Sepanjang hari itu Via habiskan dengan teman-temannya dan orang lain yang baru dia kenal. Dunia ini sangat luas dan Via menjadi semakin tidak sabaran untuk segera lulus dari sekolahnya lalu menjelajahi setiap kota bahkan Negara-negara di Dunia ini bersama Aldy.
Kekasihnya yang tampan itu saat ini tengah bermain kartu di salah satu bangku yang ada di halaman hijau Vila yang mereka tempati. Sementara dia bersama Yuli menatap dari kejauhan sambil duduk berbincang dengan teman yang baru mereka temui.
Sesekali Aldy menatap ke arahnya dan begitu juga Via, mereka saling jatuh cinta semua orang tahu hal itu. Namun kemudian Lion datang menghampirinya membawakan satu nampan makanan lezat yang belum pernah Via nikmati. “Makanlah dan kemudian kau harus mengingat ini makanan kesukaan ku,” kata Lion dan mereka berdua tertawa karena kalimat aneh yang Lion katakan kepada Via.
“Lion boleh aku tanya sesuatu ?” ujar Via ketika Lion sudah menarik kursi duduk di dekatnya dan Yuli. Tidak lupa Lion yang ramah juga menyapa Yuli disana.
“Apa ? jika bisa ku jawab maka akan ku jawab,” ujarnya dan Lion meminum wine yang dia bawa sendiri saat menghampiri Via.
“Kenapa kau sangat baik padaku. Padahal kita tidak pernah bertemu sebelumnya namun kau memperlakukan ku layaknya aku adalah sahabat yang sudah lama tidak bertemu dengan mu. Bagi ku ini terasa aneh Lion,” kata Via dengan jujur. Sementara Lion diam sejenak dan menatap jauh ke depan.
“Aku memiliki adik yang wajahnya mirip dengan mu, dan dia juga seumuran denganmu. Dia meninggal tiga tahun lalu karena over dosis,” jawab Lion dan kini Via menjadi menyesal karena saat ini wajah Lion berubah menjadi muram. “Tidak perlu merasa bersalah aku hanya ingin mengobati rindu ku kepadanya, maafkan aku jika kau merasa terganggu dengan ini.”
“Oh tidak aku tidak terganggu aku hanya merasa tidak pantas sebenarnya,” jawab Via namun kemudian Yuli menepuk bahunya.
“Kau yang selalu menganggap dirimu seperti itu Via. Kau tahu Lion dia hanya terlihat baik-baik saja tapi sebenarnya dia sangat hancur,” jelas Yuli yang langsung diminta berhenti oleh Via.
“Via maukah kau menganggap ku sebagai salah satu teman mu ?” tanya Lion dan Via tersenyum tanda dia setuju.
“Sungguh suatu kehormatan menjadi teman dari pria sekelas dirimu Lion.” Mereka kemudian tertawa lagi dan di tempat lain Abram sedang melihat ke arah mereka. Dia menikmati senyum itu dalam diamnya namun setelah dia sadar akan apa yang dia lakukan saat ini dia kemudian merasa sangat kesal pada dirinya sendiri.
Lion dan Ibra ikut berkumpul bersama yang lainnya menikmati pesta terakhir mereka. Aidan tidak tahu sedang dimana sementara Abram hanya memilih menikmati pesta dari balkon kamarnya saja. Dia sama sekali tidak tertarik dengan pesta yang Lion buat itu, bahkan rasanya sangat menyebalkan ketika teman-temannya mulai mengoloknya menyukai wanita yang baru mereka kenal.
Makan malam pun mereka nikmati bersama. Via duduk bersebelahan dengan Aldy dan juga Yuli dan tidak jauh dari mereka ada Lion dan para wanita yang menghibur mereka. Via kini menyadari jika Lion memang benar adalah pria yang kesepian selama ini dan niatnya membuat pesta gila-gilaan selama tiga hari ini itu pasti karena untuk menghilangkan rasa kesunyiannya.
Dari cerita Lion juga Via tahu latar belakang dua pria yang menjadi sahabat pria itu. Ya hanya dua Aidan Derson George Orlando yang ternyata adalah salah satu pewaris dari salah satu keluarga terkaya di Dunia ini begitu juga Ibra Derson George Ozvick yang adalah sepupu dari Aidan. Via hanya tahu dua orang itu karena saat Lion ingin menjelaskan tentang Abram Via langsung dengan tegas tidak ingin mendengar nama pria itu. Sementara Lion sendiri adalah anak dari pengusaha terkenal di Amerika dan juga ibunya yang seorang seniman. Sepeninggal ayahnya Lion mewarisi bisnis itu dan orang tua Aldy adalah salah satu rekan bisnis keluarga Lion yang ada di Indonesia. Sampai di sini Via paham jika tingkat kekayaan setiap pria yang dia kenal disana termasuk Aldy.
Saat dia dan Yuli pergi mengambil beberapa makanan penutup di meja yang tersedia Yuli berbicara dengan suara pelan kepada Via.
“Gue baru kali ini lihat asli wajah pewaris Orlando, gila sih Aidan dia ganteng banget.
“Lo tau keluarga Orlando ?” tanya Via yang memang tidak tahu menahu masalah orang-orang kaya.
“Lo pinter tapi keluarga kaya raya seperti klan keluarga Orlando aja lo gak tahu Vi. Ampun deh ya, nih gue jelasin. Nama Derson George yang dia pakai itu adalah nama dua keluarga yang di gabungkan karena ibunya adalah anak dari keluarga pebisnis di Asia yang terkenal Derson George nah keluarga Orlando ini alias dari darah bapaknya si Aidan itu adalah keluarga Orlando ini yang super duper kaya. Mereka bisa mengendalikan perekonomian Dunia dan pewaris sahnya itu sekarang katanya sih udah dipilih satu yang mengelola alias Main Masternya gitu ya si Aidan ini. Lo baca-baca deh berita atau artikel tentang keluarga mereka.” Yuli menjelaskan panjang kali lebar dan Via hanya diam sambil membatin di dalam hatinya.
“Tapi gue masih suka Ibra itu,” tunjuk Yuli dan langsung Via menghentikan aksi gila Yuli itu bisa-bisanya dia menunjuk Ibra dengan senyuman genit seperti itu.
“Lo jangan buat gue malu ayo balik.” Via dengan cepat emmbawa Yuli kembali ke bangku mereka bergabung bersama yang lain. Baru dia duduk dan meminum jus yang dia bawa Abram datang dan menyapa Via. Awalnya Via tidak ingin menanggapi pria yang menurutnya sangat aneh itu tapi melihat Lion yang mengisyaratkan agar Via membalas sapaan Abram kemudian melihat Abram dan tersenyum singkat saja.
“Ada yang ingin aku bicarakan bisa ikut dengan ku sebentar ?” tanya Abram sangat sopan dan jika tidak ada masalah yang pernah terjadi diantara mereka berdua tentunya Via akan terpesona dengan pria bule ini.
“Maaf tapi makananan ku belum habis,” jawab Via dengan senyuman yang dibuat-buat olehnya.
“Aku akan menunggu kalau begitu.” Abram mengatakannya dengan tenang sementara Aldy yang mendengar itu ingin murka rasanya. Abram memilih duduk tepat di hadapan Via dan tentu saja pandangannya hanya lurus menatap Via seorang. Ibra yang baru juga tiba dan bergabung bersama mereka mengalihkan atmosfir yang sempat menjadi panas tadinya.
Di sebelah Ibra ada seorang wanita yang sangat manis menyapa Lion dan Abram, dia juga terlihat menanyakan Aidan. Tebakan Via itu adalah kekasih Ibra terlihat Ibra merangkul wanita itu dengan posesif.
Mereka semua berbincang-bincang dan Via melihat wanita itu juga sepertinya orang yang mudah bergaul juga periang. Wanita itu bernama Ajeng dan dia mengajak Via untuk berkenalan.
Via berpikir jika Abram sudah melupakan ajakannya tapi ternyata pria itu kembali memanggil namanya dan Via hanya bisa pasrah bertanya kepada Aldy apakah dia boleh berbicara dengan Abram berdua saja dan jawaban Aldy membuat Via kecewa. Setidaknya Aldy mengatakan kalau dia harus ikut bukan malah setuju saja, kesal Via di dalam hatinya.
Via mengikuti Abram dengan berjalan di belakang pria itu berjalan menuju ke tepi pantai yang disana juga masih ada beberapa orang yang bermain atau sekedar duduk menikmati udara dingin dan ombak yang membuat suasana menjadi romantis tapi tidak untuk Via, dia malah menganggap suasana saat ini sangat horor. Dia berjanji dalam hatinya jika Abram memeluknya lagi bukan hanya tamparan yang dia berikan melainkan tinju dan juga tendangan mautnya.
“Ada apa ?!” tanya Via sangat kesal karena Abram hanya mengajaknya terus berjaan padahal mereka sudah di tepi pantai dan sudah menjauh dari orang-orang yang ada.
Abram membalik tubuhnya dan meneliti penampilan Via dari bawah sampai ke wajah Via, dia suka dan sangat gemas dengan ekspresi wajah Via saat ini. Abram mendekat kemudian Via menjauh sambil membuat tanda dengan tangannya untuk Abram menjauh.
“Jika aku jadi kekasih mu itu aku tidak akan membiarkan mu pergi seorang diri. Dia benar-benar payah,” kata Abram membuat Via sangat kesal.
Bersambung....