Bab 11

2009 Words

Pulang dari shalat subuh berjamaah di masjid, Ahmad merasa ini waktu yang tepat untuk berbicara secara empat mata dengan Zayn. “Ustadz, boleh kita bicara sebentar?” pinta Ahmad menghentikan langkah kaki Zayn yang hendak masuk ke dalam rumahnya. Zayn menganggukkan kepala, lalu duduk di kursi yang ada di teras rumah, begitu juga dengan Ahmad. “Ada apa?” tanya Zayn melihat raut wajah Ahmad sangat serius. Ahmad menarik napas beratnya. Hanya satu harapan, semoga Zayn bisa menerima keluhannya. “Bolehkah saya pindah rumah, Ustadz?” Pertanyaan Ahmad membuat Zayn terkejut. Tatapannya mulai tertuju penuh tanya. “Apa kamu sudah bosan bekerja dengan saya, Ahmad?” “Bukan seperti itu, Ustadz,” jawab Ahmad cepat. “Saya masih ingin bekerja dengan Ustadz, tapi saya hanya ingin pindah rumah saja. Sa

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD