"Agrrhhh ..." teriakku langsung berguling ke samping. Zayyan tersenyum karena sudah berhasil membuatku kalah. Iya, saat aku membuka mata ternyata aku sudah melewati garis yang kubuat sendiri. Aku memeluk Zayyan seperti bantal guling dan tas yang aku buat batasan entah ke mana rimbanya. "Baiklah istriku. Ini sudah subuh, ayo kita shalat dan nikmati kekalahanmu!" ucap Zayyan menyeringai seraya menegakkan tubuh. "Duh, mendadak gue lupa ingatan." "Jangan sampai malaikat aminin doa mu!" "AYAN!" pekikku mengentak-hentakan kaki. Kesal sekali aku, kenapa juga harus bisa dikalah sama Zayyan. "Huaaa ... gue nggak mau pakai cadar," teriakku lagi berguling-guling di kasur. "Mau shalat apa dishalatkan?" tanya Zayyan dingin. "Lo pikir gue udah mati apa?" Aku menegakkan tubuhku secara paksa lalu