Via dan Aldy pulang tepat sampai di rumah Via jam sembilan malam, mereka menonton lalu sehabis itu pergi makan. Aldy juga bahkan membawakan makanan untuk Via bawa pulang agar bisa di makan oleh Santi di rumah, namun belum turun dari dalam mobil Via sudah melihat banyak sekali orang di rumahnya dan terdengar rebut-ribut. Via segera turun dari dalam mobil begitu juga dengan Aldy.
“Pokoknya aku mau tunggu anak kamun pulang, aku mau kasih pelajaran sama dia biar gak bawa pengaruh buruk lagi sama anak aku.”
“Ya ampun Tut, Via itu hanya pergi sebentar sama temannya jadi dia pasti gak tahu dimana Pita.” Sinta menjelaskan namun suara orang ramai di depan pintu rumahnya itu sudah seperti orang-oramng yang demo ingin dibagikan sembako.
“Ada apa ini ?” tanya Via yang mendengar namanya di bawa-bawa.
“Nah ini yang harus di beri pelajaran, ayo Via ngaku dimana Pita kamu bawa.” Via yang mendengar hal itu langsung bingung kenapa dia yang ditanya. Dia dan Pita emmang sering bersama namun pertemanan mereka tidak sedekat itu karena Pita emmiliki geng temannya sendiri sementara dia lebih sering dengan Yuli dan Aldy.
“Mana saya tahu Pita kan anak bude Tuti,” jawab Via dan langsung ingin masuk kedalam rumahnya. Tapi ceomohan warga yang mengatakan dia wanita liar membuat Via kesal dan berteriak.
“SUDAH CUKUP ! SAYA TIDAK TAHU DIMANA PITA, PERGI DARI RUMAH SAYA,” teriak Via lalu menarik tangan Aldy masuk ke dalam rumahnya begitu juga Santi. Dia lalu menutup pintu rumah dengan kuat. Warga yang tadi ada disana lalu bersorak dan tak lama pergi.
“Ibu tidak apa-apa ?” tanya Aldy khawatir dengan Santi yang terlihat sangat lelah. Sementara Via hanya diam duduk di sofa tua yang ada dirumah itu.
“Tidak apa-apa Aldy terima kasih.” Sinta lalu menatap Via yang sedang menelpon .
“Kamu nelpon P ita ?” tanya Sinta dan Via hanya diam dia sangat kesal saat ini dengan Pita.
“Ibu cerita sama bude Tuti kalau Pita main sama om-om ?” pertanyaan itu langsung membuat Santi menggelengkan kepalanya.
“Mana mungkin ibu bilang, lagian ibu juga gak yakin Pita seperti itu.”
“Kenapa ibu gak yakin ? apa karena dia pakai baju yang sopan.”
“Bukan begitu Via,” kata Santi lalu Via berjalan masuk kedalam kamarnya.
“Al pulang aja deh mood gue lagi anjlok,” ujarnya tanpa melihat Aldy dan mau tidak mau Aldy juga pamit kepada Sinta.
Malam pun berlalu Sinta dan Via sudah larut terlelap di kamar mereka masing-masing, tapi kemudian Sinta mendengar suara keributan dia pun keluar dari kamarnya untuk mengintip keluar jendela ternyata ada beberapa warga yang beramai-ramai berjalan sambil berbicara dengan sangat kuat. Via juga ternyata keluar dari dalam kamarnya ikut melihat apa yang terjadi dari jendela rumah mereka.
Mendengar suara teriakan yang mirip dengan suara Pita baik Sinta maupun Via buru-buru keluar dari rumah mereka. Ikut berlari ke rumah Pita dan Via terkejut melihat Pita sudah berlutut di hadapan kedua orangtuanya dengan wajah memar dan juga rambut acak-acakan.
“AYO BILANG DARI SIAPA KAMU BELAJAR MENJADI WANITA LIAR SEPERTI INI !” ucap ayah Pita dan karena Pita hanya diam sembari menangis satu tamparan yang cukup kuat kembali Pita terima dari ayahnya. Via langsung bergegas memeluk Pita karena dia melihat Pita akan mendapatkan tamparan lainnya. “HEH KAMU NGAPAIN DISINI KAMU PERGI SANA, PITA SEPERTI INI GARA-GARA KJAMU.”
“CUKUP !” teriak Via lalu dia berdiri tidak gentar melihat mata tajam dari ayah Pita. “Sebagai orang tua anda seharusnya bertanya kenapa dia seperti ini apa yang membuatnya terjerumus seperti ini, bukan menghukumnya dan mempertontonkannya seperti ini layaknya anak anda adalah pemain sirkus.” Via dengan berani berbicara membuat semua orang terdiam termasuk kedua orang tua Pita. “Ayo Pit ikut gue, jangan mau lo mati konyol disini.” Pita pun menuruti Via yang menariknya ikut kearah rumahnya masih terus menangis. Santi di belakang mereka mengikuti dan mengunci pintu takut jika sampai orang tua Pita ke rumah mereka dan membuat keributan.
Via mengambil baskom air hangat untuk mengobati memar di wajah Pita dan Santi duduk menemani Pita yang sudah sedikit tenang. “Apa yang kamu lakukan Pita sampai emmbuat orang tua kamu marah seperti itu,” tanya Sinta lalu mengompres wajah Pita dengan handuk hangat yang dibawakan Via.
“Saya memang salah tante dan saya harap tante tidak menuduh Via atas salah saya. Vi makasih ya udah nolongin gue,” ujar Pita dan Via mengangguk memeluk temannya itu. Sinta yang tidak mengerti dengan apa yang terjadi hanya bisa diam mengamati namun di dalam hatinya dia sangat bangga kepada Via karena berani membela temannya. Via lalu membawa temannya itu kedalam kamar untuk beristirahat sambil membicarakan masalah Pita yang sebenarnya.
Setelah di dalam kamar barulah Via mengetahui jika Pita sedang hamil dengan salah satu om yang saat ini dekat dengannya, dia pulang terlalu malam karena habis menemui pria yang harus bertanggung jawab itu. Setelah menyelesaikan masalahnya dia pulang dan ternyata orang tuanya sudah menunggunya lalu karena sudah tidak tahan berbohong Pita mengatakan kalau dia sedang hamil dan ayahnya langsung menyeretnya keluar meski dia sudah memberitahukan jika pria yang menghamilinya akan bertanggung jawab namun tetap saja pukulan demi pukulan dia dapatkan dan saat ini Pita sedang merasakan perutnya benar-benar sakit. Mendengar hal itu Via menawarkan untuk membawa Pita kerumah sakit namun Pita menolaknya, dia berkata besok pagi om yang emnghamilinya itu akan datang dan menikahinya secara agama dulu.
“Loe yakin ?” tanya Via karena dia merasa pria yang sudah menghamili Pita tidak mungkin begitu saja setuju. “Gue juga gak yakin sih Vi tapi kita lihat aja besok deh. Besok gue bakal balik kerumah.” Sinta mendengar pembicaraan dua wanita itu de depan pintu kamar dan Sinta benar-benar tidak menduga akan ada hal seperti ini yang terjadi.
*****
Pagi dimana waktu yang membuat mereka semua berdebar tiba Via membuka pintu rumahnya dan membawa Pita kembali ke rumah orang tuanya bersama dengan Sinta. Terlihat di depan rumah bude Tuti duduk dan wajahnya sangat pucat, dia menangis ketika melihat wajah Pita datang. Pita bersujud di kaki ibunya dan keluar ayah Pita Pak de Karsa dia menyurh Pita masuk. Via dan Sinta akhirnya pulang karena melihat kondisi sudah tenang Via juga harus pergi ke sekolah hari ini dan Sinta harus berangkat kerja. Aldy sudah menjemput dan dengan cepat Via naik ke atas motor kekasihnya itu, Via tidak memperdulikan Sinta yang berteriak mengatakan kalau makan siangnya akan dia antar karena Sinta tidak sempat memasak. Tapi percuma Sinta berbicara karena Via sudah pergi tidak perduli dengan ucapannya.
Bersambung....