4 :: Via yang sebenarnya ::

1032 Words
Via menyusuri lorong sekolah sambil tertawa bersama Aldy beberapa teman mereka ikut menghampiri dan menanyakan akan kemana setelah pulang sekolah. Via tidak menjawab karena dia memang hanya mengikuti kemana pun Aldy akan membawanya. "Gimana kalau kita ke klub ?" tanya Rio salah satu teman Aldy membuat yang lain ikut berpikir. "Enggak deh besok masih harus sekolah," ujar Via yang tidak ingin mengabil resiko mabuk lalu tidak bisa sekolah dan di pastikan akan ada drama dari ibunya tercinta. Via tidak ingin mendengar banyak ceramah dari wanita itu. "Sekali-kali bolos gak apa-apa kali Vi, lagian lo juga pinter ujian gak perlu belajar juga lo bisa." "Masalahnya gue masih tinggal sama itu perempuan, males gue dengar omelannya." Via berhasil membungkam teman-temannya dan dia juga malas berlama-lama disana sehingga emmutuskan untuk masuk lebih dulu kedalam kelas. "Pacar lo gak asyik Al," kata Rio dan satu pukulan kecil mendarat di kepala Rio yang diberikan Aldy. Via murid yang pintar di sekolahnya, tapi sikap jutek Via membuat banyak orang menilainya sangat sombong dan tidak tahu malu. Via tahu banyak omongan tentangnya di sekolah itu karena dia adalah anak dari istri kedua dari keluarga kaya raya di Jakarta dari nama belakangnya saja orang sudah tahu di tambah berita-berita di internet tentang sekandal kedua orang tuanya. Jika mengingat itu Via sangat muak dan rasanya ingin memilih tadkirnya sendiri. Selama ini meski sakit dia tidak pernah sedikitpun mengeluh kepada Sinta dan kini keinginan Sinta adalah lekas tamat SMA lalu dia bisa kuliah sambil bekerja dan tikda lagi tinggal di satu atap yang sama dengan Sinta. Ponsel Via bergetar menampilkan pesan dari Aldy sang kekasih wajahnya tersenyum ketika membaca pesan singkat itu. Aldy berencana akan membawa Via ke salah satu villa keluarganya sepulang sekolah. Via tentu sangat bahagia karena dia bisa pergi ke villa Aldy yang pastinya akan sangat mewah dengan pemandangan yang indah. **** Sinta di tempatnya bekerja tidak melihat Tuti temannya, dia merasa kasihan dengan Tuti dan Pita. Untungnya Via tidak terjerumus dengan pergaulan seperti Pita pikir Sinta, lalu dia melihat jam dan teringat harus kembali ke rumahnya untuk membawakan makan siang Via. Sinta permisi dengan rekan kerjanya dan berjanji akan segera kembali, teman kerja Sinta yang bernama Abdulah juga sangat baik padanya sehingga dia membiarkan Sinta pulang sebentar ke rumahnya. Jarak yang di tempuh Sinta memakai sepeda motor Abdul ke rumahnya adalah sekitar lima belas menit jadi dia tidak akan pergi terlalu ama. Sesampainya dirumah Sinta sudah menduga jika Via belum pulang ke rumah jadi dia hanya meletakan makanan yang dia bawa di letakan ke piring dan menutupnya dengan tudung saji. Sinta kemudian langsung pergi karena tidak ingin Abdul menunggunya terlalu lama. Sesampainya di tempat kerja Sinta melihat banyak pengunjung dan dia buru-buru membantu Abdul dan lainnya, Meski sangat lelah berjalan kesana kemari mengantarkan pesanan makanan dan menadapat komplain atau komentar dari para pelanggan restoran Sinta tetap bersemangta dan menampilkan senyum terbaiknya dia tahu ketika dia melkaukannya dengan tetap semangat dan ikhlas pekerjaannya itu tidak akan terasa berat, l;agi pula dia bekerja untuk bertahan hidup dan untuk anaknya Via. Sinta sudah memiliki niat untuk membelikan Via hadiah kecil jika dia nanti gajian dan hal itu semakin membuat dia tidak kenal lelah. Tanpa Via tahu Sinta juga mengerjakan setrikaan tetangga dan juga cucian. Terkadang ada orang di lingkungannya yang bekerja dan tidak sempat untuk melakukan tugas cuci serta setrika sehingga Sinta menawarkan jasanya. Uang dari pekerjaan tambahannya itu di pergunakan Sinta untuk tabungan Via ketika nanti akan masuk kuliah, dia tahu biayanya pasti akan sangat mahal dan Sinta sudah mempersiapkan itu semua dari satu tahun yang lalu. Sinta tidak perlu memberitahukan hal itu kepada Via, dia tidak ingin anaknya merasa kasihan padanya karena yang Sinta inginkan adalah Via bisa menatapnya dengan senyuman dan kasih sayang yang sama seperti yang dia berikan kepada Via. Sepertinya hal itu adalah keinginan semua ibu di dunia ini tidak terkecuali Sinta. **** Lelah Sinta ketika pulang di hari yang mulai gelap dia merasa aneh ketika pintu rumah masih terkunci padahal ini sudah maghrib dan Via belum pulang. Sinta tidak ingin berpikir buruk karena memang sering anaknya itu pergi dan pulang malam, yang membuat hati Sinta sedikit terenyah adalah makanan yang dia sempat-sempatkan untuk antarkan sama sekali tidak tersentuh. Sinta kemudian masuk ke dalam kamarnya dan dia hanya bisa mendoakan Via di luar sana baik-baik saja, dia harus mengurus cucian yang mungkin sudah tetangganya letakkan di pintu belakang rumahnya saat ini. Sambil mencuci pakaian yang lumayan banyak hari ini dia bersenandung membuat waktu pun tak terasa, Sinta telah selesai mencuci semua pakaian tetangga yang memakai jasanya dan sekarang saatnya dia makan dengan nasi yang dia bawa dari tempatnya bekerja tadi. Sinta melihat jam di dinding rumah dan rasa cemas karena Via tidak kunjung kembali ke rumah membuatnay tidak berselera untuk makan karena ini sudah pukul sepuluh malam dan anak gadisnya itu belum juga sampai di rumah. Selesai makan Sinta masih duduk di kursi yang ada di rumah mereka menunggu Via, sesekali dia melihat ke luar jendela hingga akhirnya tertidur di kursi itu. Waktu rasanya berlalu begitu cepat dan Sinta terbangun karena mendengar suara adzan yang sudah berkumandang. Sinta mengusap wajahnya dan dia langsung teringat perihal Via yang semalam belum kembali, Sinta langsung bergerak menuju kamar Via dan kamar iu masih kosong. Kemana Via pikirnya sangat cemas, dia tidak memiliki ponsel untuk menghubungi anaknya itu Sinta lebih dulu menunaikan ibadahnya lalu dia akan pergi menemui Pita yang mungkin tahu nomor-nomor teman Via. Ketika Sinta sudah sampai di depan pintu rumah Pita untungnya Tuti membuka pintu dan mempersilahkan Sinta masuk kedalam rumahnya, Tuti mengatakan kalau Pita sudah tidak tinggal di rumah itu lagi karena masalah semalam dan kini Sinta hanya bisa pergi ke sekolah Via untuk mencari tahu. Sinta pamit kepada Tuti dan meminta bantuan ke Tuti untuk mengabari bos mereka kalau dia akan sedikit terlambat kerja hari ini. Sinta buru-buru bersiap untuk pergi disaat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dia pun pergi dengan angkutan umum menuju sekolah Via. Hatinya benar-benar tidak tenang bahkan saat turun dari angkutan umum itu Sinta hampir terjatuh, untungnya ada yang menolongnya. Sinta sudah sampai di pintu gerbang sekolah dan saat itu juga motor Aldy juga ikut masuk, Via yang berada di boncengan Aldy tentu saja melihat kalau ibunya ada disana. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD