"Lain kali kalau lagi main, jangan teriak-teriak! Pintu juga dikunci," kata Bunda Nurma mesem-mesem. Aku memelototi Zayyan, menyenggol lengannya dengan keras lalu duduk di sisi Nabila. Masih teringat kejadian beberapa saat yang lalu ... "Ah, tolong!" teriakku sekencang mungkin saat Zayyan tersenyum smirk merangkak mendekatiku. Mendadak aku gelagapan buru-buru mau bangun, tapi nahasnya malah terinjak rok mukenah dan ... Bruk! Tubuhku jatuh menimpa punggung Zayyan. "Sabila, ada apa teriak-teriak?" tanya Bunda Nurma seraya membuka pintu. Aku pun menoleh melihat Bunda Nurma yang sudah terpaku. "Maaf, ganggu. Lanjutkan!" Bunda terkekeh menutup pintu. Aku berdengkus, menekan punggung Zayyan sambil kembali bangun. "Sstt, berat juga ternyata," gumam Zayyan memegang punggung sambil bangun.