Sherly terpaksa berbohong di depan semua orang. Tapi itu menjadi boomerang untuk Sherly. Kini dia harus mencari pria yang mau berpura-pura menjadi pasangannya. Hanya malam ini, untuk membuat semua tamu di dalam pesta termasuk Amanda dan Danuarta diam terbungkam. Pada momen ini perhatian Sherly tanpa sengaja menatap ke arah dua sosok pria yang berjalan dari arah berlawanan. Kening Sherly bertahap mengerut saat mengenali salah satu pria itu. "Bukankah dia pria galak yang meneriaki aku pencuri di bandara? Ternyata dia seorang hotelier di hotel ini!" Sherly sejenak berpikir. Dia tak punya banyak kenalan karena baru saja pindah ke Kota C. Selain Hanna, Sherly hanya tahu pria ini. Jadi kenapa tidak minta bantuannya? Anggap saja untuk permintaan maafnya karena telah menuduh dirinya pencuri. Sherly mengangguk-angguk merasa itu sangat masuk akal. Tanpa banyak membuang waktu Sherly berlari menghampiri pria itu. "Hei! Kamu!" Pada saat itu Seto sedang berjalan dengan temannya sambil membicarakan beberapa hal. Langkahnya tiba-tiba terhenti saat mendapati seorang wanita berlari ke arahnya, lalu secara tiba-tiba merangkul tangannya. "Apa yang kamu ---" Kalimat Seto tertahan saat melihat sosok wanita tersebut. Pandangannya seketika menjadi lebih dingin. "Pencuri koper ...." Seto berusaha melepaskan tangan Sherly, tetapi hal itu membuat Sherly semakin mengeratkan pelukannya. "Hei! Bantu aku." Sherly berkata sambil berbisik. Kedua alis Seto perlahan terangkat. Dia menemukan gerombolan orang dari sebuah ruangan yang sepertinya kenalan wanita "Pencuri koper". "Apa yang kamu lakukan? Ketahuan mencuri?" tanya Seto, dengan sedikit nada mencibir. Sherly langsung memelototkan mata saat mendengarnya. Tetapi dia tak berani marah saat mengingat masih membutuhkan bantuan pria ini. "Aku bukan pencuri." Sherly membantah dengan suara pelan. Tangannya masih merangkul lengan kokoh Seto. "Jadilah pasanganku." Ketika kalimat itu diucapkan mata Seto hampir membulat sempurna. Sedetik kemudian dia memutar bola matanya. "Tidak mau!" Sherly sungguh tak percaya pria ini akan menolak bahkan tanpa memikirkannya. Namun, dalam situasi ini dia tidak bisa mundur begitu saja. Amanda dan teman-temannya ada di luar ruang pesta, mereka melihat ke arahnya, bersiap untuk menghujat dirinya. "Sepuluh juta!" Sherly mengangkat wajahnya saat menawar harga. Matanya menatap Seto yang terlihat tercengang. "Kamu ...." Seto akan mengatakan sesuatu. Tetapi pada saat itu Sherly tiba-tiba menarik tangannya ke tempat Amanda dan teman-temannya. "Sherly, mungkinkah dia pasangan yang kamu maksud?" Sejenak Sherly melirik Seto dan tersenyum sambil mengeratkan rangkulan tangannya. "Benar. Dia pasanganku." Amanda menelisik Seto dari atas ke bawah. Meskipun harus mengakui Seto sangat tampan, tetapi penampilannya tidak terlihat seperti pria dari keluarga kaya. Dari sana senyuman Amanda tercipta lebih lebar. Dia mengajak Sherly dan "pasangannya" itu masuk ke dalam pesta. "Selain suka mencuri ternyata kamu suka berbohong." Seto mendengus ke arah Sherly. Sherly tidak mempedulikannya dan masuk ke dalam pesta mengikuti Amanda dan teman-temannya. Danuarta melihat ke arah pintu masuk ruang pesta. Dia meletakkan gelas wine yang digenggamnya setelah menemukan Sherly berjalan dengan seorang pria. "Jadi dia pasangan yang kamu maksud?" Sama seperti Amanda. Mata Danuarta menelisik Seto saat pertama kali bertemu dengannya. "Sherly, aku pikir kamu akan menemukan pria yang lebih baik dariku. Tapi ...." Danuarta sengaja tak melanjutkan kalimatnya dan menggelengkan kepala dengan meremehkan. "Lihat penampilannya! Jangan-jangan, dia adalah pria asing yang sengaja kamu bayar hanya untuk dibawa ke pesta. Benar begitu, kan?" Semua orang menatap curiga setelah mendengar ucapan Danuarta. Sherly menggertakkan gigi. Tetapi tidak bisa berkata-kata karena kalimat itu seperti membuka luka yang coba disembunyikannya. "Siapa bilang dia membayar ku?" Seto angkat bicara yang membuat suasana di sana menjadi hening. Danuarta menyipitkan mata, Amanda menelisik dengan tatapan heran, sementara Sherly menatap wajah Seto tak percaya. Belum juga hilang keterkejutan. Seto tiba-tiba merangkul pinggang Sherly dan mencium bibirnya di depan semua orang. Mata Sherly membulat. "Apa yang kamu lakukan?" hardiknya dengan suara yang tajam tapi sangat pelan. "Aku sedang membantumu. Kamu ingin rencanamu terbongkar? Tidak, kan?" balas Seto dengan suara yang pelan pula. Dia bukannya benar-benar peduli dengan urusan Sherly. Hanya saja kalimat Danuarta yang menyebutnya sebagai "pria yang dibayar" membuat Seto kesal. Tindakan yang sangat berani itu tentu saja langsung membantah pernyataan jika Seto adalah pria yang dibayar Sherly. Dalam sekejap opini semua orang berubah dan mulai pro terhadap Sherly dan Seto. Sherly bisa melihat perubahan ini dan merasa sedikit puas. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan Danuarta yang sangat tidak senang. "Kami semua percaya jika kalian memang pasangan asli. Lagipula dalam sebuah hubungan kaya atau tidak, mapan atau tidak juga tidak menjamin hubungan itu akan bertahan." Amanda berdehem lalu berbicara dengan suara lembut. Dalam tahap ini, tidak seorang pun akan merasa kesal dengan ucapannya, kecuali Sherly yang mengetahui jelas maksudnya. Mungkin tidak dikatakan secara langsung. Tetapi kalimatnya sangat jelas menyinggung penampilan Seto yang sangat sederhana. Danuarta terlebih senang saat semua orang menyorot penampilan Seto, pasangan yang dibawa Sherly. Dia mengeluarkan sebuah kartu nama. "Datanglah ke perusahaan ayahku jika kamu membutuhkan pekerjaan. Aku bisa merekomendasikanmu." "Tidak perlu! Dia sudah memiliki pekerjaan." Sherly menepis tangan Danuarta tanpa menerima kartu nama yang diberikannya. Danuarta tertawa sinis. "Pekarjaan? Pekerjaan apa?" Sherly terlihat berpikir. Mustahil mengatakan yang sebenarnya jika pasangannya adalah seorang hotelier. Bisa-bisa sandiwara yang sudah dilakukan langsung terbongkar saat ini juga. "Dia seorang dokter." "Oh!" Pandangan semua orang langsung berbeda saat mendengar Seto seorang dokter. Begitu pula dengan Danuarta. Namun pria itu masih tidak ingin menerimanya begitu saja. "Dokter? Bertugas di mana?" "Bertugas di ...." Sherly masih berpikir sampai Seto tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya. "Bertugas di rumah sakit Medika. Sebagai kepala departemen bedah." "..." Semua langsung terdiam. Begitu juga dengan Sherly yang kini menatap wajah Seto dengan tatapan rumit. "Dia benar-benar dokter?" batinnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD